Gloria Victis 05 - Gudang

2.1K 274 212
                                    

***

DEG!

Tubuh Rebecca menegang begitu menyadari perbuatan yang baru saja ia lakukan. Bagaikan sebuah batu besar yang dihantamkan keras-keras ke dadanya, napas Rebecca menjadi tertahan dengan rasa takut yang membuat dadanya menjadi sesak.

"A-Apa yang baru saja aku lakukan!? O-Oh tidak--" - batin Rebecca takut setengah mati.

Tubuh Rebecca mulai bergetar dengan sendirinya seakan-akan rasa takut itu telah mengendalikan syaraf-syaraf dalam tubuhnya. Perlahan, Rebecca mulai memutar kepalanya berniat memeriksa Ashan.

Suara degupan jantung yang berdetak kencang bisa Rebecca dengar, seolah-olah aliran darah di pembuluh darah yang dekat dengan telinga telah berubah, kondisi itu seringkali dinamai dengan perubahan kesadaran akan aliran darah.

Begitu Rebecca telah berhasil memutar kepalanya, tatapan matanya segera bertemu dengan tatapan mata milik Ashan yang dipenuhi dengan amarah yang membara.

"A-Aku tidak sengaja--!!?"

Plak!

DEG!

Napas Rebecca tertahan begitu saja, tubuhnya memaku, dan matanya membulat sempurna dengan tatapan kosong yang terus mengarah ke depan, itu adalah jenis tatapan dari seseorang yang terkena serangan syok. Perlahan, satu tangan Rebecca terangkat memegangi pipinya yang sedikit panas karena telah mendapat tamparan beberapa saat yang lalu, namun gadis itu belum bereaksi lebih.

Tamparan itu memang tak terlalu menyakitkan seperti tamparan yang diberikan Ibu mertuanya di hari pertama, namun siapa saja tahu, jika Ashan tidak dalam keadaan 'sakit', pria itu mungkin sudah memukuli Rebecca hingga hampir mati sekarang, dan Rebecca sadar akan hal itu.

"Sialan, beraninya kau! Kau ingin mati!?" teriak Ashan dengan dada yang naik turun, nafasnya tersengal-sengal seperti seseorang yang terkena Dispnea.

Rebecca tersentak.

"Apa kau menertawakan ku juga, hah?!"

"Ti-Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya--"

"Sialan! Dasar rendahan kurang ajar! Beraninya kau mengejekku!"

DEG!

"T-Tidak! Bukan begitu, aku tidak sengaja. K-Ku mohon, aku minta maaf," mohon Rebecca yang hampir menangis.

"Aku tahu itu, dalam hatimu, kau pasti mengejekku! Kau jalang sialan, kau memang harus dihukum."

Mendengar itu, tubuh Rebecca kembali dibuat menegang, telinganya berdengung oleh rasa panik. Pada saat yang sama, Rebecca segera bersujud di lantai dengan tubuh yang gemetaran.

"Ja-Jangan, ku mohon jangan lakukan itu! Aku minta maaf, Tuan muda, aku salah! Aku tidak akan melakukannya lagi, ku mohon jangan hukum ak--Hicc." tangis Rebecca takut.

Bukannya luluh akan permohonan maaf dari Rebecca, Ashan justru semakin naik pitam, pria itu menghempaskan bak berisi handuk dan air hangat itu ke lantai, dalam sekejap lantai dibuat basah olehnya.

"Aaarrgh--!!" pekik Rebecca tertahan.

Cipratan air itu mengenai lengan Rebecca hingga membuatnya tersentak kaget, Rebecca segera bangkit memegangi punggung tangannya sambil meringis menahan rasa panas.

"Apa-apaan ini? Mengapa berisik sekali di sini? Ashan, ada ap--???"

Seorang wanita dengan jubah mandi dan masker yang menutupi wajahnya tiba-tiba datang, wanita itu adalah Regina, Ibu mertua Rebecca. Begitu melihat pemandangan di depannya, Regina dibuat terdiam dengan alis yang tertaut heran.

GLORIA VICTIS | DewasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang