Tiga Belas

1.7K 213 8
                                    

[Name] membuka matanya perlahan. Ia terkejut saat mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang sangat gelap.

[Name] langsung berdiri saat merasakan ia menduduki sesuatu yang basah. Ia melihat tangannya yang juga basah. Tapi karena terlalu gelap, ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Ia pun mengarahkan tangannya ke hidung dan mengendusnya.

Darah? batinnya terkejut.

[Name] langsung memandang sekeliling. Mencari sesuatu yang mungkin dapat memberikannya petunjuk.

Kemudian, ia melihat sebuah benda, mungkin. Lalu ia berjalan mendekatinya.

"Kau datang lagi, [Name]?"

[Name] sangat terkejut saat melihat sumber suara tadi adalah sebuah kepala manusia.

Ya. Hanya kepalanya saja. Siapa yang tidak terkejut? Apalagi genangan darah yang didudukinya tadi berasal dari kepala itu.

[Name] menatap kepala itu tanpa meresponnya.

"Apa kau akan kabur sendirian lagi?"

♡♡♡

[Name] membuka matanya dan terduduk dengan napas terengah - engah.

Ia melihat sekelilingnya, kemudian bernapas lega saat mengetahui ia masih tidur bersama Boboiboy dan Gopal.

Ya, sejak mereka sampai di Stasiun TAPOPS, sebenarnya Yaya dan Ying menawarkan [Name] untuk tidur bersama mereka. Tapi [Name] menolak dan lebih memilih tidur dengan kakaknya. Walaupun ada Gopal juga yang tentunya diawasi ketat oleh Boboiboy agar tidak macam - macam dengan adiknya itu.

[Name] melihat jam di atas meja sebelah kasur, matanya membulat saat jam menunjukkan pukul 06.59.

Ia langsung mengguncang tubuh kakaknya sampai bangun.

Boboiboy duduk dengan malas sambil menguap. "Kau kenapa?" katanya dalam keadaan setengah sadar.

[Name] langsung menunjukkan jam pada kakaknya itu dan Boboiboy bangun sepenuhnya.

"Bangun, Gopal! Sudah mau pukul 7!"

"Apa!? Pukul 7!?"

Seisi kamar pun kalang kabut mempersiapkan diri masing - masing.

Tiba - tiba pintu kamar mereka pun terbuka dengan keadaan Boboiboy yang belum tuntas memakai celananya dan Gopal yang belum pakai baju.

Ting!

Tepat pukul 07.00 dan Laksamana Tarung sudah berdiri tegap di depan pintu kamar mereka.

"Masih belum siap juga, HAH!?"

Angin dari teriakan Laksamana menerbangkan beberapa kertas dan juga selimut di dalam kamar itu.

"Selesaikan dalam dua menit, PAHAM!?"

"Pa-paham, Laksamana!"

♡♡♡

Saat menunggu Ciciko menyelesaikan sesuatu di tabletnya, [Name] memikirkan mimpinya tadi.

Kenapa kau mendatangiku lagi.... Rika?

"Oke, misi kalian sudah selesai kuprogram. Semuanya ada di dalam tablet ini. Jangan sampai hilang!"

Boboiboy menerima tablet tersebut dan membacanya baik - baik. Walaupun ia tidak mengerti sebagian isinya, tapi minimal ia masih mau berusaha. Yah, jangan bandingkan dia dengan Gopal yang bahkan membuang tablet informasi di misi pertama mereka.

"Baik, saya sudah paham. Kami pergi dulu, Komandan!" pamit Boboiboy.

"Baik, hati - hati. Jangan membuang tablet itu lagi!" ucap Kokoci sambil hormat TAPOPS dan langsung dibalas oleh pasukannya.

♡♡♡

Boboiboy membaca ulang informasi di tablet itu agar ia benar - benar memahami kondisi planet yang akan mereka datangi.

Tidak lama kemudian, pesawat yang dikendarai Papa Zola pun sampai.

Mereka keluar dari pesawat dan memperhatikan sekeliling sambil berjaga - jaga.

"Sepertinya kau bersenang - senang."

[Name] sontak menoleh. Suara itu sangat ia kenali. Tapi anehnya, tidak ada siapa pun di belakangnya.

Ia pun menganggap itu hanyalah sisa - sisa mimpinya tadi pagi.

"Kau bahkan tidak membalaskan dendam kami."

Lagi.

Suara itu terus saja berdengung di kepala [Name].

"Aduh, aku lapar sekali," ucap Gopal memecah keheningan.

"Jangan ngaco, lah. Mana ada makanan di planet gersang begini?" balas Fang.

"Gersang? Kau tidak lihat banyak pohon permen karet di sana?" balas Gopal tidak mau kalah.

"Apa yang kalian bicara- EH!? Apa itu benar - benar biskuit buatanku? Tunggu, bagaimana bisa biskuitku dijual di planet ini?" Tiba - tiba Yaya ikut bersuara.

"Biskuitmu? Bukannya itu pohon coklat?" Boboiboy pun ikut - ikutan.

[Name] semakin bingung dengan apa yang terjadi.

"Ternyata benar kau sudah melupakan kami."

[Name] berdecak sebal. Kenapa kau harus muncul di saat seperti ini?

[Name] mengabaikan suara yang terus - terusan menerornya. Kemudian ia teringat sesuatu.

Di tablet tadi, tertulis bahwa di planet itu terdapat gas yang bisa membuat makhluk hidup berhalusinasi melihat apa yang ada di dalam pikiran mereka.

[Name] menepuk dahinya.

Jadi itu alasan mereka semua melihat hal yang berbeda - beda.

[Name] merasa ia harus memberitahukan ini pada yang lain.

Tapi bagaimana? Tablet itu masih berada di dalam pesawat.

♡♡♡

Manusia Biasa Menjadi Pelindung Galaxy [END]Where stories live. Discover now