Prolog

748 67 0
                                    

Hallo semuanya selamat datang di karya Vava yang baru, hehehe semoga suka. Di harapkan untuk kalian follow, vote, komen, dan share cerita ini ya☺️

Aku di sini memutuskan untuk membuat cerita dari seorang tokoh antagonis di novel ya, satu yang harus kalian tau sebenarnya aku terinspirasi dari beberapa cerita. But aku ga berniat untuk memplagiat, karena aku ga jago. Tapi klo emang kalian merasa cerita ini pasaran atau mungkin plagiat silahkan sertakan JUDUL dan NAMA PENULIS di kolom komentar okay.

Yg mengikuti jejak aku menulis dari awal banget pasti tau deh gimana jatuh bangunnya aku sebagai seorang penulis, belum lagi beberapa karya ku di bilang PLAGIAT. Aku sebenarnya down banget tapi cuman sehari karena aku ga merasa plagiat cerita siapa-siapa jadi abis itu ya udh b aja.

Terimakasih buat semuanya, jangan lupa tinggalkan jejak kriminal kalian.

★★★★★

Dila merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur kapuk yang sudah keras miliknya di kamar kost yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk dirinya sendiri.

Gadis itu melihat handphone genggam miliknya yang ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri. Jam menunjukkan pukul 19.00 membuatnya kembali bangun dari aktivitas rebahan nya. Ia segera mengambil handuk dan langsung membersihkan tubuhnya yang lengket akibat keringat.

Setelah selesai gadis cantik itu kembali duduk di kasur miliknya dan menatap ke depan dengan pandangan yang sulit di artikan. “Kapan gue bisa hidup enak tanpa harus kerja banting tulang? Huftt capek banget,” keluhnya.

Gadis itu kemudian langsung berdiri di depan jendela miliknya dan menatap langit di atas sana yang begitu banyak di hiasi ribuan bintang. “Kenapa orang tua gue tega buang gue ke panti? Apa karena gue anak yang gak di inginkan? Tapi kenapa?” ujarnya sendiri dan menghapus buliran bening yang selalu saja turun ketika ia bertanya pada takdir tentang di mana orang tuanya dan kenapa ia di buang di sebuah panti asuhan.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, gadis itu menutup jendela dan mengambil sebuah novel yang ia beli Minggu lalu karena ingin melihat karya dari teman seangkatannya yang kini menjadi penulis terkenal.

Gadis itu begitu khusu dalam membaca hingga tak sadar ia sudah berada di Epilog. Hiduplah sebuah tokoh utama wanita dan pria bahagia, dan tokoh antagonis yang memiliki hidup tak pernah bahagia.

“Hah, coba kehidupan gue seperti Caca, dia gadis yang baik, di cintai banyak orang, keluarga yang begitu harmonis, dan menikah dengan lelaki yang begitu mencintainya.” monolog gadis itu dan memeluk novel temannya itu.

“Ishh kenapa sih Lauren jahat banget, lain kali gue harus bilang ke Rida kalo gue sangat tidak menyukai tokoh Lauren di novelnya ini.” ujarnya dan menatap tak suka pada sosok Lauren yang merupakan tokoh antagonis.

“Lauren cantik sih, cantik banget malahan cantikan dia ketimbang Caca tapi kenapa harus jahat. Ah gak suka gue kalo gini!”

Gadis itu terus saja menggerutu tak tau pada siapa, hingga perlahan matanya memberat. Gadis itu jatuh tertidur setelah selesai mengomel tak jelas dengan sebuah novel di pelukannya.

Tiba-tiba cahaya terang muncul dari dalam novel membuat seluruh kamar terang benderang, dan tak lama tubuh gadis yang sedang tertidur menghilang begitu saja beserta novel dalam pelukannya.


To be continued.

Haii gimana Prolog nya? Suka? Alhamdulillah kalo kalian suka. Kalo ga suka juga gapapa, aku tau setiap orang itu memiliki seleranya masing-masing.

Vote, komen, share dan follow jangan lupa:)

Not an AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang