Bab 1 : Averyl Genevra

734 63 0
                                    

Vote dulu yaa
Kalau udah baru lanjut

Udah?

Mari kita mulai......

KOMENNYA JANGAN LUPA

Happy reading 💛

•••

Dalam sebuah apartemen ada dua orang gadis yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Yang satu sibuk mengemasi barang-barang, sedangkan yang satunya sibuk berceloteh.

"Kau benar-benar akan pergi?" Catherine merebahkan tubuhnya dengan posisi miring dan tangan kanan sebagai penyangga kepala.

"Hm," balas Averyl tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun.

"Averyl," panggil Catherine ragu, "kau akan kembali kepada keluargamu?"

Tidak ada jawaban dari Averyl. Catherine pun tidak mau memperpanjang, takut sahabatnya kesal.

"Tolong jaga Grandpa dan Grandma, mungkin aku akan lama di sana," pinta Atu.

"Okay."

Butuh waktu setengah jam untuk mengemas semua barang yang Atu perlukan. Malam ini juga dia akan berangkat ke negara Ibunya.

Averyl menatap pigura yang terpasang di dinding kamarnya. Di sana semua keluarga ada, tersenyum bahagia. Namun lama-kelamaan satu persatu orang yang ada di foto itu menghilang ditelan waktu.

"I miss you all, so much."

Averyl Genevra, gadis blasteran Indo-Italia. Ibunya asli Italia, sedangkan Ayahnya juga berdarah campuran sama seperti dirinya Indo-Italia. Dia lahir di Prancis, dibesarkan sampai berumur 4 tahun di Indonesia lalu selebihnya dia tinggal di Italia bersama orang tua Ayahnya. Namun dia juga sering berkunjung ke Indonesia untuk menemui keluarganya, begitupun sebaliknya.

Orang-orang biasa memanggilnya Averyl atau Avey. Namun beberapa orang terdekat manggilnya Atu. Sangat tidak nyambung bukan. Sebenarnya panggilan itu dia sendiri yang mencetuskan. Waktu kecil Averyl memanggil dirinya sendiri dengan kata Aku, tapi karena dia melafalkan huruf 'k' menjadi 't' jadilah panggilan Atu sampai sekarang.

"Avey!"

Averyl membuka matanya yang baru beberapa menit terpejam. Dia benar-benar butuh tidur!

Yang memanggilnya barusan adalah tetangga Averyl. Wanita seumuran Ibunya yang sering mengantar makanan untuk Averyl. Namanya Elena, wanita malang yang ditinggal mati anak dan suaminya karena kecelakaan yang menimpa keduanya. Elena mengaku bahwa kehadiran Averyl membuatnya tidak kesepian lagi.

"Jadi kau sudah melupakan bibi mu ini? Kau akan pergi tanpa memberitahu aku, begitu?" cerca Elena sambil berkacak pinggang.

Keduanya sama-sama diam. Averyl yang tidak ingin berdebat kini bergerak memeluk Elena. Averyl memejamkan matanya karena merasa nyaman. Huh, Averyl jadi semakin merindukan Ibunya.

"Terimakasih, Bibi." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Averyl.

Elena adalah orang yang berharga dalam hidup Averyl setelah keluarganya. Perlakuan Elena selama ini membuatnya tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang seorang Ibu walau dia dan Ibunya tinggal di negara yang berbeda.

"Hati-hati di sana," pesan Elena.

"Aku tidak sendirian, keluargaku ada bersamaku."

Elena mengusap kepala Averyl. "Sekarang kau harus mengisi perutmu," ucapnya.

Averyl makan dengan lahap. Dia pasti akan merindukan masakan Elena saat di Indonesia nanti, dia juga akan merindukan ceramah Elena saat dirinya malas untuk makan.

Waktu berlalu dengan cepat. Tiba saatnya untuk Averyl berpisah sementara dengan negara tempat dia tumbuh.

"Jaga dirimu baik-baik, pastikan pola makan mu tetap teratur. Oh benar, kirimkan nomor asisten rumah tangga di sana, aku akan memastikan keadaannya lewat mereka karena aku yakin jika aku bertanya padamu kau akan akan berbohong," pesan Elena panjang lebar.

"Aku bisa memerintahkan mereka untuk berbohong juga," gurau Averyl membuat Elena melotot seketika.

"Sudahlah bibi, Avey akan baik-baik saja, kau tau sendiri dia adalah gadis yang kuat." Catherine mengusap punggung Elena, menyalurkan kesabaran. "Dan kau Avey! Pastikan ucapan tadi benar, kalau sampai aku mendengar kau tidak baik-baik saja, hari itu juga aku akan ada di sampingmu," lanjutnya.

"Baiklah. Jadi sekarang aku sudah bisa pergi?"

"Pergilah, ingat pesanku dan Catherine."

"Hm, aku titip Grandma dan Grandpa."

"Tentu saja, aku akan sering mengunjungi makam mereka," ucap Elena.

Averyl memeluk keduanya untuk terakhir kalinya sebelum dia berangkat. Dia pasti akan merindukan dua orang kesayangannya ini.

***

Sekarang Averyl sudah berada di halaman rumah milik keluarganya. Di setiap langkah kakinya selalu ada kenangan yang melintas membuat kesedihan sedikit demi sedikit menghampiri.

Halaman luas ini pernah menjadi tempatnya bermain bersama saudara-saudaranya. Dia pernah terjatuh di sini. Averyl melihat sebuah pohon mangga yang sudah berdiri lama di sana. Dia pernah melempar mainan abangnya di kolam kecil dekat pohon mangga itu.

Averyl memasuki rumah besar yang sayangnya sudah hampir 4 tahun ditinggalkan tuannya.

Air mata Averyl tidak bisa lagi dibendung. Di setiap sudut rumah ini ada bayangan keluarganya. Bayangan Ibunya yang memasak di dapur, bayangan Ayahnya yang membaca koran di kursi meja makan sambil menunggu anak-anak turun, bayangan saudara-saudaranya yang sering berlarian ke sana ke mari.

"Atu tungguin abang!"

"Kejar Atu kalo bisa, wlee ...."

Sungguh Averyl tidak sanggup melangkah lebih dalam. Isak tangis keluar dari mulutnya. Averyl membungkam mulutnya sendiri agar tangisannya teredam. Namun tidak bisa, Averyl tidak sanggup menahannya. Kesedihan yang selama ini dia tahan, tumpah begitu saja dalam bentuk air mata. 4 tahun dia mencoba pulih dari lukanya, tapi kini luka itu kembali terbuka hanya karena Averyl menginjakkan kakinya di rumah penuh kenangan ini.

Dulu rumah ini penuh dengan canda tawa. Namun kini hanya tersisa Averyl yang hidup sebatang kara. Semua keluarganya sudah tiada. Mereka meninggal di tahun yang sama, saat Averyl berusia 12 tahun, tepat saat Averyl berkunjung ke sini. Tidak cukup sampai di situ, 2 bulan yang lalu Tuhan kembali mengambil anggota keluarga Averyl yang tersisa, Kakek dan Neneknya.

"Aku kembali untuk kalian, untuk membalaskan kematian kalian semua."

"Non Avey."

Averyl menghapus air matanya yang tersisa. "Ada apa, pak?" tanya Averyl pada sopirnya.

"Barang-barangnya mau dibawa ke kamar Non Avey yang lama 'kan?" Averyl mengangguk.

Setelah itu Averyl memilih untuk mandi kemudian membereskan barang bawaannya. Itupun kalau dia tidak lelah.

•••

Bab 1 clear ✓

Makasih yang udah baca plus vote
Semoga kalian suka yaaa
Maaf kalau ada typo

See you next part

Averyl's GameDove le storie prendono vita. Scoprilo ora