"Kamu pulang."
Utas senyum yang hampir setengah dekade tak kujumpai, terukir kembali. Kali ini seiring dengan musim semi yang menjunjung para bunga untuk mekar. Katanya dia rindu aku—rupanya aku dirindukan, ya. Letihku pun ajaibnya hilang.
Hebat, kekuatan super apa yang ibuku miliki?
Pertanyaanku itu benar terutara, dia tertawa seraya membangkitkan senyumku. Dan karena itu pula, tanyaku yang sama kembali datang.
Kalau ibuku bunga, dia adalah bibit paling bahagia. Tawanya merembet ke bunga tetangga. Kuanggap tidak akan ada hal yang bisa mengoyak gaungan senang dari hati lemah lembutnya itu.
Sampailah kami pada hari esok, dan segala anggapan manisku salah. Karena dia tidak lagi dengan tawa atau sekadar utas senyum. Andai saja bibirku bisa berucap maaf, sial. Semuanya sirna ketika ia duduk menghadapku, dengan matanya yang dilapisi air mirip kaca.
"Kamu pulang."
crystsnw | Kabupaten Bogor
27 Maret 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungkus Permen
Short StoryKotak musik di sudut ruang dalam benak saya terus melantunkan nama anda. Saya tidak rindu anda, separuh jiwa anda yang terpatri di sini. Datang dan bawalah, cepat. Jangan tuntut saya untuk mendefinisikan kenangan sebagai sesuatu yang sulit. Kumpula...
