Dieng

33.3K 2.1K 148
                                    

Arshadara's POV

Pegunungan dan bukit nan hijau menjernihkan mataku yang selama beberapa waktu ini hanya disuguhi padatnya Ibu Kota. Jalanan yang dipenuhi pemandangan yang indah seakan membunuh kebosanan karena jauhnya jarak tempuh Jakarta-Dieng. Destinasi wisata Dieng memang cocok untuk menjadi tempat healing, setelah lelah dengan segala hiruk pikuk kehidupan.

Aku beruntung bisa ke sini karena ajakkan Arsen yang mengajak aku dan anak-anak berlibur. Kebetulan si kembar juga sedang libur semester, jadi kami bisa berlama di sini. Selain kami, A Rifky, Hanifa dan anak-anak mereka juga ikut, tapi beda mobil dengaku.

"Bagus ya?"

Aku menyunggingkan senyum pada Arsen. "Iya, bagus banget."

Arsen terkekeh, dia menatapku dengan usil. "Nanti kalau udah nikah kita ke sini berdua ya?"

"Siapa juga yang mau nikah sama kamu? Males punya suami kerjaannya jail, nggak ada serius-seriusnya," kataku sambil memutar bola mataku malas.

Arsen mencebik. "Jadi kamu sukanya sama yang serius? Padahal yang humoris kayak aku langka lho."

Seutas senyum di wajahku tertampil, Arsen memang pandai bergurau. Tidak aneh kalau dia mudah sekali bergaul dengan siapapun. Istilahnya gaulnya adalah social butterfly.

"Idih senyum-senyum, dipikirnya situ cantik?"

Aku melotot pada Arsen, pria itu malah tertawa melihat reaksiku. "Malesin."

Sambil fokus melihat ke jalanan di depan kami, sesekali Arsen melirikku. "Iya deh, Neng Dara mah emang paling geulis, nggak ada duanya," ucap Arsen jenaka.

"Sen, ih!" kataku malu karena di belakang Bumi dan Langit memperhatikan kami.

"Cinta pertamanya Arsen," ucap Arsen sengaja membuatku malu di depan anak-anak. Walaupun mereka belum mengerti, tapi tetap saja itu memalukan.

"Berhenti godain aku atau aku minta pulang?" ancamku, Arsen tidak menggubrisnya dia malah makin membuat pipiku memerah seperti kepiting rebus.

"Kalau pulang mau naik apa? Mau aku turunin di sini? Kira-kira di sini ojol ada nggak ya?"

"Tau ah gelap," kataku memilih kembali melihat pemandangan dari samping kaca. Arsen kalau dilawan malah makin terus mengolokku.

"Kamu tuh seumuran aku lho Ra, kepala tiga. Tapi kok vibes-nya aku kayak lagi pacaran sama ABG ya? Nggak berubah, masih Dara yang aku kenal waktu SMA dulu. Kamu cantiknya abadi kayaknya, boleh dong spill di mana tempat semedi kamu sama Ratu ular selama ini," kekeh Arsen, dia benar-benar tau cara membuatku malu bukan main.

"Pacar? Sejak kapan kita punya hubungan sampai situ?" kataku sewot sambil memanyunkan bibir.

"Sekarang sih belum dan kayaknya nggak bakal jadi pacar deh. Soalnya bakal langsung aku jadiin istri."

***

Aku mengerjap saat mendengar suara seseorang memanggilku dari balik pintu. Dengan mata masih mengantuk, aku membukakan pintu tersebut. Tubuh tegap Arsen langsung ditangkap oleh mataku, pria itu menaik turunkan kedua alisnya.

"Apa nyengir-nyengir?" kataku kesal, selama perjalanan dari Jakarta aku sama sekali tidak tidur dan itu melelahkan sekali. Selepas Isya tadi aku memutuskan untuk istirahat, tapi baru juga reup tertidur, kadal ini malah nongol dan menganggu tidurku.

"Keluar yuk?"

Aku berdecak. "Sen, aku masih capek."

"Ngedul ih awewe teh," ucap Arsen tengil.

Ayo Rujuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang