10| a one that got away (end)

1.2K 376 230
                                    

🔈now playing
A one that got away - Katy Perry
(Brielle Von Hugen version)

[.]

"Yuna... gue ragu apa lo bakal dateng atau enggak sekarang..."

Yunara terisak. Berlari sekuat tenaga, menerobos lautan manusia di koridor rumah sakit ini, berharap segera sampai ke pada tujuannya. Suara-suara Arjuna pada voice note itu terus terputar di kepala, membuat Yunara tak mampu menahan air mata.

Gue datang. Gue datang Juna, gue sedikit lagi sampai menuju lo.

"Gak kerasa... ternyata gue udah nunggu lo hampir lima jam lebih, hehe."

Yunara menjatuhkan air matanya. Maaf bikin lo menunggu terlalu lama, Juna...

"Tapi ini bukan salah lo, Yuna. Mungkin gue yang datang terlalu cepat. Seharusnya gue nggak lupa kalau lo pasti lagi sibuk kerja. Gue cuma terlalu bahagia dan nggak sabar mau makan bareng sama lo di ulang tahun kita."

Yunara meneteskan air mata lagi dan lagi. Kali ini ia tidak boleh terlambat. Kali ini ia harus datang di waktu yang tepat. Ia tidak akan membiarkan Arjuna menunggu lagi begitu lama, sekarat sendirian di sana.

"Yuna, lo satu-satunya alasan yang bikin gue bertahan sampai sekarang. Cuma lo yang percaya gue, walaupun gue nggak pernah cerita apa pun ke lo, tapi lo selalu percaya gue. Makasih, Yuna."

Gue percaya lo, Juna. Lo nggak bersalah. Lo nggak layak mendapatkan semua ini. Tetap bertahan, Juna... gue mohon...

"Gue mau jadi bintang, Yuna."

Yunara menggelengkan kepala dengan kelopak yang terus saja menggenang air mata. Terus melangkahkan kakinya, menghampiri tempat Arjuna berada.

Nggak... jangan jadi bintang sekarang. Jangan ketemu Ayah Bunda sekarang, Arjuna. Jangan...

"Kalau Tuhan pada akhirnya mengabulkan keinginan gue yang satu itu, lo nggak bakalan benci gue kan, Yuna?"

Jantung Yunara seolah berhenti berdetak bersamaan dengan langkah kaki yang mematung seketika. Melihat bagaimana orang-orang berpakaian medis itu melepaskan alat bantu bernapas Arjuna. Membiarkan garis lurus itu menjadi pemandangan selanjutnya yang Yunara lihat.

Air mata Yunara jatuh sebulir begitu saja.

Ia terlambat lagi.

"Junaaa!"

Yunara berhambur ke sana, menyingkirkan perawat yang berupaya menutupi seluruh tubuh Arjuna dengan kain hingga ke muka. Menggelengkan kepala, merasakan ribuan bulir mengalir seperti hujan dari matanya. Memeluk Arjunanya erat.

"Nggak, nggak! Jangan pulang sekarang! Jangan ketemu Ayah Bunda sekarang... gue tau lo kangen sama mereka, Arjuna. Tapi jangan sekarang, jangan..."

Yunara meraung, menggeleng-gelengkan kepala menolak kenyataan. "Lo nggak bersalah, Juna! Bukan lo, bukan lo yang layak menderita, bukan lo yang layak dapat hukumannya..."

Bahunya bergetar tak beraturan, terisak sembari terus merengkuh daksa yang kunjung terbuka matanya. Daksa yang diam saja, daksa yang begitu dingin, daksa yang telah lama tidak ia rengkuh.

Harusnya... harusnya Yunara ada di sana lebih awal. Harusnya Yunara tidak pernah meninggalkan Arjuna sendirian. Harusnya Yunara bersamanya. Bukan hanya sekadar menggumam rindu melalui doa saja.

Apa jadinya ia jika Arjuna tiada?

Tak akan ada lagi senyum secerah kanigara yang bantu mengibas kemurungannya. Tak akan ada lagi tawa renyah yang memanggil semangatnya.

Enervate ✔️Where stories live. Discover now