36: Dua Gadis, Dua Kerangkeng (1)

1.8K 535 28
                                    

Lagu : Castle oleh Halsey

Lagu : Castle oleh Halsey

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ree

Lembah Penyihir Putih

Rasanya Ree tidak akan pernah bosan memperhatikan fitur Kairav ketika ia sedang terlelap. Sejujurnya Ree tidak pernah menyangka dapat melihat seorang manusia abadi dalam keadaan rentan seperti ini. Semua orang selalu memperlakukan Ree dengan waswas. Identitasnya sebagai Putri Pertama, pun sebagai Prajurit Bayangan dan Sang Karma membuat dirinya ditakuti.

Namun, Kairav sepertinya tidak mempermasalahkan identitasnya. Ya... memang diri Kairav sendiri juga lah seorang yang ditakuti banyak orang. Mungkin memang butuh seorang monster untuk menyeimbangi seorang monster.

Lalu, perihal kata-katanya tadi... Ree tidak habis pikir kenapa jalannya merucut ke sini. Ia tidak pernah menyangka hal itu mungkin terjadi. Ia kira pintu hatinya sudah tertutup rapat. Namun Kairav berhasil mendobraknya.

Seenak jidat pria itu memaksanya untuk terus melangkah, terus menerjang kepahitan hidup. Namun setidaknya... Ree tahu kali ini ia tidak sendiri. Meski hidupnya dikurung oleh takdir yang dibencinya, mengetahui bahwa ia tidak lagi sendiri membuat bahunya terasa ringan. Ia seakan memiliki alasan untuk terus berjalan. Kairav telah menjadi jangkarnya di kerangkeng takdir ini.

Entah sudah berapa lama Ree hanya terbaring di sisi tubuhnya, memperhatikan kelentikan bulu mata Kairav yang berwarna coklat-kemerahan. Bila dilihat seperti ini, Kairav tidak terlihat seperti manusia abadi yang menakutkan. Ia hanya terlihat seperti seorang pria.

Apakah Ree terlihat seperti seorang perempuan biasa pula di mata Kairav? Ah, untuk apa memikirkan hal itu?

Baru saja Ree menutup mata, berusaha untuk melanjutkan tidurnya, sebuah suara ketukan muncul dari jendela. Kelopaknya terbuka kembali bersamaan dengan suara ketukan kedua terdengar. Ketika ia melihat mata Kairav masih menutup, Ree langsung tahu bahwa ketukan itu hanya dapat didengar olehnya.

Sebisa mungkin tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, Ree turun dari tempat tidur dan melangkah ke arah jendela dengan gorden yang tersibak. Jendela itu memperlihatkan kerlap-kerlip sederhana dari desa di Lembah Penyihir Putih. Samar-samar dapat terdengar suara nyanyian jangkrik di hutan.

Namun ada satu sosok yang menahan perhatian Ree dari awal. Begitu melihat matanya dari jauh, Ree langsung dapat mengenali siapa yang tengah melayang di depan jendela dan mengetuk kaca untuk memanggilnya.

"Halo, Putri Pertama," Wiseman menyapa dengan senyuman sumringah.

Ree tidak terkejut melihat sosok yang sebelumnya ia lihat telah menjadi debu di Turnamen Mentari. Sosok Wiseman masih sama. Rambut putih, perawakan pria berusia paruh baya, dan senyuman jahil yang seakan penuh rahasia. Satu hal yang berbeda adalah tubuh Wiseman kini seakan transparan. Terlihat serbuk-serbuk dan pintalan benang emas membentuk tubuhnya. Ia akan seperti terbuat dari jutaan kunang-kunang.

Negeri Mentari | Seri 2 Turnamen MentariWhere stories live. Discover now