21. SEMUA MULAI TERUNGKAP

24 4 1
                                    

Hallo! Aku double update, ya!! Sesuai janji. Tinggal menghitung hari, loh. Cuss buruan baca BETRAYAL!!

*****

  Gertakan Anayouri membuat Darwin dan Joice diam tak berkutik. Kejadian di ruang kepala sekolah membuat mereka ketar ketir takut. Bahkan dampak itu juga dapat dirasakan oleh Calla atas kejadian yang dialami Naviel. Berkali kali dia mengetuk meja untuk menghilangkan semua rasa tak nyaman yang ada di hatinya.

"Selamat pagi!" sapa Hanny dengan riang gembira. Sementara mereka hanya merotasi bola mata masing-masing, merasa muak dengan tingkah laku Hanny.

Semenjak Hanny pulang dari luar negeri, tingkah lakunya semakin membuat orang-orang merasa risih. Namun, Hanny tak memperdulikan itu.

Calsen yang dulu sangat dekat dengan Anayouri, kini sudah mulai menjaga jarak. Aura Anayouri juga sudah berubah total. Di mana dulu dia anak yang paling ceria dan bersikap seperti Alien bodoh, kini menjadi sangat dingin usai kejadian yang menimpa Ryuma waktu itu.

Hari ini adalah ujian kenaikan kelas. Semua murid sedang sibuk mempersiapkan diri. Lio mengingat tentang kondisi Ryuma saat ini, meski dia tak pernah tahu alamat rumah Ryuma dia sangat khawatir dengan anak itu. Bagaimana dengan ujiannya? Bagaimana dengan peringkat yang selama ini dipertahankan olehnya? Hal itu sungguh membuat Lio kepikiran.

Ujian telah di mulai. Masing-masing anak mengerjakan soal dengan tenang, tetapi ada juga yang merasa kesusahan.

Berbeda dengan Anayouri. Dia mengerjakan dengan santai, tampak asal mencoret jawaban ganda yang ada didepannya. Tiba pada soal esai, tangannya dengan lihai menuliskan rumus-rumus tersebut dengan cepat.

Dua puluh menit berlalu, Anayouri berdiri dan mengumpulkan soal tersebut. Ekspresi semua murid di dalam hanya tercengang. Bagaimana bisa soal sesusah itu bisa dikerjakan dalam kurun waktu dua puluh menit.

"Kamu yakin sudah mengerjakan ini dengan teliti?" tanya guru yang sedang mengawas dengan tatapan tak percaya pada Anayouri, seolah dia meremehkan kemampuan Anayouri.

"Aku nggak sebodoh yang kamu pikir, dan bisa dipastikan kalau nilaiku seratus aku akan membuatmu keluar dari sekolah ini." Mendengar ucapan Anayouri tersebut, guru tersebut sangat dongkol. Tanpa basa basi Anayouri segera mengambil tasnya dan meninggalkan kelas.

"Memang siapa dia berani mengeluarkan aku?" rutuk guru itu tiada henti.

☜☆☞

Claudya baru saja menyodorkan sebotol air mineral ke arah Calla yang sedang memijat pelipisnya. Dengan senang hati, Calla menerimanya.

"Terima kasih," ucap Calla yang mendapat anggukan dari Claudya.

"Jadi, bagaimana ujiannya tadi, susah?"

"Entahlah, aku pusing. Ingin pulang saja rasanya," keluh Calla sambil menenggelamkan seluruh wajahnya ke dalam tumpuan tangannya.

"Ternyata gadis pintar seperti Calla bisa merasa lelah juga, ya?"

Suara Hanny membuat Calla terbangun. Senyuman menyebalkan Hanny dapat Calla lihat. Apa mau gadis ini?

"Hanny, jangan ganggu Calla untuk sekarang, ya, dia sedang pusing," ujar Claudya yang paham dengan situasi.

"Oh, begitu, ya. Maafkan aku, Calla." Calla tahu permohonan maaf Hanny sangatlah tidak tulus. Agar tak hilang image wibawanya, Calla berdiri dan memberikan tatapan mematikan pada Hanny.

"Hanya orang tidak berguna yang sibuk mengurusi hidup orang lain. Apa kamu juga golongan orang yang tidak berguna?"

Hanny mengepalkan tangannya, dia mulai kesal sekarang. Namun, sebisa mungkin dia harus menahan.

"Maaf, Calla. Aku nggak bermaksud bilang begitu, loh."

"Nggak ada manusia yang nggak merasa lelah dengan semua keadaan ini, pasti dia juga akan merasa putus asa juga," ungkap Calla yang tanpa sadar mengatakan hal itu.

