Part 14 : Omah Wingit

2.4K 184 1
                                    

Setelah nirmala menjalani masa pingitan, wajah nirmala memancarkan aura kecantikan yang luar biasa, luka borok diwajahnya juga perlahan menghilang.

Setelah itu nirmala diminta untuk membersihkan diri di padusan. Ditemani oleh rahayu nirmala kembali ketempat itu, namun kali ini di padusan nyai widuri sudah menunggu nirmala bersama dengan beberapa abdi dalamnya.

“nyai….”
Nyai widuri tak menggubris sapaan nirmala, ia mempersilahkan nirmala untuk segera masuk kedalam padusan.

Seperti biasa air didalam padusan dipenuhi dengan berbagai macam bunga, ketika berada didalam air ada rasa yang berbeda dalam hati nirmala, karena nirmala mencium bau kemenyan yang dibakar baunya sangat pekat.

Nyai widuri memerintahkan abdinya untuk memegangi tangan nirmala, semua dilakukan dengan sangat cepat, nyai widuri menahan kepala nirmala kedalam air, sekuat tenaga nirmala meronta tapi nyai widuri tak menggubrisnya hingga nirmala merasakan nafasnya tercekat pandangannya kabur dan berakhir tak sadarkan diri.

Rahayu hanya bisa menyaksikan semuanya tanpa bisa berbuat apa-apa.

Nirmala berada di hutan, hutan yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar.

Bagaimana dirinya bisa berada ditengah hutan bukankah dirinya sedang berada dipadusan bersama yang lain, nirmala berjalan dan terus berjalan tanpa tau arah dan tujuan, hingga senakin lama nirmala berjalan ia merasa berada semakin dalam ke tengah hutan, langit semakin gelap nirmala semakin merasa ketakutan.

Udara semakin dingin tapi rasa dingin itu tak seperti udara dingin biasanya, seperti ada yang sedang mengawasi nirmala dari balik pohon, yah nirmala tersadar bahwa dirinya tidak sendiri di hutan ini, puluhan makhluk lain sedang mengawasi nirmala.

Nirmala berlari sekuat tenaga, tak diperdulikannya jalanan yang licin dan berlumpur rasa perih disekujur tubuh nirmala terkena sabetan semak belukar tak dihiraukannya, ia hanya ingin segera keluar dari hutan ini.

Tawa cekikikan seseorang diatas pohon terdengar di kanan kiri seolah mereka sedang menertawakan nirmala, nirmala jatuh tersungkur saat kakinya terlilit akar semak belukar, rupanya lilitan itu membuat betis nirmala robek, darah bercucuran membuat nirmala meringis merasakan kesakitan, nirmala merobek sedikit jariknya diikatkannya diatas betis nirmala yang robek untuk menahan darahnya.

Nirmala berjalan dengan menyeret satu kakinya, terseok-seok menyusuri hutan belantara. Bau darah nirmala tercium oleh sosok penghuni hutan, sebut saja Badjang.

Semakin lama nirmala merasakan langkah kakinya semakin berat serasa ada yang bergelantung dikakinya, nirmala menunduk kebawah untuk melihat kearah kakinya yang terluka, benar saja ada sosok makhluk yang bergelendot dikaki nirmala sedang menjilati darah yang menetes dari luka di kaki nirmala.

Makhluk itu seperti janin yang usianya enam sampai tujuh minggu berbau anyir bercampur busuk, jantung nirmala berdegup semakin kencang, rasa sakit dikakinya semakin nyeri ditambah bajang yang menjilati darah dikaki nirmala, tapi rasanya bukan menjilati lagi tapi badjang itu kini tengah menghisap darah nirmala.

Dikebingungan nirmala berdoa berharap seseorang menolongnya, tubuhnya semakin lama semakin kehabisan tenaga. Nyai widuri menarik tubuh nirmala dari keatas, membiarkan nirmala menghirup udara sebanyak-banyaknya.

“apa yang terjadi nyai”
“bocah goblok”
Nyai widuri menatap nirmala tajam, penuh dengan amarah.
“apa yang sebenarnya nyai lakukan?”
Nyai widuri melenggang pergi meninggalkan nirmala, sebelum teriakan nirmala menghentikan langkah nyai widuri.

“aku berhak tahu nyai, apa yang sebenarnya ingin nyai lakukan kepadaku, kenapa nyai memperlakukan aku sekeji ini, aku tahu….”

“tau apa kamu”jawab nyai widuri dengan suara keras namun dingin membuat nyali nirmala menciut
“selama tujuh hari kemarin pada masa pingitan bukankah aku telah dinikahkan oleh makhluk yang entah darimana asalnya, yang pasti dia bukan manusia”

KANTIL IRENG NIRMALAWhere stories live. Discover now