sebut ini empat belas

2.4K 373 11
                                    

SESUAI kesepakatan yang ditentukan oleh Baskara dan Dikara tempo hari, kini Baskara selalu mengantar dan menjemput pulang Dikara dari kantornya. Sesekali saat perjalanan pulang Baskara mengajari suaminya itu mengendarai mobil. Setiap hari libur kini mereka gunakan untuk Dikara belajar mengendarai mobil. Sehigga, tak butuh waktu yang lama hingga akhirnya Dikara sudah cukup mahir mengendarai mobil.

Karena Dikara telah dapat mengendarai mobil, kini Baskara tak lagi mengantar dan menjemputnya. Baskara kini beralih kembali mengendarakan motor matic miliknya untuk bekerja, sedangkan Dikara menggunakan mobil untuk bekerja.

Satu kali Dikara pernah tak sengaja menyerempet motor milik Baskara yang terparkir di depan rumah, berakhir mobil tersebut masuk ke bengkel. Kali kedua Dikara pernah tak sengaja menabrak trotoar, lagi-lagi mengharuskan HR-V putih itu kembali masuk bengkel. Dan kini, merupakan kali ketiga mobil tersebut masuk bengkel.

Kali ini memang bukan Dikara penyebabnya, ini ulah Tara, sang senior di tempatnya bekerja. Keduanya baru selesai makan siang di salah satu mall dan berniat keluar dari basement saat Tara yang tak fokus saat memarkirkan mobil tersebut berakhir menyerempet Fortuner di sebelahnya.

"Kak..." jantung Dikara rasanya ingin keluar dari tempatnya saat itu juga.

"Dikara, sorrry..." Tara berujar dengan penuh penyesalan. Ia berjalan keluar mobil dan mengecek keadaan mobil juniornya itu.

Dikara menghela napas. Dalam satu bulan ini terhitung mobil ini akan masuk ke dalam bengkel sebanyak tiga kali. Entah apa yang akan Baskara lakukan padanya bila mengetahui fakta ini.

Dikara memutuskan untuk keluar dan mengecek keadaan mobilnya. Sial! Penyok di bagian depan mobilnya itu cukup kentara. Kalau sudah begini Baskara pasti menyadarinya.

"Ra, nanti kita pulang naik taksi aja, ya. Mobil kamu biar orang suruhan suamiku aja yang ngurus ke bengkel." Tara angkat suara. Pria dengan anting di telinganya itu tengah sibuk mengetikkan sesuatu pada layar ponselnya.

Dikara mengusap wajahnya kasar. "Kira-kira balik ngantor udah bisa rapih belom, Kak? Aku takut banget ketahuan Baskara kalo aku nabrak lagi..."

"Tapi 'kan sekarang aku yang nabrak." tukas Tara yang membuat Dikara menghela napas frustasi. "Ya tapi ini mobil udah dua kali—tiga kali masuk bengkel sama ini dalam sebulan ini. Mau siapa yang nabrak tetep aja kalo Baskara tau bisa marah." tandas Dikara.

Tara menghela napas kasar. "Oke, aku telfon suamiku dulu, nanti aku tanyain ke dia. Kamu tenang dulu, ya? Jangan kabarin suami kamu dulu." ujarnya seraya menjauh ingin menelepon.

Lagi-lagi Dikara menghela napas dan kini ia menyandarkan tubuhnya pada mobil milik sang suami. Ia segera menelepon nomor Kevin.

"Halo, Kev?"

"Halo, iya? Kenapa, Kar?"

"Kev... Mobil gue nabrak lagi..."

"HAH?!" pekikan Kevin cukup kencang, membuat Dikara segera menjauhkan ponselnya dari telinga. "Yang bener lo?!" lanjutnya.

Dikara mengigit bibir bawahnya. "Iya... Tapi kali ini yang nabrak senior gue. Dia yang bawa mobil gue tadi. Kita masih parkir baru mau keluar, terus pas mau jalan gatau gimana dia malah nabrak fortuner sebelah. Kena besi-besinya gitu, Kev. Sampe penyok depan gue."

"Anjrit ini masuk bengkel ke berapa kalinya dalam sebulan Dikara?! Lo gila, ya?!"

"Gatau, Kev. Stress banget gue..." lirih Dikara. "sekali dua kali mungkin Baskara gak marah, Kev. Tapi gak tau kalo sampe kejadian tiga kali gini. Mana waktunya berdeketan." lanjutnya.

KARAKARA [NOMIN] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang