Ardhi's POV
Transplantasi sumsum tulang belakang berjalan tanpa hambatan. Efek samping yang dokter katakan sebelumnya mulai bisa aku rasakan. Kepalaku pusing bukan main, ditambah nyeri di area sekitar pinggul yang begitu terasa ngilu. Namun, bagiku semua ini mudah saja asal anakku bisa lekas sembuh. Beruntung, Dara masih sudi untuk sekedar hanya memijat pelipisku, mengurangi rasa pusing yang menerpa kepalaku.
Dokter mengatakan bahwa proses adaptasi total bisa memakan waktu satu tahun atau lebih. Pastinya kami sebagai orangtua harus mawas dan lebih memberikan perhatian, karena Langit masih harus sering check-up secara rutin untuk mengetahui perkembangan penyembuhan dan pencegahan terhadap tumbuhnya kembali sel kanker. Saat ini keluarga Dara mengerumuni lorong, aku senang karena mereka mulai bisa kembali menerimaku. Setidaknya sebagai orangtua dari Bumi dan Langit. Bapak dan Ibu Dara bahkan sampai berterimakasih kepadaku, padahal mereka tidak perlu melakukan hal tersebut karena aku melakukannya demi putraku.
Enam bulan waktu perjanjian sudah terlewati, aku belum membicarakan lagi kelangsungan hubunganku dengan Dara. Saat ini, aku ingin fokus dulu dengan kesembuhan Langit. Kalau ditanya perasaan, tentu aku masih sangat mencintai Dara. Bedanya, saat ini aku sudah ikhlas kalau memang Dara ingin berpisah dariku dan menikah bersama Bagas. Tentunya, asalkan dia memberiku kebebasan untuk bertemu anak-anakku.
"Makasih ya Mas," Dara yang baru selesai memijat pelipisku berbicara lembut seraya menyunggingkan senyumnya kepadaku.
"Apapun untuk mereka Ra."
Di luar dugaan Dara memelukku, hal itu disaksikan oleh anggota keluarganya yang menatap haru ke arah kami. Dara menangis di dadaku, aku bisa merasakan air matanya merembas membasahi kaosku. Lama diam, aku membalas pelukannya, memperangkap tubuh Dara semakin dalam ke dalam kukunganku.
Satu tanganku yang bebas mengusap punggungnya. Posisi ini sungguh membuatku mabuk, nyaman sekali. Aku bisa membaui tubuh Dara yang begitu aku rindukan tanpa takut dia marah maupun menolak.
Bekas suntikan dibagian belakang punggungku tiba-tiba terasa tidak sakit sama sekali. Ajaib memang, perasaan cinta menggebu-gebu di hatiku mengalihkan semua rasa sakit itu. Dara seakan sedang mencoba untuk membagi rasa sakitku dengan miliknya.
"Makasih Mas."
***
Langit sudah diperbolehkan pulang ke rumah, dengan dibekali beberapa obat untuk recovery. Sejak siuman, Langit tidak mau disentuh olehku. Jangankan disentuh, melihat saja dia takut. Hatiku rasanya seperti disayat oleh sebuah belati melihat dia yang memandangku dengan penuh rasa takut, padahal aku Ayah kandungnya. Aku tak ingin menyalahkan siapapun, pasti aku sudah sangat menyakiti hatinya ketika waktu itu berteriak bahwa aku bukan Ayahnya.
Dara beberapa kali mengelus tanganku, dia meminta maaf. Katanya, dalam waktu dekat pasti Langit akan bersikap seperti biasa. Aku tidak yakin dengan hal itu, Langit terlihat sangat takut, aku sudah menorehkan luka di hati kecilnya.
"Langit mau Ayah gendong?"
Putra bungsuku itu menggeleng dan memeluk erat Dara yang kini tengah duduk di sampingku. Kami berada di kediaman orangtua Dara, saat di rumah sakit mereka memintaku untuk membawa istri dan kedua anakku ke Bandung saja. Katanya biar lebih banyak orang yang menjaga.
Aku menghembuskan napas pelan.
"Ayah minta maaf ya?""Mas..."
Dara menggeleng. "Pelan, jangan memaksa nanti dia malah tambah takut."
Dia kembali menimpali. "Kamu ajak main Bumi aja, Langit biar istirahat dulu.
Mataku menoleh ke arah Bumi yang sedang bercanda dengan iparku-Jendra. Aku hanya bisa mengangguk, rasa kecewa dalam memenuhi ruang dihatiku. Aku kecewa pada diriku sendiri, aku kecewa karena pernah kalah oleh egoku. Aku begitu sombong, andai aku saat itu tidak menuruti egoku yang dilukai Dara. Langit pasti masih mau bermanja padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Rujuk!
RomanceHanya sebuah cerita pesakitan dari dua entitas berwujud manusia. Mereka adalah Arshadara Bilqis dan Khalifah Fil Ardhi, dua insan yang bersatu dalam sucinya pernikahan. Awalnya, pernikahan terasa sangat membahagiakan bagi keduanya, tapi semua beruba...