Cerita 2

11.2K 586 10
                                    

Angin hitam yang keluar dari kotak itu membentuk sesuatu. Sesuatu itu seperti seorang perempuan. Ben menjauhi angin itu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa sosok perempuan itu seperti berbicara dengannya.

Noah melemparkan api kearah angin itu hingga angin itu kembali menyerang Noah dengan angin hitamnya. Ben terbang kearah ketiga temannya untuk membuat perisai angin.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Inna kepada Noah. Sebelum Noah menjawab pertanyaan Inna, angin hitam itu segera terbang menjauh ketika cahaya matahari muncul dari awan-awan itu. Ben baru sadar bahwa cuaca saat ini mendung.

Ben yang cukup bingung dengan apa yang dilihatnya tetap tidak melepaskan perisai yang ia buat.

"Ben lepaskan perisai ini." Kata Rey melihat keanehan Ben. Tetapi Ben tetap belum melepaskan mereka.

"Ben?" Tanya Inna melihat tingkah Ben. Dalam benak Ben, ia tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun bukan ia yang mengambil kotak itu tetapi tetap saja bahwa Ben yang melepaskan angin hitam itu. Perasaan bersalah mulai dirasakan Ben. Jujur saja, Ben cukup merasa takut dengan apa yang terjadi.

.o.O.W.O.o.

Di pulau yang pernah dijumpai para pemain Tessera Clocear pada pertandingan ketiga ini telah diberi keamanan yang ketat, baik dari Militer Pemerintah begitu juga Prajurit Kerajaan.

Guardian Jubah Merah segera menggunakan 'Alam'nya untuk mengangkat pohon yang berada di danau merah itu untuk melihat keadaannya.

Pohon itu mengeluarkan suara detak jantung yang besar. Jubah putih mengeluarkan Harpa kacanya dan memainkan melodi untuk mengeluarkan jantung itu dari pohon. Tetapi percuma, pohon ini sangat susah untuk melepaskan mantra yang terikat padanya.

"Aku tidak bisa. Entah mantra apa yang dibacakan Ratu Thea zaman dulu hingga sampai sekarang mantra ini sangat susah di lepaskan." Kata Jubah putih.

"Kau tidak bisa membukanya walaupun kau adalah Guardian Putri Thea!?" Tanya Jubah biru.

"Bicara yang sopan dengan yang lebih tua." Kata Jubah hitam. Jubah biru membalas dengan helaan nafas.

Seperti yang di katakan sejarah sebelumnya, Guardian adalah pelindung yang melindungi generasi selanjutnya dari fotia yang jahat. Sebenarnya, tugas Guardian bukanlah seperti itu. Guardian bertugas untuk melindungi portal yang dapat membangkitkan Putri Fotia dari tidurnya. Putri yang tertidur akibat 'Alam' milik Ratu Thea.

4 Guardian ini adalah pelindung yang mendapatkan kutukan dari keempat saudari Putri Fotia. Kutukan yang akan mengabdi untuk selalu melindungi Negaranya. Bagi Kerajaan dan Pemerintah, suatu kehormatan untuk menerima kutukan ini. Karna melambangkan kesetiaan dan juga kepahlawanan. Bagi Guardian itu sendiri, kutukan ini adalah suatu penyiksaan.

Setiap Guardian memiliki masing-masing jubah yang mereka kenakan. Jubah hitam yang melambangkan Putri Azula, Jubah putih yang melambangkan Putri Thea, Jubah biru yang melambangkan Putri Asteri, dan Jubah merah yang melambangkan Putri Chroma.

Jubah merah kembali menenggelamkan pohon itu sesuai perintah Jubah hitam. Jubah hitam membiarkan Jubah biru untuk terbang keatas dan menggunakan 'Alam' prajuritnya agar menggunakan bulu sayap putih untuk melindungi danau itu.

Jika bulu-bulu sayap itu telah berada di danau, maka dapat memberikan energi listrik bagi yang berani memasukinya selain Guardian.

Setelah persiapan itu, suara tembakan terdengar di atas langit, begitu juga di darat. Jubah hitam sudah mulai mempersiapkan sesuatu jika hal buruk terjadi. Jubah biru itu sama sekali tidak menyadari bahwa seseorang yang berbahaya berada di belakangnya. Jubah biru itu tidak dapat menyingkir ketika kekuatan yang besar itu mengenainya.

"Jeen!" Panggil Jubah hitam dengan tidak suka. Jeen menghiraukan Guardian dan memasuki danau itu untuk mengambil jantung tersebut.

"Kalian berdua hentikan Jeen dari dalam. Kami akan menghentikannya dari luar." Kata Jubah hitam. Jubah biru dan merah memasuki danau merah. Jubah putih memainkan harpanya untuk mereka berdua agar dapat melihat di dalam air merah itu.

"Apa rencanamu?" Tanya Jubah putih kepada Jubah hitam.

"Tidak ada."

.o.O.W.O.o.

Jubah merah sembari tadi menutupi pohon itu dengan tanaman lain agar Jeen tidak dapat mengambil jantung itu. Jubah biru mengeluarkan pedangnya yang seperti sayap dan menyerang Jeen bertubi-tubi.

Jubah merah tidak dapat menahan jantung itu lebih lama lagi. Panas yang di keluarkan jantung itu lah yang membuat ikan-ikan di danau ini mati dan merubah danau ini menjadi merah seperti darah.

Jubah merah yang kelelahan tidak dapat bergerak dengan cepat ketika Jeen mengeluarkan pisaunya dan mengenai lehernya. Jubah merah menahan lehernya yang berdarah, darah milik Jubah merah itu di serap oleh Pohon tersebut hingga pohon itu kembali menaiki permukaan.

Jeen segera berenang keatas. Jubah biru membantu Jubah merah untuk keluar dari danau itu.

Pohon tersebut mengeluarkan sesuatu dari akarnya hingga Jubah hitam terkejut. Jantung tersebut berbentuk seperti krystal merah yang sepertinya cepat rapuh dan Jeen berniat untuk menyentuhnya.

"Jeen! Kalau kau sentuh jantung itu, kau akan terkena racun." Kata Jubah merah.

"Tenang saja muridku. Darah yang diserap oleh pohon... ah bukan... tetapi jantung ini adalah darah dari garis keturunan Ratu Thea yang berarti aku dapat menyentuh jantung ini." Kata Jeen yang berani menyentuh jantung yang beracun itu. Jantung itu tidak mengeluarkan racun dan yang dikatakan Jeen memang benar.

Jubah hitam melihat Jubah merah yang mengeluarkan darah di lehernya.

"Bawa dia keluar dari sini." Kata Jubah hitam kepada Jubah putih.

"Villian." Panggil Jeen.

"Apa maumu?" Tanya Jubah hitam dengan suara yang kasar.

"Aku akan menunggumu di malam ketika salju turun pertama kalinya." Kata Jeen dan pergi dari tempat kejadian. Militer dan Prajurit mengejar Jeen sedangkan medis segera datang dan menolong Jubah merah.

"Tunggu." Kata Jubah biru kepada tim medis itu.

"Biar kami yang tangani masalah ini." Kata Jubah putih segera memberi penjelasan kepada tim medis.

Jubah hitam masih melihat langit yang terlihat mendung. Danau merah kembali menjadi danau biasa dan pohon itu berubah menjadi abu bersama bulu yang dibuat oleh Jubah biru.

"Apa yang akan kau rencanakan?"

.o.O.W.O.o.

Lagi-lagi Ben membuat kentang goreng. Tangannya bergerak untuk memasak tetapi kepalanya penuh dengan pertanyaan dan penyesalan. Ben menghentikan aktifitasnya dan melepaskan celemeknya. Membiarkan dapur berantakan. Ben berjalan kearah Tv dan menghidupkannya. Ben menghidupkan film kartun dan berharap agar film ini dapat membuatnya melupakan segala perbuatannya.

Matanya yang biru terlihat kosong menonton film itu. Kemudian sesuatu bergerak di Tv-nya. Memunculkan gesekan Tv yang aneh dan sosok wanita. Ben tahu siapa wanita itu. Ben mengeluarkan angin di tangannya untuk berjaga-jaga jika apa yang di pikirkannya benar. Sosok wanita itu keluar menjadi angin hitam.

"Kau!" Kata Ben dengan kesal.

Angin hitam itu terlihat seperti berusaha keluar dari Tv itu. Bukan. Ia berusaha untuk keluar dari sesuatu yang menariknya. Sosok itu berbicara dengan kata-kata yang tidak Ben ketahui. Karna ia hanya menggerakan mulutnya tetapi suaranya tidak keluar. Sosok itu tertarik dan angin hitam itu pergi entah kemana.

Ben melihat Tv-nya yang kembali menjadi film kartun dan Ben duduk di lantai sampai membersihkan keringatnya.

"Apa barusan... ia meminta tolong?"


Avrora : Black AirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang