Maudlin

470 75 21
                                    

Hari itu menjadi hari yang begitu mengejutkan untuk Xiao Zhan. Wang Yibo yang telah lama dinantinya, sudah kembali ke tanah kelahirannya kembali. Namun, mengapa Wang Yibo tidak sedikit pun mengabarinya? Setidaknya jika pemuda itu memberikannya sedikit kabar, maka Xiao Zhan akan dengan berani memutuskan sesuatu. Pergi atau memperbaiki hubungan mereka kembali.

Namun, Yibo tidak sedikit pun memberi kabar padanya. Sementara Xiao Zhan tidak berani untuk bergerak lebih agresif. Jika itu terjadi, Wang Yibo mungkin akan kembali pergi menjauhi dirinya.

Tapi tak apa, Xiao Zhan sudah cukup puas hanya dengan melihat pemuda itu sehat dan baik-baik saja. Dia terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Tidak lagi menampakkan sikap kekanakannya dan terlihat lebih bijaksana. Xiao Zhan merasa jika Wang Yibo terlihat seperti seorang pangeran.

"Ibu, aku pergi dulu ya!", teriak Xiao Zhan untuk mengabari ibunya yang tengah di dapur. Siang ini, Xiao Zhan akan pergi untuk menemui kakak perempuan Zhuocheng, yaitu Xuan Lu. Perempuan itu telah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Xiao Zhan merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat sehingga segala hal di dunia ini berkembang dengan pesat. Sementara dirinya masih menyesali masa lalu dan diam ditempatnya yang terdahulu.

Dirinya sampai disebuah cafe ketika jam makan siang tiba. Di dalam sana, Xuan Lu telah menunggu bersama puteranya. Nampaknya, bayi itu tidak terlalu terganggu dengan orang-orang yang hilir mudik disekitar mereka.

"Jie jie, maaf menunggu lama", ucap Xiao Zhan.

"Oh, tidak apa. Aku juga baru saja sampai", ucap perempuan itu dengan ramah. Bayi dalam gendongannya menatap ke arah Xiao Zhan, menggeliat lucu dalam dekapan sang ibu. Bayi itu membuat Xiao Zhan ingin berteriak saking gemasnya.

"Halo, adik kecil", sambil menggoyangkan tangannya di depan bayi itu, Xiao Zhan memikirkan jika dirinya yang memiliki anak. Pasti sangat menyenangkan jika memiliki seorang bayi bersama dengan orang yang dicintainya. 

Saat sedang melamun, tidak Xiao Zhan sangka jika bayi itu menggenggam jemarinya. Jari kecil bayi itu melingkup erat dalam jemari Xiao Zhan. Hatinya terenyuh seketika.

"Jie jie, bolehkah aku menggendongnya?", tanya Xiao Zhan.

"Silakan", dengan ragu Xiao Zhan mencoba untuk mengangkat bayi itu. Awalnya terasa aneh, tapi lama kelamaan dirinya terbiasa menimang bayi itu.

Bayi kecil yang digendongnya, tiba-tiba saja menarik kerah baju yang Xiao Zhan kenakan. Bibirnya mencari-cari bagian dada Xiao Zhan.

"E-eh, kenapa?"

Sepertinya bayi itu mengira bahwa Xiao Zhan adalah ibunya. Jadi dia mencoba untuk mencari susu dari seseorang yang menggendongnya itu.

"Zhan Zhan, sepertinya dia ingin minum susu"

"Ah, begitu ya. Apa jie jie membawa susunya?"

Ketika perempuan itu menyerahkan botol susu kepada Xiao Zhan, suara lonceng di pintu depan cafe berbunyi dengan nyaring. Xiao Zhan merasa dejavu dengan keadaan seperti ini. Rasa-rasanya dia kembali menjadi dirinya sendiri saat 5 tahun yang lalu.

5 tahun yang lalu ketika dirinya dan teman-temannya sedang makan siang di cafe, suasananya sangat mirip dengan hari ini. Lalu Wang Yibo akan datang mengganggunya. Namun kini, keadaannya sudah berbeda dan Xiao Zhan harus mulai terbiasa.

Pintu depan cafe terbuka dengan lebar, seseorang yang begitu mengagumkan di mata Xiao Zhan melangkah masuk ke dalamnya. Itu benar-benar Wang Yibo. Dia nyata di depan sana, tapi bagi Xiao Zhan, Wang Yibo bagaikan fatamorgana.

Kedua bola mata mereka bertemu, Xiao Zhan merasa jantungnya berdetak dengan begitu kencang sekarang. Saling menyelami netra indah masing-masing, kemudian mencoba mengungkapkan rindu melalui tatapan yang sendu. Tapi dari tatapan yang Wang Yibo pancarkan, pemuda itu seperti tidak mengenalinya. Xiao Zhan terlihat begitu asing dalam tatapan matanya. Ada apa dengan Wang Yibo sebenarnya?

"Zhan Zhan bukankah dia orang yang kau ceritakan itu?", Xiao Zhan hanya mengangguk untuk membalas pertanyaan Xuan Lu.

"Kalau begitu, jika Zhan Zhan mencintainya dengan tulus, kejar dia. Jangan menyia-nyiakan seseorang yang begitu tulus mencintai mu", Xiao Zhan mengerti sekarang. Dia akan mengejar Wang Yibo kembali, meminta maaf padanya, lalu mengatakan kejujuran yang belum pernah dia ungkap sebelumnya.

"Aku mengerti jie. Aku akan mengejarnya kembali", menyerahkan bayi yang digendongnya, kemudian Xiao Zhan berlari untuk menemui Wang Yibo yang berada di depan sana.

"Yibo", ucap Xiao Zhan dengan suara yang pelan. Dirinya merasa jika Wang Yibo memiliki aura yang dingin sejak pertama kali Xiao Zhan melihatnya kembali.

"Hm, kau memanggilku?", tanya Yibo. Tatapan matanya masih sama seperti tadi. Melihat Xiao Zhan bagaikan mahluk asing yang tidak pernah dirinya lihat.

"Ya, bagaimana kabar mu? Apa kau baik-baik saja?", Xiao Zhan bahkan tanpa sadar meneteskan air mata ketika bertanya kepada Wang Yibo. Rasanya dia begitu rindu sehingga dirinya sangat ingin menerjang Wang Yibo dengan sebuah pelukan.

"Maaf, tapi kau siapa? Apa kau mengenalku?", air mata yang mengalir di pipinya makin terurai dengan deras. Drama macam apa yang tengah dibuat oleh Yibo? Apakah sedalam itu rasa bencinya terhadap Xiao Zhan sehingga dia harus berpura-pura tidak mengenal Xiao Zhan?

"Yibo, aku Xiao Zhan. Kau tidak mungkin melupakan ku semudah itu kan?"

"Maaf, tapi aku tidak mengenal mu."

"Wang Yibo, jangan bercanda. Drama macam apa yang tengah kau permainkan sekarang?", teriak Xiao Zhan yang membuat pengunjung cafe menoleh ke arahnya.

"Drama? Tapi aku benar-benar tidak mengenalmu tuan", ucap Yibo yang entah kenapa terdengar begitu jujur di telinga Xiao Zhan.

"Kumohon, kau boleh membenciku setelah ini. Tapi jangan perlakukan aku seperti orang asing", ucap Xiao Zhan frustrasi.

"Tuan, aku tidak berbohong. Aku tidak pernah merasa mengenalmu", tegas Wang Yibo.

Air mata di pipi Xiao Zhan mengalir semakin deras. Membuat pemuda di depannya semakin bertanya-tanya. Entah kenapa hatinya terasa sakit ketika melihat seseorang yang tidak pernah dikenalnya menangis tersedu seperti itu. Seakan-akan lelaki dewasa di depannya, pernah menjadi bagian dari hidupnya.

"Maaf, aku benar-benar tidak mengenal mu", ucap Wang Yibo lalu keluar dari cafe itu tanpa memesan makanan apa pun. Meninggalkan Xiao Zhan yang meratapi kesalahannya di masa lalu yang tidak pernah ingin dia ingat kembali.

Kini Xiao Zhan paham, hal yang lebih menyakitkan dari sebuah perpisahan adalah pertemuan yang dingin. Tapi Xiao Zhan tidak pernah mengharapkan hal ini terjadi. Setidaknya jika memang Wang Yibo ingin pergi, katakanlah alasannya pada Xiao Zhan. Atau kalau perlu, Wang Yibo bisa mengatakan seberapa dalam dirinya membenci Xiao Zhan. Itu jauh lebih baik daripada tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Setidaknya dengan itu, Xiao Zhan bisa memiliki alasan untuk melepas Wang Yibo selamanya.










TBC





Alea Note :
Mungkin udah ketebak Yibonya kenapa wkwkwk. Btw untuk menghormati teman-teman yang sedang menikmati bulan ramadhan, aku mungkin ga akan up sampai puasa berakhir. Selamat berpuasa bagi yang beragama islam, semoga puasa kali ini full dan ga ada yang bolong 💪

Catch Me If You CanWhere stories live. Discover now