part 9

54 6 0
                                    

"Engkau yang tau apa yang terbaik untuk hamba Mu ya Allah"

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

Asiy berdiri di depan kantor guru menunggu mobil pesantren yang akan mengantarkannya lomba ditemani Ilham dan bu Eka yang alhamdulillah sudah bisa masuk. Ini sudah hari ke delapan sejak kabar ibunya meninggal.

"Kalian sudah siap kan?" Tanya Bu Eka sekali lagi.

"InsyaAllah bu" jawab Asiy yang hanya diangguki Ilham.

"Jangan gugup, nanti malah jadi ngak bisa mikir, santai aja, kalau udah selesai diteliti lagi. Jangan lupa berdoa, baca shalawat. Jangan jadiin menang sebagai tujuan utama" bu Eka mengeluarkan wejangan yang intinya sama dengan yang diberikan guru guru dari dulu.Setidaknya itu menurut Asiy.

"Yuk!" Ajak bu Eka begitu mobil sudah ada di depan mereka.

"Bismillah" gumam Asiy lirih dengan bersungguh sungguh.

Perjalanan dari pesantren hingga SMA Garuda, tempat lomba diselenggarakan tidak begitu jauh dam diisi pembicaraan ringan. Mobil ini hanya diisi empat orang dengan Ilham dan kang Khusnul, abdi ndalem yang merangkap menjadi sopir abah di depan dan Asiy juga bu Eka di kursi penumpang belakang.

Sebenarnya olimpiade ini tidak hanya matematika saja, tapi ada banyak bidang contohnya Fisika dan Geografi, tapi jadwal per mata pelajaran berbeda. Setiap bidang berselang satu hari.

Sampai disana, Asiy dan Ilhan sebagai perwakilan dari SMA An-Nur masuk ke ruang perlombaan. Lomba ini berbasis komputer jadi setelah keluar akan langsung diumumkan siapa pemenangnya. Lomba ini ada tiga tqhap, seleksi, semi final, dan final.

/╲/\╭(•‿•)╮/\╱\

"Bagaimana tadi soalnya?" Tanya bu Eka begitu Asiy dan Ilham keluar dari ruangan, hampir bersamaan.

"Kurang lebih membagongkan bu" Jawab Ilham asal, wajahnya terlihat tak bersemangat. Rambutnya yang tadi rapi dengan peci sudah berantakan. Beberapa kali Asiy melihat Ilham mengacak rambutnya sendiri saat tadi sedang mengerjakan.

"Ya udah nggak papa. Yang pemting kan kalian sudah berusaha. Tentang bagaimana nanti hasilnya, biarkan Allah yang menentukan" ujar bu Eka sambil tersenyum. Tidak menuntut.

"Pengumumannya jam berapa bu?" Tanya Asiy.

"Tadi staf pengurus bilang hanya sepuluh menit setelah tahap seleksi selesai, karena memang berbasis komputer jadinya cepet" Asiy mengangguk, setidaknya mereka tidak akan menunggu lama.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mohon perhatiannya sebentar semuanya" terdengar suara dari pengeras suara. Atensi semua orang langsung kesana, mendengarkan baik baik apapun yang akan disampaikan. Koridor yang semula bising menjadi hening. Hanya terdengar orang menjawab salam, lirih.

"Baik, akan saya sampaikan nama siswa siswi yang akan lanjut ke semi final. Untuk nama yang dipanggil, diharapkan masuk ke ruang komputer lagi. Terimakasih" Lalu nama nama orang yang lolos mulai dibacakan.

Asiy menghentikan napas demi memdengar itu, jantung nya berdegup keras. Yang terpilih hanya 20 siswa dari lebih dari 100 siswa.

"Alhamdulillah" pekik bu Eka begitu nama Asiy dan Ilham terpanggil. Hampir bersamaan, hanya berselang dua nama. Asiy menghembudkan napasnya lega, berbanding terbalik dengan Ilham yang wajahnya terlihat semakin tak bersemangat.

love you in my prostrationWhere stories live. Discover now