Sakit

2.3K 187 234
                                    

♡ raib × ali ♡

Jarum pendek menyentuh angka 10. Langit hitam di luar sana nampak cantik, dihiasi dengan bulan setengah dan bintang-bintang yang bertebaran. Raib tersenyum menatap langit. Ia selalu suka pemandangan di malam hari.

Bulan yang bertahta di langit malam selalu bisa memberikan ketenangan tersendiri untuknya.

Ponsel milik Raib yang ditaruh di meja belajar berbunyi, tanda ada panggilan masuk. Raib berbalik, mengambil ponselnya yang menunjukkan caller id "Kapsul ILY".

Tumben sekali ILY menelpon. Biasanya ILY hanya menghubungi lewat pesan singkat saja.

"Halo, ILY."

"Selamat malam, Raib. Apa aku mengganggu?"

Raib menggeleng, kemudian tersadar bahwa ILY tidak bisa melihat gelengannya. "Tidak, ILY. Aku sedang senggang, ada apa?"

"Begini, Ra. Kurasa Ali sakit. Suhu tubuhnya 39, di kulitnya juga terlihat bercak-bercak kemerahan. Aku berkali-kali mendengarnya berdeham, membersihkan tenggorokannya," ILY mulai menjelaskan di ujung sana.

"Aku sudah menyuruhnya untuk beristirahat dan meminum obat, tapi kamu tahu lah bagaimana tabiatnya ..."

Terdengar decakan kesal keluar dari mulut Raib. Si Biang Kerok ini kebiasaan sekali. Apa susahnya sih menjaga kesehatan dirinya sendiri?

Atas usul Raib beberapa hari yang lalu, Ali menambahkan fitur baru di ILY. Fitur itu khusus untuk Ali. Apabila Si Biang Kerok itu menunjukkan tanda-tanda aneh, seperti akan sakit misalnya, maka ILY akan menghubungi Raib.

Raib seperti ini karena melihat Ali yang nyaris pingsan dan tidak bisa berdiri saat mereka sedang menaiki tangga sekolah. Tidak terbayang seberapa khawatirnya Raib saat itu.

"Ali kebiasaan sekali."

"Yeah, benar. Aku juga tidak paham dengan tabiatnya, Ra. Apa kamu bisa kesini? Hanya kamu yang bisa mengomeli dia sampai anak itu meminum obat dan istirahat."

Sambungan telepon itu lengang sejenak.

Sebenarnya, ini malam sekali. Jarum panjang sudah menunjuk ke angka 4. Tapi, kalau Ali tidak dihentikan, Raib takut dengan efek yang ia dapatkan setelah ini.

Baiklah, lagipula Mama dan Papa sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang berkunjung ke rumah Tante. Besok juga hari libur. "Aku akan ke sana, ILY. Apa dia masih bangun?"

"Masih, Ra. Dia sedang mengutak-atik peralatan miliknya."

"Baiklah, terima kasih ILY."

Raib mendecak kesal setelah menutup telfon. Si Biang Kerok ini suka sekali mencari gara-gara. Dengan cepat Raib berganti baju, berpamitan kepada Si Putih. Sebelum Raib menuju ke rumah Ali, Raib mampir di suatu tempat lebih dulu. Setelahnya, Raib melesat cepat menuju rumah megah di tengah kota.

Tidak ingin berbasa-basi, Raib memutuskan untuk langsung memasuki basemen Ali saja. Akan rumit jadinya kalau Raib bertemu dengan seseorang di rumah ini. Ini sudah malam sekali.

Itu dia.

Si Beruang tengah sibuk di meja kerjanya. Tangannya bergerak cepat memutar,mutar suatu alat, jangan tanya itu alat apa, Raib juga tidak tahu.

"Ekhem." Raib berdeham, berusaha menangkap atensi lelaki yang memakai lensa google di depan sana.

"Loh? Ngapain, Ra?" Ali terkejut melihat Raib yang bersidekap dengan wajah garang di dekatnya.

Mata Raib memicing, "kamu sakit 'kan."

"Ck. ILY lebay sekali," decak Ali kesal, dia melirik tajam ke arah ILY yang mengambang di tengah ruangan.

Bumi Series [fanfict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang