XXVI. Harapan kecil anak sulung

967 79 0
                                    

Kalau diingat-ingat lagi, Ananta sempet down karena gak lulus SNMPTN waktu itu. Dia gak mau keluar dari kamarnya karena gak berhasil dapet biru. Jadinya dia luapin dengan ngurung diri sambil nangis dan berakhir sakit.
Padahal Arta udah bilang buat gak mikirin itu lama-lama tapi kata dia, dia udah ngecewain Arta sama Clara padahal gak.

Agak lama waktu Ananta kayak gitu, semangatnya ikut turun jadinya. Makanya kali ini anaknya bener-bener ngejar semua materi biar bisa lulus di ujiannya. Besok. Besok ujiannya dimulai.
Dibilang deg-degan ya emang, Ananta gelisah banget malem ini. Dia cuma guling-guling gak jelas diatas kasur, bahkan sesekali duduk di kursi belajar nya cuma buat buka buku terus baca beberapa lembar.
"Bunda kira kamu udah tidur"

"Gak bisa tidur... Gimana dong.. Besok kan harus bangun pagi..."
Clara yang semula hanya mengintip akhirnya masuk ke kamar anaknya ini. Menyuruh Ananta untuk berbaring di kasur, "bunda temenin biar cepet tidur"

"Cerita sesuatu dong, siapatau aku bisa tidur jadinya"

"Hmm... Apa ya?"
Clara berpikir keras, apa yang harus diceritakan pada Ananta malam ini. "Kak Aska dulu kayak aku gak?"

Clara mengangguk, tangannya membenarkan selimut agar menutupi tubuh Ananta. "Bahkan mungkin lebih parah. Dia gak tidur semalaman"

Ananta yang mendengarnya jadi terdiam. Kepalanya seakan diajak untuk menjelajah ke masa lalu, dimana Alaska harus kehilangan pendidikannya. Dimana Alaska harus merelakan mimpinya itu.
"Kak Aska pasti cape ya, bun? Dia udah berusaha keras.. Tapi gak berhasil buat dapetin apa yang dia mau"

"Semuanya kan udah ada jalannya? Mungkin belum rezekinya Alaska buat jadi dokter".

"Aku takut... Aku takut gak bisa banggain kalian..."

"Kamu tau gak? Waktu kamu lahir ke dunia aja udah bikin bunda bangga. Kamu bisa jalan, kamu bisa ngomong bahkan bisa berhitung selalu bikin bunda bangga. Sampai tiap liat mata kamu ataupun mata Alaska bunda selalu bangga sama kalian,
Karena kalian bisa bertahan sampai sekarang. Bunda gak bisa bayangin kalau harus kehilangan diantara kalian"
Clara mengusapi surai lembut sang anak, mengusapnya penuh kasih sayang. "Bunda selalu berdoa supaya kalian bisa terus sehat, bunda takut harus liat diantara kalian pergi lebih dulu"

"Bunda selalu berdoa supaya kita punya waktu yang panjang banget buat keliling dunia, buat bikin kenangan yang gak akan pernah dilupain. Jangan terlalu maksain diri, jangan pikir bunda bakal marah sama kamu kalau gak lulus ujiannya, apapun itu udah jadi rezeki kamu, syukuri, oke?"
Ananta mengangguk lucu, dia menyamankan posisinya untuk segera memejamkan matanya. "Tidur ya? Udah malem, besok malah ngantuk kalau kamu gak tidur-tidur"

"Iyaa, bunda juga tidur!"

"Iya siap"Clara mencium kepala Ananta cukup lama sebelum beranjak dan keluar dari kamar Ananta. Ada satu kamar lagi yang menjadi tujuannya, kamar yang tidak jauh dari kamarnya Ananta.
Tangannya perlahan memutar gagang pintunya, membukanya dan melihat punggung seseorang. Terdiam seorang diri duduk di lantai sementara jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, waktunya semua orang beristirahat.
"Bunda tau kamu belum tidur"

Alaska yang mendengar nya langsung mengusap pipinya, membuatnya benar-benar kering dari bekas air mata. "Bunda harusnya tidur"

"Terus kamu harusnya gak tidur gitu?"
Clara duduk dipinggir kasur, menatap anaknya yang tengah merapikan barang-barangnya. "Gapapa, Aska"

"Gapapa kamu gak jadi dokter, Gapapa kamu gak bisa jadi apa yang nenek mau. Bukan salah kamu, itu belum jadi rezeki kamu"

Alaska kembali duduk, dia urungkan niat untuk segera tidur. "Bunda udah sering liat kamu kayak gini, udah lama banget. Kamu gak cape?"

Bungsunya ArtanegaraWhere stories live. Discover now