14. Suket Teki

2.4K 585 103
                                    

Maaf ya, aku nggak bisa balas komen2 lucu kalian. Aku sibuk poll tadi, ini hadiah doble up buat orang khusus yang udah aku janjiin, thanks ya😘  Tentu jadi hadiah terspesial buat kalian semua, readers.

Keknya banyak typo, ingetin emak ya🙏

Love kalian, 😘
__________________________________________

Suket Teki = Rumput Teki

"Nil, mana Novia?" Aiman membutuhkan dompetnya. Sepertinya Novia lupa mengantonginya setelah keluar dari toko tadi.

"Itu sama ibu-ibu." Jawab Anila yang memilih menepi agak jauh dari lainnya berdua bareng Jafar. Di depannya beberapa snack yang tadi di beli Novia terbuka lebar.

Aiman memandangi Novia yang bercengkrama akrab dengan istri-istri buruh bapaknya, mereka memang masih bertentangga, rata-rata ibu-ibu muda. Bahkan ada yang masih kerabat Novia. Tak jauh, Ibunya dan Mak Jumi terlihat membantu istri Ardi mengoles bumbu pada ayam yang akan di bakar. Sedang Ardi bersama beberapa orang lain bertugas membakar ayam-ayam itu. Siapapun tahu Ardi selalu curi-curi pandang pada si mantan yang makin hari terlihat makin kinclong.

Novia memang sengaja, menambah anggaran perawatannya. Balas dendam paling menyenangkan pada mantan adalah dengan tampil makin memukau. Sampai-sampai dia menjual preloved kebaya yang dikenakannya ke nikahan Ardi. Selain tidak sudi melihat kebaya yang dibelinya karena dendam, Novia juga merasa tidak membutuhkannya lagi. Dari pada tidak terpakai mending uangnya buat perawatan seluruh badan. Jajan skincare tang lebih mahal dari biasanya berkat uang jajan dari Bu Karti. Walaupun awalnya nolak, Novia seneng juga dapat duit.

Mulanya Aiman memang duduk bergerombol dengan pegawainya yang lain sambil merokok. Sengaja menjauh dari para perempuan dan anak kecil yang ikut. Salah seorang pegawai yang absen kemarin saat pembagian gaji meminta jatahnya, alasannya buat beli bensin.

"Nov?" Panggil Aiman pada Novia.

Novia menoleh pada Aiman. "Iya, Mas?"

Tapi yang merasa namanya Novia bukan seorang saja. Ibu-ibu di situ seketika menolehnya juga. Aiman ingin mengatakan mana dompetnya, tapi tak enak saat semua mata memandangi mereka dengan seringai ingin tahu. Jelas Novia bakal malu lagi kalau sampai digoda ibu-ibu yang suka gosip seperti ibunya itu.

Semua orang menunggu apa yang akan dikatakan si bujang lapuk hingga hanya desir angin yang terdengar. Aiman menggeleng kecil, lalu mengeluarkan ponselnya. Diketiknya pesan singkat pada si gadis yang menunggunya ingin tahu.

Ponsel Novia bergetar, keningnya berkerut saat Aiman menatapnya memberi kode untuk membaca pesan.

Seketika si gadis tersenyum malu. Kompak ibu-ibu bercie-cie, membuat Bu Karti yang tak paham kepo akut.

"Heh, ada apa? Aku ketinggalan apa?" Katanya. Si Lastri padahal sudah berpesan agar menyampaikan perkembangan hubungan anak-anak mereka segera selama piknik ini. Seketika Bu Karti memasang mata baik-baik, mengucap 'yes yes' dalam hati saat Novia berdiri menyambut putranya, yang selalu dia khawatirkan jadi bujang sampai mati.

"Sebentar ya?" Pamit Novia pada yang lain. Dibawanya mini ransel kawe supreme hasil berburu di tokped.

Diangsurkannya dompet Aiman yang lumayan gendut pada si pemilik. "Maaf ya, Mas. Beneran aku lupa." Katanya meringis malu. Menyesal sekali, mengapa dirinya jadi pikun, Novia memarahi diri sendiri.

"Aku tahu." Ujar Aiman.

"Aku ke Anila aja deh." Novia takut digoda lagi seperti ketika mereka datang tadi.

"Jangan deket-deket Jafar, kamu sama ibu-ibu aja." Bukan kalimat perintah yang Novia dengar, nada biasa-biasa saja yang dibalut senyum simpul. Tapi Novia tahu, Aiman serius dengan ucapannya.

Tetangga, Masnya MantanWhere stories live. Discover now