Perihal Ceban

1.6K 221 97
                                    

Today kita mulai hari ini dengan sesuatu yang ringan ygy <(")
Disclaimer: cringe, beberapa kata kasar, lo-gue pronouns dkk

Happy reading yall!

.

.

Kelas yang sepi di sore hari setelah semua jam pelajaran selesai adalah setting favorit untuk Seong Taehoon. Ia dapat merokok dengan bebas sambil melihat pemandangan ke lapangan, melihat murid-murid lainnya berkegiatan ekskul. Kadang Taehoon tertawa kenapa banyak sekali orang yang ingin menyibukkan diri seperti itu. Mereka tidak punya kerjaan lain apa?

Taehoon membuka bungkusan potato chip hasil palakannya itu hari ini. Daripada palakan, Taehoon lebih suka menganggap ini sebagai sedekah dan rezekinya. Ia bersenandung riang sambil sambil memakan chips itu. Sesekali ia mengingat bocah kelas satu yang memberikan jajanan ini secara cuma-cuma hanya karena ia tidak sengaja menyenggol Taehoon di kantin.

Lihat? Taehoon bahkan tidak perlu berkata apa-apa untuk mendapatkan sesuatu. Hidupnya sangat mudah dibandingkan murid-murid yang sedang melakukan kegiatan ekskul di lapangan itu.

Dianggap sebagai preman itu adalah hal yang menyenangkan, kau tahu? Tidak berani ada yang mengganggumu, dan semua orang takut padamu. Pada dasarnya, kau berada di puncak rantai makanan.

Taehoon menyesap e-cignya lalu menghembuskan asap berperisa buah itu dengan nikmat.

Tidak ada satupun orang yang berani dengannya di sekolah ini.

Menjadi preman itu menyenangkan ya?

.

.

.

Keesokan harinya

Suara bel masuk terdengar di penjuru kelas IPS 3 itu. Seluruh murid kelas itu langsung buru-buru duduk di bangkunya sembari menunggu guru wali kelas mereka masuk. Taehoon yang sedari tadi hanya memainkan handphone langsung memasukkan benda itu ke dalam kantongnya dan membenarkan posisi duduknya. Ia boleh menjadi seorang preman, namun citranya di depan guru juga harus dijaga, tahu?

Pintu kayu kelas itu berdecit terbuka, menampilkan seorang pria tua dengan kacamata tebal dan rambut yang menipis. "Selamat pagi anak-anak."

"Pagi, pak~"

"Sebelum memulai pelajaran kali ini, saya ingin mengenalkan teman baru kalian."

Murid baru di semester genap? Tidak biasanya. batin Taehoon. Ia menopang dagunya, terlihat tidak tertarik. Ia menghela napas bosan seraya mengalihkan pandangannya keluar.

Murid-murid di kelasnya itu langsung ricuh karena penasaran, terutama para murid lelaki yang berharap bahwa anak pindahan tersebut seorang murid perempuan.

"Masuklah," wali kelas itu memberi aba-aba kepada murid baru yang masih ada di luar kelas.

Taehoon melirik sedikit ke arah murid laki-laki bersurai coklat tua dengan perawakan yang pendek itu. Wajahnya terlihat gugup namun cahaya determinasi juga terlihat menguasai wajah tersebut.

"Uh, perkenalkan, nama saya Yoo Hobin." ucap murid baru itu agak sedikit canggung. Wajahnya yang gugup itu ia paksakan untuk membentuk sebuah senyuman setengah-setengah.

Beberapa suara kecewa dari murid-murid lelaki dapat terdengar dengan jelas. Wali kelas itu mengangguk dan segera mengisyaratkan Hobin untuk duduk di bangku yang masih kosong di dalam kelas itu.

Taehoon menatap punggung Hobin yang kebetulan mengisi bangku kosong yang berjarak dua bangku darinya itu. Ia menyeringai tajam.

Mangsa baru, nih?

The Untold Stories of Taehoon and HobinWhere stories live. Discover now