Ini Amara

44 1 0
                                    

Pelajaran pak Adam memang selalu yang ditunggu tunggu oleh seluruh siswi di sma purnama itu. Bayangkan saja? siapa yang tidak betah di kelas saat yang mengajar duda kaya raya itu? apalagi dengan umurnya yang masih 28 tahun itu, dengan wajah yang cukup menarik perhatian para wanita di sekolah.

Tak jarang siswi-siswi di Smapur itu sering gencar mencari perhatian Guru bahasa Inggris itu. Seperti sekarang, Bukannya membahas materi yang akan dipelajari. Mereka semua malah curhat tentang kisah cinta mereka.

"Serius pak, si aldo kemarin di ghosting sama si amara tuh! sampe sampe gak sekolah seminggu." Ucap wanita berambut sebahu itu.

Amara yang mendengar itu pun sontak membulatkan matanya, "SEKATA KATA LO KALO NGOMONG FITRI!" Teriak Amara yang membuat seisi kelas terkekeh di buat nya.

"BENER PAK! PERKARA SI ALDO RAMBUT NYA BOTAK, LANGSUNG SI AMARA TINGGALIN." Saut Erna, si gadis yang mempunyai badan lebih berisi dari teman temannya itu.

Amara menggelengkan kepalanya, "Astagfirullah pak! di bully mulu saya pak!" Kata amara dengan wajah yang dibuat sememelas mungkin.

Pak adam terkekeh, "Yang sabar Amara." ucap pak adam lembut.

Amara mesem mesem, "Iya pak! nunggu dilamar bapak aja saya sabar kok." ucap amara yang langsung di hadiahi sorakan dari dalam kelas.

"PEPET TEROSS MAR!' Teriak Fitri sambil tertawa.

Amara mengacungkan jempolnya,"Duda kaya gak boleh dilepas begitu saja!" lanjutnya sambil terkekeh.

"Kalo udah jadi, tas Dior satu kayaknya oke tuh mar!" ucap fitri semakin menjadi-jadi.

Amara mengangguk, "Tenang! pabrik nya sekalian gue beliin." ucap amara yang membuat seluruh murid di kelasnya tertawa.

Pak adam hanya menggeleng di buatnya, sudah biasa iya menghadapi murid seperti ini. lumayan menjadi hiburan buatnya.

******

15 menit lagi memasuki waktu sholat dzuhur berjamaah, sementara amara sudah terlebih dahulu nongkrong depan gerbang. Ia tersenyum saat melihat tidak ada satpam jaga, itu artinya amara bisa lebih mudah untuk pulang duluan.

"KAK AMARA! MAU KEMANA?!" Teriak seseorang di belakangnya. Amara menghela nafasnya panjang. Itu pasti salah satu anak osis yang mendapat bagian jaga gerbang.

Ia berdecak sebal lalu berbalik menatap osis kelas 11 itu sambil tersenyum manis, "Mau ngambil uang dari nyokap," alibinya.

Osis itu mengerutkan keningnya, "Ngambil uang dimana kak?" tanyanya tak percaya dengan ucapan Amara.

"Di depan lah! gue gak bakal kabur, tenang aja." ucap Amara dengan penuh keyakinan, "Lagian liat? gak bawa tas kan gue?" lanjutnya lagi.

Osis itu menatap amara, benar! Amara tidak membawa tas nya, "Aku temenin aj—"

"Gak usah!" bantah Amara cepat, "Bentar lagi bel. Mending lo disini jaga gerbang, pasti bentar lagi Arkafi cs bakal ke warung belakang." Ucap amara

Osis itu mulai melirik jam di tangannya, "Ya Udah kak! jangan lama lama yah!" ucap osis itu yang membuat senyum amara tercetak jelas.

"Siap! gue pergi dulu sis, jaga gerbang yang bener!" ucap amara lalu pergi meninggalkan area sekolah itu.

Amara terkekeh,  ia memang tidak membawa tas ke sekolah, terus apa yang harus dibawa ketika pulang? tidak mungkinkan ia membawa tas orang lain?

Sebenernya osis nya yang bodoh apa amara yang terlalu pintar?

**********

Kafi mencorat coret bukunya, bukannya menulis materi yang guru itu jelaskan, kafi malah menggambar visual gurunya di buku.

Amarakafi [ on going ]Where stories live. Discover now