Day 4 | Who Are You?

191 25 11
                                    


"Kenapa, Liv?"

Olivia menggeleng pelan menunjukkan senyum manis nya ke arah Rei yang duduk manis di kursi belakang. Sementara diri nya menempati kursi depan disebelah kursi kemudi, yang diisi Nathan si pengemudi yang bertekad mengantar dan menjaga dua perempuan itu dengan selamat sampai kediaman keduanya.

Rei berkali-kali menangkap Olivia sedang melirik terus ke arah belakang,

"Nothing. Cuma memastikan lo baik-baik aja."

"I am fine, don't worry." ujar Rei memberikan senyum meyakinkan sahabat nya bahwa dia baik-baik saja.

"Okay."

Nathan dalam diam mengangkat sudut bibir nya, hati nya menghangat menyaksikan kedekatan dua perempuan yang berharga bagi nya. Jangan salah paham, untuk Olivia jelas menjadi sosok yang sangat berharga dalam hidup Nathan sekalipun (amit-amit) dia bukan jodoh nya, tapi apapun itu Olivia sudah menjadi segala nya untuk dunia Nathan.

Sementara Rei, entah sejak kapan berhasil mencuri rasa sayang seorang kakak pada diri Nathan sehingga menjadikan dirinya adalah orang yang berharga untuk lelaki itu. Ah, mungkin sejak Rei banyak membantu nya untuk lebih dekat dengan Olivia dan kedekatan mereka makin bertambah seiring Nathan mengenalkan gadis yang lebih mungil dari pujaan hati nya itu kepada teman sejati nya.

Bagi Nathan, Rei itu seperti adik perempuan nya yang perlu dijaga. Omong-omong Nathan punya adik kandung yang seumuran dengan Rei dan Olivia, namun tinggal nya jauh di luar negara yang berbeda dengan Nathan.

"Kak Nathan,"

"Hmm, kenapa Rei?" sahut Nathan, melirik Rei dari spion yang tergantung di atas.

"Kak Karen tuh siapa?" tanya Rei terdengar ragu-ragu.

Nathan diam, tidak menemukan jawaban yang tepat untuk pertanyaan dari Rei. Karen itu sudah termasuk teman nya walau baru sehari kenal.

"Teman nya Kak Nathan, kan?" jawab Olivia memastikan.

"O-oh jelas lah teman aku hahahaha." sahut Nathan sambil tertawa lebar, berusaha menutupi kegugupannya yang entah kenapa tiba-tiba datang.

Rei berdeham pelan, "Bukan. Maksud gue, siapa nya Kak Tama, bukan siapa nya Kak Nathan."

"Ha? Oohhh, ya teman juga. Emang kenapa gitu?"

Perempuan mungil itu menggeleng setelah mendapat jawaban yang terdengar meyakinkan dari bibir Nathan, tapi entah kenapa hati nya ragu-ragu, membuat dirinya menundukkan kepala menutupi raut sedih nya.

"Rei, what’s wrong?" Olivia menoleh kebelakang lagi, menepuk pelan lutut sahabat nya itu.

"Enggak. Gue cuma memastikan aja. Soalnya baru pertama kali lihat Kak Karen dan kenapa dia bisa stay di sana di saat Kak Tama sakit?"


♪°°


Tok tok tok

"Karen, gue boleh masuk?"

Karen yang baru saja menutup layar laptop nya menoleh ke arah pintu, dari luar terdengar suara laki-laki yang kalau tidak salah ingat adalah suara nya Iyan.

Kaki nya berjalan menuju pintu dan membuka nya, benar saja itu adalah lelaki yang bernama lengkap Zafiyan —berdiri sambil membawa nampan yang di atas nya terdapat satu piring mie goreng plus telur rebus dan satu gelas air putih dingin.

"Lo belom sempet makan siang kan? Sekarang udah sore, sorry ya gue cuma bisa bikin ini doang." kata Iyan dengan cengiran khas nya.

Karen terkekeh seraya mengambil alih nampan itu ke tangan nya, kasihan Iyan keberatan. "Kamu tau darimana aku gak puasa?"

Last, FridayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang