4

840 5 0
                                    

"Anna! ANNAAA!!!" teriak Danar begitu sampai di rumah.
"Apa?"
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak mau menikah dengannya?"
"Kenapa aku dijadikan tumbal?"
Danar terdiam dan menghela nafas. "Tidak ada yang menjadikan mu tumbal. Sudah sewajarnya di usia mu ini untuk menikah, kan? Apalagi dengan Devin. Seorang pengusaha kaya raya, tampan, dan tinggi. Sangat cocok bersanding dengan mu."
"Aku hanya ingin menikah dengan lelaki yang mencintai ku." Jawab Anna.
"Dia mencintai mu. Dia sudah lama menyukai mu."
"Dia bilang?"
"Iya."
"Bohong."
"Aku tidak berbohong. Ayo lah. Meski aku memaksa mu dan menyuruh Devin untuk menculik mu, kalau kau bilang tidak ya dia tidak akan menikahi mu. Aku pun tidak mendapatkan investor."
"Kenapa harus dia? Bang, investor lain banyak."
"Hanya dia yang mau. Aku sudah susah payah mendapatkannya."
"Susah payah? Dengan mengorbankan ku?"
"Ayo lah. Setelah menikah, kau masih bisa jalan dengan teman mu. Belanja. Dia baik. Sangat baik."
"Ku pertimbang kan dulu."
"Tidak bisa. Batas waktu hari ini untuk menerima pernikahan."
"Kok ngotot???"
"Lah terus???"
Anna memegang kepalanya, merasakan denyut yang tiba2 datang. "Cukup. Aku mau tidur."
"Kontak Devin dulu kalau kau ingin menikah dengannya."
"Aku mau tidur!"
"Kau mau tidur? Kau bisa tidur di jalanan. Rena, bereskan semua barangnya. Usir dia dari sini."
"Abang!!" Teriak Anna tak tahan.
"What??? Kamu pikir cuma kamu yang pusing??? Aku juga! Kamu tu nggak kerja. Kamu cuma nerima. Mana kamu tahu gimana susahnya kerja!"
"Aku mau kerja nggak dibolehin! Salah siapa? Aku??? Aku berhasil lulus tes kerja di salah satu bank bergengsi. Nggak sampai 1 bulan, kalian membuat aku keluar dari tempat itu."
"Keluar. Aku tidak ingin mendengar mu lagi. Kau bukan adikku. Jangan lupa semua kartu mu sudah ku blokir. Bye." Balas abangnya.
What??? Hei!!!
Saat Anna panik mendengar abangnya yang memblokir kartunya, Rena datang dengan serombongan barang milik Anna. Rena membuka pintu lalu semua barang Anna diletakkan di luar oleh Rena dan pembantu lainnya. "Nona, semua pakaian dan barang Anda sudah saya letakkan di luar. Dalam 3 detik tolong tinggalkan tempat ini. Permintaan dari tuan Danar."
Mata Anna terpejam, kedua tangan Anna mengepal, lalu... "OKEEEE! TELPON DEVIN DAN BILANG AKU MAU MENIKAH DENGANNYA! SEKARANG! DASAR ABANG BRENGSEK!" PRANG! Vas keramik pecah setelah Anna melemparkannya ke tangga yang mengarah ke lantai 2. Tempat di mana abangnya naik tadi. Namun, Danar tidak perduli. Dia berlari dengan cepat lalu melihat ke bawah tempat adiknya berdiri, "SERIUSS? OKE JANGAN BERUBAH LAGI! WAIT THERE!"
Anna menatap sebal dan bergumam,"Brengsek."

***

Di kamarnya, Devin terlihat kacau. Dia mencintai Anna tapi tak bisa memaksanya untuk menikahinya. Dia terlalu menyayanginya. Dia menginginkannya, tapi tetap ingin melihat Anna bahagia. Di saat sedang bingung harus apa, Devin menerima telpon dari Danar.
"Berhenti nelpon. We're over."
"Apaan over over. Anna lagi di jalan sama Rena. Dia mau nikah. Jadi aku kirim ke rumah mu. Jaga dia. Jangan sampai kabur. Stylish, wedding dress, dinner, everything sudah disiapin untuk kalian besok."
"Hah? Di jalan ke sini?"
"Iya, bego. Dev, kita ini deket. I know you. Kenapa Anna nggak dipertahankan? Dia nolak nikah, kenapa terima aja? Dipertahanin, bro! Jaga. Mau lihat Anna nikah sama orang gila kayak mantan pacarnya dulu? Kelihatan adem, diem- diem mukul. Berapa lama tuh Anna pacaran dan dipukul? Aku nggak kuat kalau inget masa-masa itu lagi. Jadi kenapa aku setuju kamu nikah dengan Anna? Ya karena aku tahu kamu. Aku percaya kamu akan jaga adik aku dengan baik."
Seketika Devin mengingat masa2 itu. Saat Anna pulang sambil menangis. Naik ke tangga dan mengurung diri di kamar. Devin hanya terdiam menatapnya. Tak bisa membantu. 

"Dev, udah dulu. Pokoknya jangan batalin investasi lagi. Bisa nggak sih kalian berdua diajak kerja sama? Aku udah kayak mamak-mamak beranak dua, tahu nggak?"
Spontan Devin tertawa lalu membalas, "Oke. See you tomorrow. Thank you, emak."  Telpon ditutup dan Devin memanggil seluruh orang di rumahnya untuk bersiap.

***

"Permisi. Apakah Pak Devin ada di rumah?" Tanya Rena yang sebelumnya mengetuk pundak salah satu wanita berseragam di taman. Wanita itu berhenti melakukan aktivitasnya dan bertanya,"Dengan siapa, bu?"
"Saya Rena, sekretaris pak Danar. Saya datang untuk mengantar nona Anna."
Wanita yang memakai seragam ART tersebut kaget dan langsung berdiri tegap. Dia mengambil walkie talkie dari bajunya dan berbicara, "Nona Anna sudah datang. Sekali lagi, nona Anna sudah datang." Suara tersebut lantas membuat seisi rumah heboh. Mereka cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan, berharap rumah sudah bersih dan rapi saat Anna masuk.
"Ehem. Mari saya antar, Nona. Pelan-pelan saja, non Anna." Lanjut ART tadi sembari menyelipkan walkie talkie di baju belakangnya. Anna mengangguk lalu mengikuti ART tersebut dari belakang punggung Rena. Namun, Anna ragu. Dia pun bertanya pada ART tersebut, "Apa tidak lebih baik jika kita pakai mobil saja? Karena jalan menuju rumah terlihat jauh." Anna tersenyum berharap ART tersebut tidak mempermasalahkan tawarannya.
ART tersebut hanya terdiam mematung. Merasa tidak ada jawaban, Anna dan Rena menganggap diam itu sebagai kata 'iya'. "Kalau begitu, Anda bisa ikut dengan kami. Silahkan masuk." Tawar Rena sambil membuka pintu mobil untuk ART tersebut.

MineWhere stories live. Discover now