Mendengar penuturan tersebut, Hanny memiliki kesempatan untuk membalas hal itu. "Kamu harus tahu juga, tidak semua orang selalu berada di atas. Ingat, roda kehidupan akan selalu berputar."

"Maksud kamu?" Calla benar-benar tidak mengerti, Hanny tersenyum puas melihat kebingungan Calla.

"Kamu harus semangat, Calla. Tidak ada Ryuma, ada Anayouri. Artinya saingan terberatmu sekarang adalah Anayouri. Kamu ingat tadi? Dua puluh menit saja dia mampu mengerjakan soal fisika. Padahal waktu masih tersisa satu jam sepuluh menit, bukan?"

"Hanny, hentikan!" bentak Claudya yang tidak tahan. Ia takut jika hal itu menjadi beban pikiran Calla. "Harusnya, kamu juga sadar diri. Apa kamu mampu mengalahkan Calla?"

Raut wajah Hanny berubah menjadi datar. Baginya berbicara dengan orang yang tak se-level dengan dirinya hanya buang-buang waktu. Tatapannya kembali pada Calla lalu tersenyum. "Semangat, ya, Calla."

Hanny benar. Posisi Calla saat ini memang tak aman mengingat Anayouri, si anak yang susah di tebak itu akan menjadi saingan terberatnya. Mungkin Ryuma masih bisa mengikuti ujian susulan, tetapi tetap saja jika dia tak bisa mempertahankan peringkatnya. Sungguh, saat ini Calla dilanda kecemasan.

☜☆☞

Bel pulang sekolah sudah terdengar. Nagisa keluar dari kelas dengan sedikit terburu. Dia harus segera menuju rumah sakit dan berharap Landry tidak mengikutinya.

Sampai di luar, dia bertemu dengan Anayouri yang sudah berada di depan gerbang. Nagisa ragu, haruskah dia menyapa Anayouri?

"Mau pulang?" tanya Anayouri tanpa menoleh ke arah Nagisa, membuat Nagisa sedikit terlonjak kaget.

"Aku ke rumah sakit," balas Nagisa seadaanya.

"Apa papamu belum sembuh?"

"Belum," jawab Nagisa, kemudian sebuah mobil SUV besar berhenti di depan mereka.

"Naik!" perintah Anayouri pada Nagisa.

"Apa?"

"Aku bilang naiklah! Kamu nggak mau anak itu mengikuti kamu bukan?" Entah dari mana Anayouri tahu apa yang sedang dirasakan oleh Nagisa. Tawaran Anayouri sangat bermanfaat juga, Nagisa tak ingin menyiakan kesempatan ini akhirnya naik ke dalam mobil milik Anayouri. Namun, sayangnya Anayouri malah berdiam diri membuat Nagisa heran.

"Kamu nggak masuk?"

"Nyawamu lebih penting ketimbang aku, pergi duluan!" Nagisa tercengang, apa ada orang yang ingin mencelakai dirinya?

Mobil pun melesat pergi membawa Nagisa jauh dari sana. Tanpa ragu Nagisa segera menanyakan hal itu pada sopir Anayouri.

"Apa yang akan dilakukan oleh Anayouri?"

"Tuan bilang, akan ada orang yang mengintai Nona Nagisa, jadi saya diutus untuk mengantar sampai rumah sakit dengan selamat."

Penjelasan sopir tersebut tak meleset dari apa yang sedang di khawatirkan oleh Nagisa. Ia berharap semoga Anayouri tidak apa-apa.

Sementara di tempat semula, Anayouri masih setia berdiam diri menunggu saat menegangkan tersebut. Dengan cekatan, seseorang menggunakan topi dan menutupi wajahnya dengan masker menikam Anayouri dengan sebuah belati. Namun, pergerakan itu bisa di tangkis cepat oleh Anayouri yang tak kalah lincahnya hingga memutar keadaan. Anayouri telah mengunci pergerakan orang itu dan sebuah belati kita tepat berada di depan leher orang itu.

Orang tersebut menelam salivanya, nyaris belati itu akan mengenai lehernya siap menyayat.

"Jika tidak ingin mati sia-sia, buatlah kesepakatan yang menguntungkan denganku," bisik Anayouri yang kemudian menampakkan senyum jahatnya.

Orang itu terlihat sangat panik. Haruskah dia menerima tawaran Anayouri, atau mati di tangan orang yang telah mengutus dirinya. Intinya sama saja, akhirnya nanti dia pasti akan mati juga.

-to be continue-

Wah, Hanny minta di apakan, nih?

Jangan lupa vote dan comment, ya. Kritik dan saran kalian sangat membantu.

BETRAYAL [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang