Chapter 10

373 37 0
                                    

Seorang gadis tengah berjalan dengan pakaian serba hitamnya, gadis itu menggosokkan tangannya guna mengusir kedinginan akibat hujan tadi sore.

Setelah sampai ia segera memasuki supermarket 24 jam dan mulai mencari barang yang di butuhkan nya. “Gila tumben banget coba gue laper jam segini.” gumamnya dan menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 22.31 hampir tengah malam.

Gadis tadi, Lauren langsung berjalan menuju rak-rak di mana mie instan berjejer rapi. Ia kemudian mengambil mie instan rebus tiga bungkus dan mulai mencari telur sebagai pelengkap. Tak lupa membeli beberapa camilan takut-takut ia bosan di apartemen sendirian dan tak ada teman ngemil.

Gadis itu menatap bingung dua camilan di tangannya. “Enakan yang ini apa yang ini?” tanya nya entah pada siapa, namun karena bingung gadis itu memasukan dua camilan yang tadi ia ambil.

Melihat keranjang yang di bawanya sudah penuh Lauren segera menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

“Totalnya 439.500 kak.” ujar kasir dengan cepat Lauren mengeluarkan kartu debit miliknya.

“Ini kak, terimakasih sudah berbelanja di sini.” ujar sang kasir setelah men-total semua belanjaan milik Lauren.

Lauren hanya tersenyum dan langsung keluar dari supermarket itu sambil memakan es krim miliknya. Banyak yang menatapnya aneh sebab makan es di waktu hampir tengah malam, namun Lauren membiarkan nya toh ia tak meminta mereka membelikan es krim untuknya.

Hampir tiba di sebuah gedung apartemen yang mewah, Lauren memberhentikan langkah nya ketika tak sengaja menatap segerombolan orang yang keluar gang di samping gedung. Rasa penasaran menguasai Lauren membuat langkah gadis itu menuju gang itu.

Setelah sampai di sana matanya mengedip beberapa kali sampai akhirnya tersadar. Gadis itu mendekat dan melihat seorang pemuda dengan wajah babak belurnya yang sudah pingsan di tempat.

“Nih orang pingsan atau mati?” monolog Lauren tak berani mendekat, namun karena penasaran Lauren menendang tangan pemuda itu pelan.

“Aghhh...” erangnya pelan Lauren langsung berjengkit kaget.

Menengok sekali lagi dan menghembuskan nafasnya panjang. “Masih sadar ternyata.” ujarnya pelan.

Lauren buru-buru keluar dari gang itu dan mulai mencari bantuan, tak mungkin kan dia membawa tubuh bongsor itu sendiri. Yang ada dirinya lah yang nantinya kerepotan. Akhirnya sampai di post satpam.

“Pak maaf, boleh minta tolong. Teman saya di sana pingsan, boleh bantu angkatin ke dalam unit apartemen saya?” ujar Lauren dengan wajah di buat sepanik mungkin. Ya sebenarnya ia tak peduli pemuda itu mati atau tidak, cuman karena rasa kemanusiaannya dengan baik hati ia akan menampung orang asing itu.

“Di mana non? Biar saya bantu.” dengan cepat keduanya kembali ke tempat, segera setelah itu satpam tadi membawa tubuh penuh luka pemuda itu ke unit apartemen milik Lauren.

★★★

Seorang pemuda mengerang ketika cahaya matahari menembus rentina matanya. Ia menatap kesana-kemari dan ia tak mengenali kamar yang ia tempati ini. Kamar ini asing, pemuda tadi mencoba untuk duduk, tubuhnya remuk dengan banyaknya luka. Tak lama pintu terbuka dan memunculkan kepala seorang gadis.

“Eh udah bangun, kirain belum bangun.” celetuknya membuat pemuda tadi menatap heran gadis di depannya.

“Gini bro, ini kan udah hampir jam 7 gue mau berangkat sekolah. Lo kalo mau istirahat di sini dulu ya gapapa. Itu sarapan udah gue siapin, nanti pulang sekolah gue beliin lo baju deh, maaf ya semalem lancang buka baju lo. Abisnya baju lo kotor banget, luka-luka lo juga udah gue bersihin.” cerocos Lauren tiada henti membuat pemuda di depannya diam menatap gadis yang terus saja ngomong.

Not an AntagonistWhere stories live. Discover now