sebut ini tujuh

3.2K 514 50
                                    

PONSEL dengan tiga kamera milik Dikara bergetar saat ia tengah merapikan berkas-berkas di atas mejanya. Kemudian, ia segera menghentikan kegiatannya untuk mengecek benda pipih tersebut.

Babas is calling...

Netra cokelat milik Dikara membulat kala melihat siapa yang meneleponnya. Pertama kali dalam sekian lama, Baskara terlebih dulu meneleponnya. Ia cepat-cepat berdeham dan tanpa sadar merapikan pakaiannya sebelum menekan tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"H-halo?"

"Halo, Ra?"

"Iya, Bas. Kenapa?"

"Kamu belum makan siang,'kan?"

"Belum, Bas. Ini baru mau turun nyari makan."

"Udah, Ra, itu aku udah beliin makanan tadi. Ntar tinggal turun buat ngambil aja."

Dahi Dikara mengerut. "Hah? Beliin apa, Bas?"

"Bentar, Ra, aku bales chat abang Gojek dulu."

"Iya,"  demi Tuhan, Dikara tak dapat menahan senyumannya. Ini perlakuan sederhana, hanya dibelikan makanan, namun Dikara bahagiaaaa sekali.

"Halo?" suara Baskara kembali hadir pada rungu Dikara.

"Iya, Bas?"

"Abangnya udah nitipin makanannya di pos satpam ya, Ra. Kasian kalo nungguin kamu nerima. Kamu tinggal turun aja ngambil. Atau kalo males turun, minta tolong OB aja."

"Babas makasih banyak! Eh, kamu lagi mau makan apa? Aku pesenin balik ya? Bentar,"

"Gak usah, Ra. Susah kalo mau ngirim-ngirim sesuatu ke kantor aku. Tau sendiri kantor aku gimana. Udah kamu makan aja gih sana."

Tanpa sadar, Dikara mengerucutkan bibirnya. Ia harus menelan sedikit kekecewaan. Namun ia mengerti, bagaimana kondisi kantor Baskara yang tak bisa membiarkan sembarang orang dapat memasuki kawasan tersebut. "Iya, ya... Yaudah deh..."

Terdengar suara kekehan dari seberang sana. "Lagi cemberut nih pasti?" godanya.

"Ih! Apaan? Nggak!" sungut Dikara yang membuat tawa Baskara semakin terdengar jelas dari seberang sana.

"Hahaha iya deh, iyaa. Mending makan gih sana, aku juga mau makan."

"Iya, ini lagi turun. Kamu makan apa siang ini?" Dikara berujar seraya berjalan memasuki lift. Ia berencana untuk mengambil makanannya sendiri namun tak berniat menyudahi sambungannya dengan Baskara.

"Aku lagi mau makan soto, nih lagi nunggu."

"Kamu makan di kantin atau dimana?"

"Nggak, aku lagi makan di luar. Lagi pengen aja, lagian juga deket dari kawasan."

"Hmm gitu... Eh, bentar, Bas, aku mau ngomong dulu sama Pak Satpamnya." setelahnya, terdengar samar-samar suara Dikara yang tengah berbincang dengan satpam kantornya. Baskara tak dapat mendengar dengan jelas percakapan tersebut, hanya kata terima kasih yang ia dengar karena Dikara menyuarakannya dengan suara yang cukup lantang.

"Babaass!"

Baskara tak dapat menahan senyumannya kala mendengar suara itu. "Iya?"

"Makasih yaa! Ini aku udah ambil, terus ternyata ada tulisannya?! Ih, lucu banget!" Dikara berujar dengan suara yang kental akan kebahagiaan.

KARAKARA [NOMIN] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang