9

515 5 0
                                    

Anna dan Devin telah tiba di rumah. Rena dengan sigap turun dan membantu Anna. Devin mengernyit melihat pemandangan itu. Dia berjalan dengan cepat hingga berhenti tepat di depan Anna dan Rena. "Di sini sudah ada yang bisa membantu Anna. Jadi kamu bisa pulang, Ren."

Anna dan Rena saling berpandangan setelah mendengar Devin bicara. Rena mengangguk memaklumi di hadapan Anna lalu berkata,"Maaf Tuan. Silahkan." Sambil mengarahkan tangannya ke arah Anna. Devin menatap tangan Rena bingung, lalu bergantian menatap Anna. Anna yang sudah tidak sabar ingin ke kamar langsung berkata dengan kesal kepada Devin. "Cepetan bantu. Sibuk celingak celinguk kayak orang bego."

Devin semakin bingung lalu mengarahkan jari telunjuknya ke arah wajahnya. Hal itu membuat Anna makin jengkel hingga berteriak kesal, "Iya! Saya bicara dengan Anda, Tuan Devin! Katanya di sini sudah ada yang bantu kan? Errrgh!"

Setelah kesalahpahaman beberapa menit akhirnya Devin mengerti. Devin menghela napas dan kembali ke mode cool setelah sibuk menunjukkan wajah bodohnya sedari tadi. "Anna, bukan aku yang membantu kamu. Tapi mereka." Kata Devin sambil menadahkan kedua tangannya pada semua ART yang berdiri di belakangnya.

Anna terdiam, Rena pun ikut terdiam dan menatap Devin tak percaya. Yang ditatap hanya cuek dan melenggang pergi masuk rumah. Melihat itu, Anna berdecak kesal dan menggeleng kepalanya. Dia mengambil koper dan tasnya dengan kasar. Indah dan pembantu lainnya tidak tinggal diam. Mereka langsung berlari ke arah Anna dan membantunya. Sambil memegang ekor gaun dan menopang tangan Anna, Indah berkata, "Selamat atas pernikahannya, Nona. Mari kami bantu ke kamar." Anna menurut dan masuk ke rumah dengan hati-hati.

Sampai di kamar, dia langsung menuju sofa dan berbaring di sana. Para ART membantu Anna mulai dari melepas gaun, membersihkan make up, merapikan rambutnya bahkan menyuapinya makan siang. Selesai membantu Anna, Abbey melihat ke arah jam dinding kamar lalu berkata pada Anna, "Nona bisa istirahat 1 jam dari sekarang. Pukul 1 siang akan kami bangunkan untuk kembali bersiap menghadiri jamuan."

Anna mengangguk menanggapi perkataan Abbey meski matanya masih terpejam. Ngantuk dan lelah yang membuatnya demikian. Namun tak berapa lama menikmati keheningan, Devin datang ke kamar Anna. Dengan santai, dia melempar tubuhnya ke kasur hingga membuat suara. Anna yang menyadari suara tersebut segera bangun dan kaget melihat Devin di ranjangnya.

"Ngapain di situ? Keluar."

"Mulai nanti malam, kita satu ruangan. Jadi latihan dulu sekarang."

"Latihan? Latihan apaan?"

"Latihan tidur bareng. Sini naik ke kasur."

"Gila."

"Ya mungkin aja waktu aku tidur ada suara kayak babi ngorok, kan?"

Spontan Anna bangun. Matanya melotot dan bibirnya terkatup kuat. Yang ditatap hanya melempar senyum sebelum sukses melempar upilnya ke arah Anna. Anna tak bergeming. Semenit kemudian dia kembali tidur sebelum akhirnya bersuara, "Sekali lagi kamu ngomong, kamu sudah kehilangan penis kamu saat bangun nanti."

Devin terlonjak kaget. Kepercayaan dirinya untuk mengusili Anna hilang setelah Anna berkata demikian. Dia mencoba untuk tidur tanpa mengganggu Anna sama sekali. Dia pun mengganti arah tidurnya untuk menyejajarkan dengan Anna yang tidur di atas sofa, depan kasurnya.

***

Abbey datang dan mengetok pintu kamar Anna sambil berkata, "Nona, sudah waktunya."

Tidak ada jawaban dari kamar Anna, Abbey pun mengetuk lagi dengan lebih keras. Namun, hasilnya tetap sama. Merasa bahwa dia akan bertanggung jawab bila Anna telat, Abbey pun mengetok pintu dengan cepat dan keras sehingga menimbulkan suara berisik. Namun, lagi-lagi hasilnya nihil. Tak tinggal diam, Abbey tanpa permisi mencoba membuka pintu kamar Anna dan berhasil! Pintu kamarnya tidak dikunci. Dengan perasaan bahagia yang turut dirasakan bawahannya, mereka langsung menerobos masuk kamar Anna.

MineWhere stories live. Discover now