Eps 19 [ hurtful]

90 37 55
                                    

.
.
.
"Namun jika kau bersedia, genggam tanganku dan kita melangkah bersama."
-Adrian
.
.
.

___•°√°•___

Di rumah Liona, Revano dengan marah menggebrak meja di sambut dengan suara bantingan handphone miliknya. Revano marah karena putrinya tidak kunjung pulang. Sudah ia hubungi berkali-kali namun sama saja tidak ada jawaban dari Liona. Kesabarannya seperti di permainkan oleh anak sematawayangnya itu.

"Sial kemana anak itu pergi? Ck menyusahkan saja," ucap Revano sembari memegangi pangkal hidungnya.

"Ayah, Ara laper, kok kak Lio belum pulang? Kita bisa mati kelaparan kalo begini terus," keluh Ara bergelayut di lengan Revano.

"Sebentar ya sayang, ayah lagi nyari kak Lio. Kemana anak itu, awas saja kalau pulang," tutur Revano dengan geram.

Revano mengambil benda pipih yang tadi ia lemparkan ke arah meja, ia beberapa kali memencet tombol. Terdengar nada sambung beberapa detik, kemudian seseorang di sebrang sana menjawab.

"Halo, gimana Van?" tanya seseorang di sebrang telpon.

"Halo Vin, anak saya ada di rumah mu nggak?" tanya Revano seseorang itu.

"Enggak tuh Van, anak saya aja juga tadi pergi sampai sekarang nggak pulang-pulang," jawab Alvin ayah Rian.

Ya memang Revano dan Alvin saling kenal, terlebih lagi mereka adalah teman semasa SMA dulu dan sekarang menjadi rekan bisnis. Setelah menelpon Alvin ternyata Rian juga tidak ada di rumah, kemana mereka berdua pergi? Bikin orang repot saja.

"Ya sudah Vin, saya matiin dulu ya, mau lanjut nyari anak itu," ucap Revano sembari mematikan telpon.

"Gimana ayah? Ara laper banget, dari tadi ibu juga udah marah-marah gara-gara lapar."

"Kita makan di luar saja ya sayang! Ajak Bang Reyhan sama ibu," pinta Revano kemudian ia berjalan kearah dapur entah apa yang ingin Revano lakukan. Ara mengangguk senang dan berlari ke kamar Reyhan.

Sedangkan Revano ia membuka lemari es melihat isi di dalamnya terdapat beberapa bahan makanan. Ia mengambil plastik sampah kemudian memasukan semua bahan makanan itu kedalamnya. Revano berniat membuang semua bahan makanan itu agar Liona merasakan kelaparan seperti mereka. Revano membawa bungkusan hitam itu keluar rumah, di ambang pintu ia berpapasan dengan Reyhan. Merasakan ada yang aneh Reyhan pun bertanya.

"Itu apa, Yah? Sampah?" tanya Reyhan di angguki oleh Revano. Kemudian ia melenggang pergi membawa kantung sampah itu keluar dan membuangnya.

Jujur Reyhan sebenarnya khawatir dan cemas, ini hampir gelap namun adiknya tak kunjung pulang. Terlebih lagi mereka akan pergi keluar, bagaimana dengan Liona jika dia sudah pulang nanti? Reyhan sebenarnya ingin tinggal di rumah namun dipaksa Hilya untuk ikut.

Terlihat sebuah mobil berwarna merah memasuki pekarangan rumahnya. Mobil itu berhenti kemudian menampakan sosok perempuan keluar dari tempat pengemudi. Itu adalah Alyera, mantan pacar Reyhan. Reyhan melihatnya saja sudah muak, bagaimana dia bisa tahu alamat rumahnya?

"Selamat sore, Om, Tante, Reyhan. Kalian mau pergi, ya?" tanya perempuan itu.

"Ngapain lu kesini?" tanya Reyhan malas.

"Ihh emang kenapa? Salah ya aku main ke sini? Lagian aku juga kangen sama Tante Hilya," ucap Yera dengan senyuman manisnya.

"Eh Yera bukan sih Rey?" tanya Hilya membuka kaca mobil bagian penumpang.

"Eh Tante Hilya apa kabar Tan?" ucap Yera dengan tersenyum.

"Baik, ajak Yera gih Rey. Yera ikut makan malam yuk, biar Reyhan yang nyetirin kamu, Reyhan kamu bareng sama Yera ya, ayah, ibu, sama Ara duluan!" pinta Hilya.

I'M OKEY!! [END] TERBITWhere stories live. Discover now