Dara Pulang Pak, Dara Pulang

51K 3.9K 164
                                    

Arshadara's POV

Barisan awan nampak terlihat dari atas kaca pesawat yang terbang tinggi menembus langit. Hamparan awan itu bak ombak di laut, bergerak perlahan mengikuti arah angin membawanya. Aku melihat ke arah kedua putraku yang sedang tertidur. Aku tidak menyangka bahwa apa yang selama ini dikatakan Lani itu benar, keluargaku merindukanku. Saat itu, dari balik ponsel, aku bahkan bisa mendengar suara Dimas yang terisak dan terus menerus mengatakan maaf pada diriku karena sudah menyakitiku. Dia memohon supaya aku pulang, saudara kembarku itu mengatakan bahwa Ibu dan Bapak sangat merindukanku.

Berbekal uang yang dikirim olehnya hari itu juga. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, beberapa hari setelah aku menghubunginya. Aku sudah tidak tahan, begitu rindu dengan keluargaku, di ujung hatiku ada sebuah rindu terselip untuk seseorang yang juga jauh di sana. Pemandangan dari jendela pesawat membuatku mengantuk, secara tidar sadar aku terlelap.

Flashback

"Sayang..."

Aku mengerjap saat merasakan sebuah sentuhan di keningku. Ternyata Mas Ardhi, dia tengah membenarkan anak rambutku yang kusut karena percintaan kami di mana dia menggauliku semalam suntuk. "Ngantuk Mas."

"Bangun, kita subuhan dulu ya? Sebentar lagi adzan."

Mas Ardhi membantuku untuk bangun, aku meringis saat merasakan pusatku begitu perih. Melihatku meringis, dia sigap menahan bahuku yang handak berdiri. "Apa masih sakit? Kalau gitu kamu duduk aja sholatnya ya."

Aku menggeleng. "Enggak, cuma sedikit perih," saat mengatakan itu pipiku yang kembu memerah karena malu dan hal itu membuat Mas Ardhi terkekeh sambil kemudian dia mengecup pipiku beberapa kali.

"Mas, ih!" Mas Ardhi malah tertawa jail, dia mencubit pipiku gemas.

"Hehehe, kamu cantik sayang," ucapnya sambil mendekap tubuhku. Rasanya nyaman sekali dipeluk oleh pria yang aku cintai.

Aku memandangi wajah tampan suamiku, tanganku terulur menggapai setial jengkal wajahnya. Begitu aku mengagumi ciptaan Sang Maha Pencipta yang begitu sempurna, di mataku dia adalah pria paling tampan di dunia. Kutangkup kedua sisi rahang Mas Ardhi yang tegas dan kokoh, dia tersenyum saat aku melakukan itu.

Aku jadi mengingat awal pertemuan kami, dia dulu hanya orang asing random yang kebetulan menginap di rumahku. Aku tak menyangka, lima tahun kemudian kami bertemu kembali dan dia melamarku. Awalnya aku ragu untuk menerimanya, apalagi Dimas dan A Rifky terkesan memaksaku untuk menerima dia. Namun, saat ini aku sungguh tidak menyesal. Walau belum lama mengenalnya, aku dibuat jatuh cinta di malam saat dia mengambil mahkotaku.

"Hmm?"

"Mas, aku mencintaimu," kataku seraya memberi sebuah kecupan di bibirnya. Dara yang lugu dan pemalu hilang entah ke mana, aku tak lagi sungkan pada pria yang baru saja mengambil haknya dariku sebagai wanitanya. Pria yang mengganti statusku dari lajang menjadi seorang istri, pria yang mengganti pandangan orang padaku dari seorang gadis menjadi wanita.

"Yang bener ah?" kata Mas Ardhi dengan wajah menyebalkan.

Aku mencubit lengannya. "Ish nyebelin..."

Mas Ardhi menagah, menahan sakit saat lengannya aku cubit. Dia kemudian tersenyum ke arahku sambil menahan kedua tanganku yang hendak kembali mencubitnya dan berbisik tepat di telingaku. "Aku mencintaimu."

Mendengarnya membuatku malu, aku berdehem mencoba menetralkan degub jantungku yang tidak bersahabat.

"Awas Mas, aku mau mandi."

Ayo Rujuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang