prolog

244 87 398
                                    

Haii, Assalamu'alaikum semua!❤️

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN YA BIAR CERITA INI MAKIN RAME!

TOLONG SEBELUM BACA, FOLLOW DULU AKUN WATTPAD INI!

FOLLOW JUGA:
INSTAGRAM: @alyaartirta_ @wp.nonatypo
TIKTOK. : @wp.nonatypo

NOTE: Kalo kalian baca cerita ini dan penulisannya masih berantakan. Tolong dimaklumi, aku menulis cerita ini sewaktu belum paham kepenulisan dengan baik. Jadi, tolong dinikmati saja meski agak perih di mata. Tapi, untuk part selanjutnya aku usahakan bisa menulis dengan baik. So, just enjoy this obscure piece of writing.


Happy reading

✿ ✿ ✿


Andai semua yang kita kehendaki akan selalu menjadi milik kita,
darimana kita akan belajar ikhlas?

Karena akan datang, satu hari dimana ada doa-doa yang meski sudah kita upayakan untuk memanjatkannya berkali-kali. Tetapi, ternyata masih belum cukup untuk menemukan jalannya pada pintu-pintu langit. Juga akan ada satu hari, dimana impian yang telah lama tlah kita genggam masih harus tertunda oleh waktu yang tenggelam, bersama puing-puing kesabaran, masih harus bersabar lagi, menanti impian yang sudah di bangun jauh ke depan.

Karena itu, tidak pernah salah jika kita belajar dari hal-hal sederhana sejak awal. Termasuk ikhlas. Karena, pasti akan datang saat-saat dimana ketika yang kita miliki tidak lagi menjadi milik kita. Perlu kita ketahui, memang pada dasarnya, sesuatu yang kita miliki, kita sayangi, bahkan yang kita cintai sekalipun, pasti akan pergi di satu hari nanti.

Dan, kamu. Harus bisa mengikhlaskan kepergiannya.

"Azzura, kelak jika ada seseorang yang datang kerumah kamu, dengan niat baiknya. Percayalah dia adalah takdir yang Tuhan, kirimkan untuk kamu."

Azzura menautkan kedua alisnya tak mengerti, "Orang itu pastinya kamu kan?" tanya, Azzura.

Dylan, hanya tersenyum. Rasanya itu adalah sebuah harapan besar yang ia impiakan. Namun, kenyataan seolah menyapu habis sebuah harap.

"Jika seseorang itu bukan aku. Aku harap, kamu bisa mencintai dia dengan sepenuh hati."

Azzura menggelengkan kepalanya, air mata itu seketika luruh mendengar ucapan, Dylan. Rasanya begitu sesak, seperti memberi sebuah pertanda yang sama sekali wanita itu takuti selama ini.

"Enggak...A-ku gak bisa" ucapnya tersedu-sedu.

Lelaki itu meraih wajah wanita yang berada di sampingnya, ia berusaha dengan sekuat tenaga menghapus jejak tangis wanita itu dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya.

"Aku...udah gabisa jagain kamu lagi, Azzura." ucapnya dengan berat.

Wanita itu semakin terisak, penuh rasa sesak, air mata yang sedari tadi luruh tanpa henti membasahi permukaan wajah gadis itu. Lidahnya terasa kelu, hatinya seolah-olah hancur, rasanya seperti hidup di tengah matinya sebuah kehidupan.

"kamu akan selalu bisa natap aku, Azzura. Dan aku? Aku akan tetap bisa menatap senyum manis kamu, dengan mata ini, meski dengan raga yang berbeda."

"M-maksud kamu?"

Lelaki itu hanya tersenyum, "Suatu saat kamu akan mengetahuinya, Azzura."

***

Seindah yang tak terkira, seperti irama dalam sebuah nada, sepintas warna kelam pada setangkai mawar hitam, melambangkan sebuah duka yang melupakan warna terang tentang kehidupan.

Dari banyaknya pucuk ranum yang ku pinta, hingga durimu menyatakan sebuah luka. Namun, tetap saja ku setia karena amanah cinta yang telah ku pinta.

Maaf, jika ku lancang memintamu pada sang, Kholiq. Lewat sepertiga malam, dengan berleburnya sebuah doa dan rasa cinta yang tak pernah di anggap kehadiran-nya. Meski tak pernah terpintas, akan sesulit ini, untuk kau menerima sebuah kehadiran pria lain setelah-nya...

Benarkah, kita bersatu tanpa rasa? Tetapi, perlu kau ingat. Akulah takdir cinta, dan engkaulah penantian, meski kau mengikuti karena keterpaksaan, hingga beban berat menjadi penerimaan. Tetap saja, kita tetap terikat dalam sebuah janji pernikahan.

Lantas, kau letakan dimanakah aku ? Jika ia masih saja menjadi pemilik hatimu.

"Yang pergi akan tetap pergi, Walaupun kamu telah menjaganya dengan begitu kuat. Dan, yang datang akan tetap datang. Meskipun, kamu tidak menginginkan kedatangannya, Azzura,"

Wanita itu menatap tajam kearah pria itu, dengan sorot mata penuh rasa benci. "Dan gak seharusnya, lo datang ke kehidupan gue!"

Lelaki itu tersenyum seraya berucap, "Saya datang karena takdir.Tidak ada satu orangpun, yang bisa menentang sebuah takdir, termasuk saya. Tujuan saya menikahimu, bukan karena hasrat nafsu semata. Akan tetapi, saya hanya ingin menjagamu dalam segala hal. Baik secara iman, islam dan ihsan, Azzura."

"Lo masih bisa cari wanita yang lebih baik daripada gue, Albyan. Gue gak pantes buat lo, emangnya lo gak malu punya istri modelan kaya gue? Gue nakal, gue suka balapan, gue gak nutup aurat pakaian gue semuanya ketat-ketat, gue sering keluar malem tanpa seizin lo, dan parahnya gue gak pernah layanin lo layaknya seorang istri yang baik. Lo, seorang santri, ilmu lo luas, lo seorang hafidz gak seharusnya lo nikahin wanita kaya gue, Albyan!"

"Tidak perduli siapa kamu, dan bagaimana latar belakang kamu di masa lalu, disini saya sudah memilihmu sebagai pendamping hidup saya. Gunanya saya sebagai suami adalah membimbing kamu, Azzura. Jadi, saya mohon, tolong beri saya sedikit ruang, agar saya bisa membuat mu jatuh cinta kepada saya."


✿ ✿ ✿

To be continue...

Gimana sama prolognya?

Ada kritik dan saran?

Udah punya bayangan belum tentang cerita ini untuk kedepannya bakal gimana?

Jangan lupa masukin cerita ini ke perpustakaan kalian, ya!😁

Maaf kalo semisal ada kesalahan dalam penulisan ataupun, prolog yang kurang menarik, tapi in syaa Allah, saya pastikan untuk part-part berikutnya akan mengusahakan yang terbaik untuk kalian.

Spam "next" disini yuk, biar aku makin semngat buat ngeup nya!

See U bestie online ❤️

Hijrah CintaWhere stories live. Discover now