Bab : 12

79 11 1
                                    

Angin pantai menyapu lembut, membawa aroma segar dari laut yang tenang. Pasir putih bersih melapisi bibir pantai, menciptakan kesan damai dan menyegarkan. Di kejauhan, ombak bergelombang kecil menghantam pantai dengan ritme yang tenang, menambah suasana yang menenangkan.

Hyunjin dan Felix duduk di pinggir pantai, di bawah naungan sebatang pohon kelapa yang besar. Sinar matahari senja memancar hangat, menciptakan bayangan yang menarik di sekitar mereka. Suara deburan ombak menjadi latar belakang bagi percakapan mereka yang serius.

Dalam keheningan yang hanya dipecah oleh suara ombak, mereka berdua membagikan perasaan mereka dengan jujur dan tulus. Terkadang, angin membawa semilir pasir yang halus, menciptakan efek berkilau di udara. Dalam momen-momen seperti itu, terasa seperti waktu berhenti, dan mereka bisa fokus sepenuhnya pada satu sama lain dan pada perasaan yang mereka ungkapkan.

Angin pantai membelai lembut rambut mereka, menciptakan suasana yang intim di antara mereka berdua. Wajah Hyunjin dipenuhi dengan sorotan senja yang memancar kehangatan, mencerminkan keraguan dan kekecewaannya yang terpendam di dalam hati.

Ketika Felix menggenggam jemari Hyunjin dengan lembut, terdengar gemericik ombak yang mengiringi percakapan mereka. Hyunjin terdiam, matanya terasa terikat pada sosok Felix yang begitu dekat di hadapannya. Dia merasakan angin laut yang membelai pipinya, seolah memberinya dukungan dalam momen yang sulit ini.

Dalam keheningan yang hanya dipecah oleh suara angin dan ombak, Hyunjin merenung tentang perasaannya yang rumit terhadap Felix. Kenangan tentang pertemuan mereka pertama kali muncul di benaknya, saat mereka saling menabrak di sebuah cafe dan matanya terpesona oleh senyuman manis Felix.

Tapi belakangan ini, kehadiran Felix di kehidupannya semakin berkurang. Hyunjin merasa terasing dan terlupakan, tergantikan oleh kehadiran Changbin yang semakin mendominasi waktu dan perhatian Felix. Rasa cemburu dan kekecewaan mulai menggerogoti hatinya.

Hyunjin dengan berat mengucapkan kata-kata selamat atas pernikahan mereka yang akan datang, Hyunjin berusaha keras untuk menahan emosinya. Senyum palsu terukir di bibirnya, namun mata Hyunjin memperlihatkan kesedihan yang dalam. Dia berusaha keras untuk tidak menunjukkan betapa sakit hatinya saat itu.

"Terima kasih, Felix," ucap Hyunjin dengan suara yang terdengar rapuh. Tatapan matanya penuh dengan rasa sakit dan kekosongan, namun dia mencoba sekuat tenaga untuk tetap tegar. "Aku akan mencoba hadir di pernikahanmu."

Felix melepaskan genggaman tangannya dari Hyunjin dengan penuh pengertian. Dia memperhatikan wajah Hyunjin yang terus menunduk, merasakan kekosongan dan kekhawatiran yang tersirat di dalamnya.

"Aku pasti akan datang bersama Chan," ucap Hyunjin dengan senyum palsu, mencoba menyembunyikan kegelisahannya di balik ekspresi wajahnya.

Felix memperhatikan reaksi Hyunjin dengan tajam. Dia menangkap kebingungan dan rasa terpaksa di balik senyum Hyunjin. Namun, dia memilih untuk tidak menyelidiki lebih jauh, hanya mengucapkan kata-kata penyemangat.

"Owh, pria itu? Changbin bilang dia sepupumu, tapi tatapanmu padanya terlihat berbeda. Seperti lebih dari sekadar sepupu," ucap Felix dengan nada yang penuh pengertian.

Hyunjin tersenyum tipis, berusaha menjaga rahasia tentang hubungannya dengan Chan. "Haha, Chan memang bukan sepupuku. Aku hanya beralasan saat itu," jawabnya dengan hati-hati.

Felix mengangguk, membiarkan Hyunjin dengan keputusannya sendiri. "Jika memang kau ditakdirkan bersamanya, aku hanya ingin melihatmu bahagia," ucapnya dengan tulus.

Perasaan Hyunjin menjadi sedikit lebih tenang mendengar kata-kata Felix, meskipun ia masih belum sepenuhnya yakin dengan keputusannya. Namun, sebelum ia bisa merenung lebih dalam, Felix berlari pergi setelah melihat seseorang.

|ʟᴏᴠᴇ ᴘɪᴄᴛᴜʀᴇ| ChanjinWhere stories live. Discover now