Atas permintaan Papa Karina dan disetujui oleh Papa Yoshinori. Pernikahan keduanya betul-betul dipercepat, yang tadinya akan dilaksanakan sebulan sesudah tunangan, sekarang seminggu setelahnya.
Yoshinori menjadi macan ganas yang didekati siapapun pasti akan mengamuk, pasalnya sudah lima hari tidak bertemu Karina. Rindu nya semakin banyak. Sungguh, Yoshinori tak berbohong.
"Ini namanya di pingit, you know pingit ha?" Kata Papa sembari makan sarapannya.
"Tau, Yoshi tau. Tapi kangen Pa." Rengek nya.
Papa tersenyum, sudah terasa lama sekali rasanya melihat anak semata wayang itu tak merengek. Yoshinori betul-betul tumbuh menjadi anak yang baik.
"Papa juga dulu kaya kamu di pingit gini, biasa aja tuh. Kamu lebay banget, ga ketemu Papa sebulan ga ada ngabarin bilang kangen tuh." Cetus Papa, menyebut fakta.
"Kan beda, aku dapetin Karin tuh susah. Yang mau sama Karina banyak banget. Sampe artis papan atas aja mau sama Karin."
Papa menggelang. "Dasar anak muda, tiga hari lagi kamu bakal nikah. Jangan lupain Papa disini, rawat Papa kalo udah tua Yos. Pemegang perusahaan bakal jatuh ditangan kamu dan Karina setelah ini, ga cuma perusahaan Papa. Tapi perusahaan Om Yoo juga."
Yoshinori menghela nafas, berat rasanya mendengar perkataan sang Papa. Tapi mau gimana lagi, dirinya maupun Karina adalah anak semata wayang. Membuat semua warisan itu akan jatuh ke tangan mereka.
Kalo kata Jihoon dua hari lalu. "Ga pa-pa, nanti lu angkat gue jadi direktur tanpa lamaran sama wawancara Yos. Harta lu sama Karina sampe punya 10 turunan ga bakal habis."
Papa mengangkat bokongnya, menepuk pelan pundak sang anak. "Papa sayang kamu Yos."
Setetes air mata Yoshinori keluar tanpa izin, bisa dihitung jari sejak sang Mama pulang kepangkuan sang kuasa, Papa berucap demikian.
"Yoshi juga Pa." Lirihnya.
Sedangkan Karina, malah asik heboh ke sana-sini bersama Giselle, membeli baju, sepatu, sampai jam tangan. Apapun yang dilihat pada matanya. Tujuan terakhir adalah salon langganan mereka, ingin mempercantik kuku-kuku lentiknya.
"Jihoon nanti mau jemput." Kata Giselle memegang ponselnya.
Karina yang asik melihat kuku-kuku nya dihias, menoleh. "Terus nanti gue?"
"Bareng aja, ga bakal jadi nyamuk. Jihoon gue suruh jadi sopir. Kita ngobrol di bangku belakang."
"Apa ga ngamuk itu panda ijo?"
Giselle memutar bola matanya. "Apa berani dia marah ke gue?"
"Jelas engga." Lanjutnya.
Dan benar saja, Jihoon menjemput dan membawa mobil Yoshinori, yang awalnya membuat Karina berpikir bahwa itu sang pacar. Karina semakin tak bisa menahan rindu ketika masuk ke dalam, dan melihat foto mereka tergantung di depan sana.
"Kangen Yoshi."
Giselle menepuk-nepuk kepala sang teman. "Sabar, tiga hari lagi."
"Terus ngapain di belakang Sel?"
"Hehehe, jadi sopir dulu ya."
Jihoon menatap sinis ke arah Giselle, memang paling bisa mengerjai Jihoon.