• FRIED RICE

157 59 13
                                    

FRIED RICE

"Aku mencintaimu Mama, melewati bulan dan merindukanmu melebihi bintang."

***

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

PULANG dari rumah Andra, mood Nadira benar-benar naik drastis. Perasaan senang yang membuncah di hati, membuat wajahnya tampak berseri-seri. Melewati Tamara dan Sania yang tampak mengobrol di sofa, Nadira melangkah acuh pergi ke kamar. Dia benar-benar sedang malas menyuruh-nyuruh dua manusia itu.

Menaruh tas, Nadira tidur terlentang di atas kasur. Pipinya lagi-lagi memerah. Tidak menyangka. Nadira benar-benar tidak menyangka akan berkunjung ke rumah Andra. Bukankan untuk Nadira yang dulu hal ini terlalu mustahil?

“AAAAAAARGHHHH!!!”

Memeluk guling erat, dia memendamkan kepalanya di sana. Meredam teriakkan gilanya yang bisa membuat keluarganya bertanya-tanya nanti. Senang. Senang. Senang. Terlalu senang, sampai-sampai wajahnya memerah sampai ke kuping.

Merasa pengap, dia melepaskan pelukannya di guling. Tahu kok, dia tidak boleh berlebihan, apalagi Andra itu pacar Khansa. Tapi ya, gimana, ya? Selama Nadira tidak berbuat hal yang membuat keduanya rugi atau menjadi renggang, Nadira merasa tidak masalah. Dia hanya melampiaskan rasa bahagianya saja.

Namun Nadira teringat. Ada salah satu percakapannya dengan Andra yang membuatnya sedikit bingung. Entah maksudnya bagaimana, tapi Nadira merasa janggal.

“Gue boleh tanya sesuatu?”

“Boleh. Tanya apa?”

Nadira menimbang-nimbang sebentar. Bukan bermaksud untuk ikut campur, tapi dia benar-benar tidak enak harus berbohong seperti ini, soal kue bolu yang bahkan bukan buatannya.

“Lo sama Khansa..., ada masalah?”

“Hah?” Andra menoleh. Sedikit terkejut dengan pertanyaan Nadira. Beberapa detik kemudian dia kembali menatap lurus ke depan. “Gue ngerasa gak ada masalah apapun sama dia. Cuman beberapa hari ini, semenjak kejadian gue yang gagal nge-suprise-in dia, Khansa kayak jaga jarak...”

“Jaga jarak?”

“Hm. Gue chat, call, gak pernah di angkat. Ketemu pun di sekolah. Gue ajak ngomong baik-baik ada apa, dia tetep gak mau. Bingung. Lo tahu dia kenapa?”

Nadira mengernyit. Ya, kalau Andra saja tidak tahu, bagaimana Nadira? Khansa selalu tidak pernah terbuka dengan masalah-masalah pribadinya. Nadira pun sama. Sering Nadira berpikir, kalau dia dan Khansa hanya sebatas ‘teman dekat’ bukan sahabat yang selalu ada di setiap suka maupun duka. Nadira dan Khansa sama-sama tidak pernah membagi kesedihan mereka.

NANDRA | END ✓ |Where stories live. Discover now