Hari ini aku sibuk, ga ada doble up ya😘
Selamat membaca, selamat beraktivitas
🥰🥰🥰🥰
_________________________________________Seminggu berlalu Novia beraktivitas seperti biasa. Kabar dirinya jomblo membuat pemuda kampung rajin mendekati Novia baik via medsos, chat, maupun apel langsung ke rumah Novia.
Bukan Aiman yang kelabakan. Tapi Ibu tirinya yang mirip orang kesurupan. Dengan terang-terangan si Ibu bilang pada setiap teman pria Novia yang datang, bahwa Novia sudah bertunangan. Sampai Novia malu bukan main atas kelakuan si Ibu.
Bahkan Bu Lastri kembali membuat rencana dengan sekutunya Bu Karti demi tak urung jadi besan.
"Yu Nov...!" Anila meneriakkan nama Novia bahkan sebelum turun dari motornya.
"Apa...! Pagi-pagi tereak-tereak di rumah orang!" Novia tengah menguleg bumbu sayur lodeh di dapur rumahnya yang rapi. Bibirnya cemberut, tapi enggan berdebat lagi dengan Ibunya yang melarang Novia menggunakan blender. Alasannya, rasanya jadi cempleng, kurang sedap dan anyep. Padahal menurut Novia kalau rasanya kurang sedap berarti kurang micin.
"Bu Lastri, Mbakyu Novia boleh kuajak mingguan, kan?"
"Boleh ajak aja...! Ya udah sana mandi, siap-siap terus pergi sama Anila sana." Usir ibunya kemudian memanggil Noval, adik Novia untuk menggantikan Novia menguleg bumbu.
Walaupun Novia memandang Ibunya aneh, tapi Novia berdiri saja untuk mandi. Tumben sih, si Ibu jadi gampangan. Biasanya saat dirinya libur kerja begini, kalau pekerjaan rumah belum kelar, mana boleh Novia main. Tanpa Novia tau saat dirinya mandi, Anila dan Bu Lastri cekikikan membicarakan rencana mereka hari ini.
"Yu, jangan pakai celana pendek. Pakai jeans, ya! Bawa jaket juga."
Anila berteriak dari dapur rumah Novia, di tangannya sebuah piring bertengger nyaman. Anila sekalian numpang sarapan, tadi Ibunya memburunya untuk segera menjemput calon kakak iparnya yang tidak tahu apa-apa tentang perjalanan mereka ini.
"Sayang, sayur daun singkongnya belum mateng. Pasti makin nikmat nih!" Anila mencolek sambal terasi yang terhidang di depannya dengan tempe goreng. Dilahapnya dengan nasi panas pulen bersama pelas tongkol pedas.
"Biasa lah, kalau minggu begini Novia bangun siang. Ini tadi Ibu paksa bantuin, biar terbiasa masakin suami." Bu Lastri cekikikan lagi yang disambut tawa Anila.
"Emang Mbak Novi, sudah iyes sama Mas Aiman?" Celetuk si Noval yang menggantikan pekerjaan kakaknya dengan gerutuan. Mana ada anak cowok di rumah lain yang diharuskan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti dirinya. Kakaknya benar, Ibu mereka memang cerewet dan kejam.
"Mbakmu itu cuma malu-malu kucing, diem jangan banyak bicara. Uleg yang bener!" Sewot Ibunya menjawab. Sedang Noval terus menggerutu tak jelas sembari mempercepat ulegkannya agar cepat beres.
"Emang mau nyulik Novia ke mana?" Bisik Bu Lastri pada Anila.
"Ke kebun teh." Balas Anila berbisik, setelah mendesis karena kepedasan.
"Lah kamu udah makan duluan, nggak nunggu aku, Nil?"
"Kamu nanti makan di rumahku aja, Yu!"
"Ogah, ah!" Masakan Ibumu nggak seenak masakan Ibuku, batin Novia.
"Enggak usah, aku udah selesai ini. Udah di tunggu Ibu."
"Ya udah, sana pergi. Ini bawa pelas tongkolnya, berikan Ibunya Anila." Novia menerima bungkusan plastik itu dengan wajah penuh tanya pada Ibunya. Sampai kapan Bu, tukeran masakan dengan Bu Karti? Begitu, arti tatapan Novia yang dibalas Ibunya dengan senyum penuh arti.

YOU ARE READING
Tetangga, Masnya Mantan
RomanceDIHAPUS SEBAGIAN UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN. Kalian juga bisa ke Karyakarsa dan KBM mulai bab 17. Awas baper mendekati gila karena kebanyakan senyum-senyum 🤣 Diputuskan 10 hari sebelum jadi tamu undangan, Novia begitu marah, kecewa, dan kesal. Ma...