🤍🔱 02. ANGEL🔱🖤

137 16 7
                                    

Happy Reading Gaes (!) 🤍

__________________
_______________________

"Malaikat terbuat dari cahaya, itulah kenapa mereka jauh dari kata hina."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






GABRIEL adalah yang paling patuh, selalu berada di sisi Tuhan. Setelah menjalankan tugasnya melemparkan Azazil, ia mohon diri kepada Izra untuk kembali terbang ke tempatnya semula. Izra mengangguk, mengatakan tembakan energi negatif yang mengenai sehelai sayapnya itu tidak akan menjadi masalah besar, semoga saja. Malaikat tidak punya rasa ragu, Gabriel bisa percaya begitu saja dan pergi dengan kecepatan cahaya, waktu bukan menjadi batasan bagi kaum malaikat. Paradise adalah tempat yang penuh dengan kedamaian, aura yang begitu kontras terasa di Jurang Inferno. Azazil dan iblis keturunannya akan selamanya menetap di sana.

"Tempat laknat bagi mereka yang terkutuk," gumam Izra lalu mengepakkan sayapnya. Tak tahan lama-lama berada di tempat terhina itu. Malaikat diciptakan selalu patuh, bila memang tidak ada urusan, maka Izra merasa tak perlu ada di sana.

Izra menyadari perbuatan Azazil yang menembak salah satu helai sayapnya dengan energi negatif jelas punya maksud tertentu. Tentu saja hal itu sebenarnya adalah masalah besar, mengingat malaikat baru terlahir dari sayap. Izra tidak ingin Azazil terlahir kembali dari sayapnya, segera ia terbang menuju Aiden, sebuah telaga yang terletak di perbatasan Paradise dan Jurang Inferno.

Izra berhenti mengepakkan sayap, membiarkan tubuhnya terjatuh masuk ke dalam air Telaga Aiden, pemandangan Izra terlihat seperti burung setelah tertembak. Namun, dengan cahaya malaikat maut yang mengelilingi seluruh tubuhnya, nampak laksana komet. Telaga yang terhantam tubuh malaikat membentuk cipratan air bercampur cahaya sangat indah. Terkena air suci, sayap hitam itu lepas dan terjatuh sendiri. Mengapung. Izra mengambil satu helai sayap hitamnya yang terlepas, lantas kaki kekarnya berpijak, mengambang di atas air Telaga Aiden, memberinya tiupan cahaya dan menghebuskan napas seraya berkata, "Zion!" Kata itu menurut bahasa penduduk Paradise berarti Sucikanlah. Izra berharap energi Azazil tidak berdampak buruk pada satu bagian tubuhnya itu.

Sayap hitam milik Izra dijatuhkan, air suci Aiden menyelimuti dan mulai bersinar di dalam sana, membentuk satu makhluk baru yang muncul dari dalam air telaga. Satu helai sayap Izra keluar dan telah tumbuh, kini sayap itu punya tubuh yang sempurna utuh. Tubuh malaikat baru terangkat dari air, kakinya menapak permukaan Telaga Aiden. Malaikat punya tubuh sangat ringan, berdiri di atas air bukanlah hal sulit bagi mereka. Izra terbang, membuat pola gelombang air di bawahnya yang terhembas angin, lalu bertabrakan dengan tempat berpijak kedua kaki malaikat baru itu. Badannya basah begitu atletis. Rambut yang berkilau hitam dan kulit putih dengan otot-otot sempurna bila ia jadi manusia. Malaikat punya tubuh menakjubkan, bedanya hanya sepasang sayap di punggung mereka.

Zion, malaikat pertama yang lahir di luar kelaziman seluruh malaikat penduduk Paradise

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zion, malaikat pertama yang lahir di luar kelaziman seluruh malaikat penduduk Paradise. Umumnya, sayap malaikat bercahaya sangat terang hingga menyilaukan sekitarnya ketika tumbuh pertama kali, tapi sayap Zion TIDAK! Sayapnya hitam kelam. Bentuknya persis seperti sehelai sayap milik Izra tadi yang rusak parah dan kehilangan cahayanya setelah ditembak energi negatif Azazil. Izra sudah menduga hal ini akan terjadi, dia terlahir cacat karena terkena paparan energi negatif milik Azazil. Di sisi lain, Izra merasa sangat lega karena malaikat baru yang terlahir dari sayapnya bukanlah Si Pembangkang Azazil.

Izra masih terus mengamati Zion berlutut dihadapannya sambil menundukkan kepala dengan tubuh telanjang, sebuah bentuk penghormatan pertama. Secara naluri, malaikat baru akan selalu melakukan hal tersebut. Kepatuhannya sama seperti malaikat lainnya, menghormati dan tunduk pada asal tubuh tempatnya lahir. Izra menghempaskan jemari tangan kanannya, sebuah pakaian terbuat dari cahaya melapisi tubuh Zion. Kegelapan sayapnya dan terang pakaian itu kontras sekali terlihat. "Ikutlah denganku untuk menghadap Tuhan. Kau perlu disucikan lagi dan memastikan apakah kau layak hidup sebagai malaikat atau tidak." Mendengar perintah Izra, anggukan dari Zion menjadi pertanda kebangkitan dua sayapnya yang siap mengepak, menghempaskan permukaan air juga setiap benda yang berada di sekitaran Telaga Aiden. Mengikuti ke mana Izra pergi.

Zion terbang untuk pertama kalinya, di belakang Izra. Manik mata hitamnya melihat tempat yang sungguh indah ini, banyak makhluk sepertinya terbang juga di langit. Namun, mereka semua anehnya menatap heran. Sayap Zion berbeda, tak ada malaikat yang punya sepasang sayap segelap itu di Paradise.

"Tempat ini disebut Paradise, Zion. Aku akan mengucapkan salam selamat datang dan mengenalkanmu pada semua penduduk bila kau memang layak menjadi malaikat. Gabriel yang selanjutnya akan membawamu menemui Tuhan untuk disucikan lagi. Bersikap baiklah pada Gabriel, kecacatanmu jelas juga membawa sifat-sifat buruk yang sepantasnya tidak dimiliki malaikat. Aku hanya mampu mengantarmu sampai gerbang." Izra menoleh untuk menjawab banyak keraguan yang tersirat di wajah Zion. Ragu, satu stigma lagi yang mencerminkan kecacatannya. Kewajiban satu-satunya Zion yang ia ketahui hanyalah mengikuti, patuh, dan tunduk. Bahkan bila ia memang harus dimusnahkan setelah keluar dari sana. Zion harus menurut. Gerbang mahabesar terbuka.

***

Gabriel pun keluar dan membawa Zion kembali, sayap hitamnya tak sepekat tadi. Cahaya khas kaum malaikat mulai mengelilingi tiap helainya, meskipun warna sayap itu tetaplah sehitam malam. Izra bersyukur karena Gabriel tak membawa perintah pelenyapan, jika iya, maka Izra sendiri yang harus menghabisinya.

Zion sekarang sudah dapat menjalankan tugasnya sebagai malaikat pencabut nyawa, sebagai bawahan Izra. Dengan jaminan kesetiaan pada apapun yang Tuhan perintahkan, begitu juga dengan titah Izra, tubuh di mana Zion berasal.

Tangan Izra mengayunkan pedang sabitnya, sebuah pedang sabit yang terbentuk dari cahaya kini muncul di genggaman tangan Zion. Pedang sabit itu berubah hitam jua begitu tersentuh tangan Zion. Keanehan? Bagian runcing menyala merah, memberikan aura malaikat kematian yang pekat mengerikan.

"Sayapnya tidak boleh melahirkan malaikat baru. Itu berarti Zion tak bisa memiliki bawahan seperti malaikat lain. Tak boleh ada lebih banyak kaum kita yang terlahir cacat," tegas Gabriel sebelum pergi. Sejak pertama melihatnya, Gabriel sudah melihat kehancuran kaum malaikat. Namun, ia tak bisa apa-apa ketika Tuhan mengizinkan Zion hidup sebagai malaikat. Izra hanya bisa menyanggupi titah.

Perkataan petinggi para malaikat tadi agaknya sangat menyakiti hati Zion. Kenapa dia diperlakukan berbeda? Satu lagi keraguan yang tertanam di kepalanya. Benih pertama yang akan membuatnya terus ingin tahu dan menguji banyak hal.

Izra memang akan menjaganya, memastikan perkataan Gabriel tadi berjalan sesuai perintah. Sayangnya, Zion bukanlah malaikat seutuhnya. Energi negatif Azazil yang mengalir di setiap helai sayap Zion, suatu saat akan menyebabkan dia cacat, konsekuensi sebagai malaikat cacat adalah berpotensi menjadi seorang pembangkang. Kehilangan kepatuhannya, sama seperti Azazil.

Alasan kenapa sayap Zion berwarna hitam adalah rencana Azazil yang ingin kembali bangkit dengan menyebarkan bagian-bagian terkecil energi tubuhnya. Kecacatan Zion sama seperti milik Alexandra.

Keduanya akan menemukan sebuah kesamaan.

Diasingkan kaumnya sendiri, membentuk kebencian amat besar.

______________________
________________

Suka dengan cerita ini?
Klik vote dan komen yah Kak!

MAKASIH BUAT YANG UDAH SETIA MENGIKUTI, SEMOGA HARIMU SELALU SABTU
🙏😁

TTD

Author yang gak jago bikin cerita fantasi, tapi tetep nekad bikin. 😌

𝐙𝐢𝐨𝐧Where stories live. Discover now