Murid Baru

2.2K 164 29
                                    

◇ SBK ◇

Raib turun dari angkot sambil menutupi kepalanya. Tiba-tiba saja langit menumpahkan hujan saat Raib setengah jalan menuju sekolah. Benar-benar dadakan, padahal tadi langitnya cerah sekali.

Belum sempat Raib berlari menuju gerbang sekolah, ada payung transparan yang menutupi kepalanya. Raib menoleh, menemukan lelaki asing yang sedang tersenyum kepadanya.

"Butuh payung?" tanya lelaki itu.

"Ah, tidak usah, terima kasih. Gerbangnya dekat kok," tolak Raib tidak enak.

"Tidak apa-apa, pakai saja. Aku sudah memakai jaket kok." Lelaki itu memindahkan pegangan payung ke tangan Raib. Sejak awal berbicara, senyuman manis itu tidak pernah luntur.

"Aku duluan ya," pamit lelaki itu sebelum dia berlari menuju gerbang.

"Hey tunggu! Siapa namamu?" Pertanyaan Raib terlambat. Dia menghabiskan terlalu banyak waktu dengan terpaku.

Raib mulai melangkah menuju gerbang, melipat payung transparan saat mulai memasuki lorong sekolah. Mulai menaiki tangga menuju kelasnya sambil bertanya-tanya. Kalau Raib tidak tahu payung ini milik siapa, bagaimana dia bisa mengembalikannya?

"Selamat pagi, Ra!" sapa Seli yang sudah duduk di mejanya. Buku tulis kimia terbuka di hadapannya.

"Pagi, Seli. Kamu sedang mengerjakan tugas kimia?"

Seli mengangguk, "iya, Ra. Semalem tidak sempat karna aku mengantuk sekali."

Raib mengangguk, mulai membuka buku novel setelah duduk di sebelah Seli. Dia tidak ingin mengganggu sahabatnya yang tengah fokus mengerjakan.

Seperti biasa, Ali datang mepet sekali dengan bel masuk. Tapi walau begitu, tampilannya akhir-akhir ini tidak terlalu berantakan lagi. Ya, walau masih tidak memakai dasi, rambut kusut, seragam dikeluarkan, tapi entahlah ... auranya terasa berbeda saja.

Pelajaran pertama kami adalah Bahasa Inggris. Mr. Theo melangkah masuk diikuti seorang siswa dibelakangnya. Sepertinya ada murid pindahan.

Hey! Itu lelaki yang tadi pagi memberinya payung. Pantas saja Raib merasa tidak pernah melihat wajah itu di sekolah ini, ternyata dia baru pindah.

"Attentions, class. Hari ini kita kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan dirimu," ujar Mr. Theo.

Lelaki itu beranjak maju, "halo semuanya. Perkenalkan, namaku Nouveliz. Biasa dipanggil Nou atau Veliz, terserah kalian mau memanggilku seperti apa."

Senyum manis itu lagi. Aduh, sebenarnya lelaki ini makan apa sih, kok bisa manis sekali?

Raib berbisik kepada Seli, "senyum manis ya, Sel."

"HAH?!" Cepat-cepat Raib menutup mulut Seli yang kelepasan berteriak.

"Seli, perhatikan ke depan," tegur Mr. Theo.

Seli mengangguk patah-patah, "I'm sorry, Mr." Setelahnya, Seli menegok tajam ke arah Raib, memasang muka apa-maksud-dari-perkataanmu-tadi dengan mata memicing.

Raib hanya mengangkat bahu. Lanjut memperhatikan depan. Nou ditempatkan di samping Ali--Raib turut merasa kasihan kepadanya. Menjadi teman sebangku Ali bukanlah hal yang mudah.

***

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa saat yang lalu. Raib tengah membereskan barang-barangnya saat ia menangkap sosok Nou di ekor matanya.

"Hai, Nou!" sapa Raib terlebih dahulu.

Nou menengok, mengenali Raib yang tadi ia temui di gerbang. "Hai."

"Namaku Raib," Raib mengulurkan tangannya. Nou mengangguk sambil terkekeh, menjabat tangan Raib.

"Kamu tidak kehujanan 'kan?" tanya Nou bercanda.

"Tentu saja tidak, berkat payungmu. Ini aku kembalikan, terima kasih ya!" ujar Raib sambil menyodorkan payung transparan itu, di wajahnya terpampang senyum lebar.

Suara keras terdengar dari belakang Raib. Saat ia menengok, ternyata ada Seli yang sedang memasang muka terkejut sambil menutupi mulut dengan tangannya.

"Ada apa, Sel?" tanya Raib yang dibalas dengan gelengan patah-patah oleh Seli.

"Teman sebangkumu, Ra? Halo, Seli. Kenalkan aku Nou."

Seli tersenyum, membalas uluran tangan Nou. "Iya aku Seli, sahabatnya Raib."

Nou mengangguk mengerti. Ia beralih ke arah Raib lagi. "Ra, bisakah kamu mengajakku berkeliling? Tadi aku tertahan terlalu lama di ruangan Kepala Sekolah."

"Tentu saja, ayo. Mumpung istirahatnya masih lama."

Terdengar suara orang terkesiap-lagi, kali ini dari arah belakang. Raib menengok ke arah tempat duduk Ali. Ali yang tadinya sedang tiduran terlihat melotot kepada Raib.

"Kenapa, Li?"

Ali tetap diam, matanya menatap tajam ke arah Nou dan Raib.

"Tidak jelas kamu. Ayo Nou, biarkan saja dia. Memang seperti itu anaknya."

Raib dan Nou pergi, meninggalkan Seli dan Ali yang terkejut setengah mati. Ternyata Raib bisa ramah juga kepada laki-laki.

"Raib kesambet apa, Sel?" tanya Ali heran. Bertahun-tahun kenal Raib, belum pernah Raib berbicara selembut itu padanya. Kalau dipikir-dipikir, Ali jadi kesal sendiri.

"Kesambet senyumnya Nou mungkin. Tadi pas Nou sedang perkenalan, Raib bilang kepadaku kalau senyumannya Nou manis."

"HAH?!"

Seli mengangguk, "persis sekali, reaksiku tadi sama seperti kamu sekarang."

Ali mengusap wajahnya yang kebas. Hatinya kesal entah kenapa. Sesaat kemudian ia memutar bola mata. Terserahlah. Toh Raib mau ramah kepada siapa bukan urusannya.

Tapi kenapa sepanjang hari setelah kejadian itu, Ali terus-terusan cemberut ya?

-end-

AKHIRNYA N-OU BISA BERGABUNG KE TIMELINE TRIO BEGUNDAL~~

I've been wanting to put him in the same timeline as trio SBK and now *evil laugh* I will enjoy this since this is my own works.

Buat kalian yang hari ini dapat warna merah, tetap semangat yaa!! Masih banyak jalan lain yang bisa kalian tempuh. Ayo jadi kayak Raib, Seli, Ali yang pantang menyerah 💪🏻 Semangat terus gengs 🥰

p.s : yang gak tau arti SBK, coba ke tiktokku dulu biar tau kepanjangannya hehe

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang