Part 25

164 23 21
                                    

"Aisyah."

Aisyah yang tengah mengikat tali sepatunya, mendongok menatap Kiara yang berdiri di depannya.

"Apa?"

Kiara menatap Aisyah. "Gue--bakalan pindah hari ini."

Aisyah mengerutkan alisnya. "Kamu pindah karena kejadian kemarin, atau karena uang kamu udah cukup buat beli Rumah?"

Kiara langsung menggeleng. "Bukan karena kejadian semalam, gue mau pindah karena memang udah cukup buat ngontrak."

"Kamu udah bilang sama Ummi?"

Kiara mengangguk. "Udah, Ummi juga udah setuju."

Aisyah kembali mengikat sepatunya. "Yaudah, terserah kamu," ujar Aisyah.

Kiara mencengkram kuat bajunya. "Dan soal kejadian kemarin, gue--sama sekali nggak ada niatan buat menyerah."

Pergerakan Aisyah kembali terhenti, dia kembali menatap Kiara, Aisyah tersenyum simpul. "Silahkan, kamu boleh mengejar cintanya Aiden," jawab Aisyah.

Kiara sedikit terkejut dengan Aisyah yang terlihat tenang. "Lo gak marah?" tanya Kiara dengan ragu.

Aisyah berdiri dari duduknya, sorot mata gadis itu menatap tajam ke depan, membuat Kiara ikut menoleh ke arah tatapan Aisyah. Dapat Kiara lihat, seorang laki-laki tengah berada di atas motor, menatap ke arah mereka berdua.

Aisyah berjalan mendekati Kiara. "Lihatlah, dia selalu ada untukku. Aku tidak melarang kamu untuk berjuang mendapatkan hati Aiden. Tapi, aku beri sedikit saran, lebih baik menyerah saja, daripada kamu terluka melihat kami berdua."

Setelah mengatakan hal itu, Aisyah dengan santai berjalan melewati Kiara yang diam membeku.

Tanpa sadar, kedua tangan Kiara mengepal. "Oke, dengan ucapan lo itu, gue semakin tertantang buat mendapatkan hati Aiden," bisik Kiara.

****
Aisyah menutup matanya, angin berhembus kencang, mengenai wajahnya, gadis itu tersenyum lebar.

"Kenapa senyum?"

Aisyah menatap kaca spion, disana tatapan Aiden dan Aisyah saling bertubrukan.

"Gapapa, senang aja!" seru Aisyah.

"Senang karena gue jemput?" tanya Aiden lagi.

Aisyah langsung menggeleng dengan keras. "Gak," jawab Aisyah cepat.

Aiden tertawa. "Terus, karena apa?"

"Anginnya kencang banget, aku suka!" teriak Aisyah.

"Heh! Jangan teriak, malu-maluin."

Aisyah menatap sekitar. "Sepi banget kok, belum ada orang."

Sekarang memang pagi sekali, orang-orang masih enggan keluar, bahkan hari masih terlihat gelap. Namun, Aiden dan Aisyah sudah berpakaian rapi dan berangkat ke kampus.

Aiden tersenyum, melihat Aisyah yang terlihat bahagia.

"Gue bahagia ngelihat lo kayak gini, terus tersenyum ya, jangan pernah sedih."

Wajah Aisyah memerah, dengan wajah malu, gadis itu mengangguk kecil.

"Syah, nanti setelah pulang dari kampus, gue mau ngajak lo ke Kafe, lo mau?"

Aisyah berpikir sejenak. "Hmm--"

"Lo sibuk?" tanya Aiden.

Aisyah menggeleng. "Nggak sih, nanti siang aku udah selesai jam kuliah."

"Oke, kalau gitu tunggu gue ya."

Aisyah mengangguk. "Tumben kamu ngajak aku ke Kafe, biasanya ke Taman."

Tasbih Dan Salib(SUDAH TERBIT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora