Advocata-05

12.4K 1.4K 486
                                    

Suasana sekolah pagi ini cukup ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana sekolah pagi ini cukup ramai. Zale berjalan menyusuri koridor dengan wajah angkuh seperti biasa. Tatapan memuja dan kagum dari beberapa siswa lain menjadi iringan setiap langkah kaki Zale.

Suara teriakan siswa laki-laki yang menyerukan namanya dari berbagai arah tidak Zale hiraukan. Sudah biasa, pikirnya.

Zale itu cantik. Segala sesuatu yang melekat di tubuh rampingnya menjadi ciri khas tersendiri seorang Zale. Penampilannya nyentrik dan mencolok, bukan karena gadis itu memakai seragam sexy atau urakan, Zale selalu rapi hanya saja ia sedikit merombak setiap pakaian yang melekat di badannya menjadi berbeda dengan orang lain, seperti contohnya seragam sekolah.

Seragam dengan blezzer berwarna hitam khas JIH Zale ubah menjadi berwarna biru gelap. Tidak lupa kancing baju yang semula berwarna putih Zale ganti menjadi berwarna emas membuat pakaian itu terlihat elegan dan manis di pandang.

"Zale!" Panggilan itu masih saja terdengar, tapi Zale tak peduli. Kelasnya masih jauh, Zale tidak mau membuang waktunya untuk meladeni gerombolan si pentolan sekolah yang bisanya menguras emosi.

"Zale cantik!!" 

"Zel!! Liat sini bentar!!"

"Woi su!!

Kata terakhir barusan membuat Zale goyah. Menghentikan langkah, Zale membalikkan badan dan langsung menyapu bersih pandangannya pada segerombolan laki-laki yang tengah duduk di pembatas koridor, ah--bahkan ada juga yang duduk di atas tong sampah besar di depan kelas.

"Nah, gitu. Kalo di panggil nengok, kan cantiknya keliatan" ucap laki-laki bernama lengkap Ander Aniello, si pelaku yang baru saja meneriakkan kata Su pada seorang Zale.

"Mulut kalian ngga punya kerjaan lain selain buat neriakin nama gue tiap hari?" Tanya Zale santai, tangannya bersidekap dada.

"Engga ada, gimana kalo lo kita ciumin? Biar nih mulut ada kerjaan," Zale beralih pandang pada sosok laki-laki bertubuh bongsor yang duduk lesehan di lantai koridor. Wajah kucel, seragam lusuh jelas tak di setrika dan celana ketat. 

Gosh!! Zale risih melihatnya.

"Mau lo bayar gue pake seisi bumi pun, gue ngga bakal sudi buat di sentuh sama mulut kotor lo." 

Desma Demetria. Laki-laki dengan badge jurusan XII IPS itu terkekeh atas jawaban Zale barusan, "Ah, yang bener? Nanti tau-tau nyesel terus nangis minta di cium?" seketika tawa anak-anak disana pecah. Desma menatap Zale di sertai kerlingan menggoda membuat Zale memutar bola matanya malas.

Zale kembali menatap satu laki-laki yang dengan beraninya tertawa sambil melempar kulit kuaci ke arahnya. Tentu ia tahu siapa laki-laki itu. Satu angkatan, tampan tapi juga menyebalkan. Felix Andra Alcander, si pemikat hati wanita.

"Mulut gue ngga kotor nih gimana? Mau sama gue?" Felix menaikkan alis, mulutnya bergerak karena mengunyah makanan dari biji bunga. Wajahnya benar-benar tampan, Zale pun mengakui hal itu. Bahkan sempat ia menaruh perasaan pada laki-laki berandal saat awal masuk sekolah dulu, itu dulu, sekarang tidak sama sekali.

AdvocataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang