[Shinya pov]
"Tak peduli dengan apa yang kulakukan pada diriku sendiri apabila itu hanya untukmu. Bahkan jika mengorbankan nyawa dan kehormatanku, dengan senang hati ku akan memberikan semuanya. Jikalau kamu masih ada disini."
Kutulis kalimat terakhir yang ada dibuku baruku yaitu "Jatuh" sequel dari "Runtuh"
Aku mulai membuat Novel yang berakhir menyedihkan sebagaimana yang dikatakan Guren dimimpiku
"Runtuh bersama dan bangkit bersama"
"Jatuh bersama dan berdiri sendiri"
"Seakan akan dunia telah menyalahkanku atas kepergianmu"
"Maka dari itu, kembalilah, Aksa Kalandra"
Tanpa kusadari, air mata jatuh satu persatu dari mataku
Ku genggam erat pulpen yang kubuat untuk menulis
Air mataku mulai membasahi kertas buku didepanku
Sementara tanganku yang lain sibuk mencari sebuah foto
Foto kala aku dan Guren masih berteman
"Guren... Kamu banyak berubah ya"
Tepat setelah ku ucap itu, handphone ku berdering menandakan seseorang memanggilku
Disana tertulis "Gurenie ♥"
Senyum kembali terukir diwajahku
Dering itu terus berbunyi sampai aku menyadari kalau telpon dari Guren tidak kuangkat
Ku ambil handphone ku lalu menghubunginya lagi
Ia langsung menjawab dan mengatakan
"Apa""Eh? Bukankah tadi kamu menelponku?"
"T-tadi itu hanya salah tekan"
Senyum indah yang terpampang diwajahku meluntur
"Baiklah. Maaf jika mengganggu"Sebelum telponnya ditutup, aku mendengar ia berucap "Sangat mengganggu"
Aku menghela nafas dan kembali menulis
Setelah beberapa lama, rasanya lelah terus menulis dan menulis
Kupandang pemandangan diluar jendela ruangan bercat putih itu
Bau obat memenuhi hidungku
Infus terpasang ditangan kananku, membuatku lebih sulit untuk menulis
Kali ini aku mengambil pensil
Garis demi garis ku ukir diatas kertas putih seputih suraiku
Sekali lagi air mata jatuh keatas kertas bersih itu
Melunturkan garisan yang kubuat
Dengan kasar, aku menghapus air mata itu dan menatap lurus kearah gambaranku
Ku genggam erat kertas tipis itu seakan akan kertas itu serapuh itu
"Guren... Kamu dimana...? Aku merindukanmu"
Isakanku mulai berubah menjadi tangisan yang kencang
"Ku berharap, kau disini mengobati rindu ruai"
Ucapan ucapan itu berubah menjadi nada yang tersusun
"Tak kenapa, bila rasa ini tumbuh sendirinya"
Aku mengambil nafasku dan menghembuskannya kembali
"Senyumanmu, yang indah bagaikan candu"
"Ingin trus ku lihat walau dari jauh"
Telingaku menangkap suara orang orang yang berlarian dilorong rumah sakit menuju ke kamar rawatku
Visiku meredup tanpa sepengetahuanku
"Skarang aku pun sadari, semua hanya mimpiku yang berkhayalah kan bisa bersamamu"
Buku yang sedari kugenggam terjatuh ke lantai dingin dan penaku membuat suara dentingan
Kepalaku terjatuh ke kepala ranjang dan mengeluarkan suara gebrukan
Hal terakhir yang ku dengar adalah suara dobrakan pintu kamarku
Dan setelah itu visiku benar benar hanya terlihat ruang hampa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐀𝐋𝐔; ɢᴜʀᴇsʜɪɴ
Fanfiction𝙿𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚂𝚑𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚊𝚔 𝚔𝚞𝚗𝚓𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚛 𝚘𝚕𝚎𝚑𝚗𝚢𝚊, 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚍𝚒𝚑𝚊𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊. GureShin high school au A/n: Owari no Seraph bukan milik saya, saya hanya meminjamnya dan m...