Kesepuluh

818 152 1
                                    

Sejak dimana Karina menceritakan masalah di pikirannya, Giselle menjadi tak tenang dengan selalu memikirkan bagaimana caranya dia bisa ikut andil dalam masalah ini. Mau bagaimanapun selaku sahabat Karina, dia harus bisa membantu cewek Yoo itu.

Walau badannya berada tepat di kursi kafe bersama Park Jihoon, pikirannya mengarah kemanapun. Tangannya terus mengaduk minuman soda nya.

"Sayang hey." Panggil Jihoon lembut sembari mengusap punggung tangan Giselle.

Objek yang di panggil tersadar dari lamunan, dan memberi senyum kepada sang kekasih.

"Ada apa? Biasanya langsung cerita."

Kepala yang sedang di kuncir cepol itu menggeleng. "Ga mikirin apa-apa, maaf ya jadi nyuekin kamu Hoon."

"Ga pa-pa sayang, ga harus ajak aku ngomong mulu. Aku ga bakal marah, kalo ada apa-apa lebih baik di keluarin jangan kamu kamu pendem sendiri. Ada aku yang bakal dengerin semua cerita kamu ya?"

Giselle memajukan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. "Jihoon... Makasih ya."

"Apapun buat kamu Sel."

..

Yoshinori di landa cemas, pasalnya kekasihnya itu sulit sekali di hubungi. Bahkan semua media sosialnya seakan tak ada kehidupan sejak kemarin, cowok Jepang itu sudah mencoba untuk mengunjungi rumah Karina, tapi hasilnya nihil, Karina tak ada di rumah.

Sedari tadi mondar-mandir membuat Junkyu yang duduk tenang menyemili bola keju dibuat jengah, dan melempar satu biji bola keju tepat mengenai kening si Kanemoto itu.

"Lo bisa ga si Yos, duduk aja gitu kalo khawatir. Ga usah mondar-mandir."

"Lo juga sama. Kalo lagi khawatir sama Lia suka mondar-mandir bahkan ngacakin markas."

"Ya ga usah buka kartu, monyet."

Yoshinori tak lagi menanggapi cowok Kim itu dan terus mengirim pesan dan menelpon.

"Karina, are you okay?"

"Engga, aku lagi ga okey..."

"Kamu dimana sekarang?"

"Kafe biasa."

"Aku kesana sekarang ya sayang. Kamu jangan kemana-mana oke?"

Karina mengangguk di sebrang sana dan langsung mematikan sambungan teleponnya.

Langsung saja Yoshinori menghampiri Karina dengan mengendarai motor kesayangannya. Sesampai disana, Yoshinori bisa melihat dari luar jendela Karina nya menunduk seakan menyembunyikan sesuatu di balik wajah indahnya.

Kaki jenjang membawanya masuk melangkah kearah Karina. "Kar?"

Karina mengangkat wajah nya dan dengan segera Yoshinori duduk di samping sang kekasih. Memeluk dengan sayang dan Karina menyembunyikan wajahnya di pundak Yoshinori.

"Aku ga mau Papa nikah lagi. Aku ga mau, mendiang Mama tergantikan sama sosok ibu baru." Ucapnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Kalo Papa mau nikah lagi, itu tandanya beliau udah lupain Mama aku kan? Papa udah lepas Mama. Aku ga mau posisi Mama di hati Papa terganti sama Tante itu."

Tangan besar Yoshinori menepuk-nepuk puncak kepalanya. "Papa nikah bukan berarti ngegantiin posisi Mama, Papa cuma mau Karina ngerasain sosok Mama lagi dalam hidup, Papa mau setiap pagi ada yang buatin sarapan. Papa mau Karina ga kesepian lagi. Mama mu ga akan tergantikan di posisi Papa. Jangan sedih, aku ga mau liat wajah indah pacar ku ini kejatuhan air mata."

Hello; YorinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang