Gue Gak Nge-Bo! 🐷

133 41 12
                                    

Cowok itu baru saja membuka helm hitam yang menutupi kepalanya. Saat satu panggilan tiba-tiba saja mengalihkan atensinya. Hanya sekejap, sebelum ia kembali memalingkan wajahnya dan berjalan menuju kelas.

Hembusan napas gusar keluar bibirnya. Dengan ekspresi datar yang seakan mewakili suasana hatinya yang pagi ini agak sedikit berantakan.

"Zam!"

Lagi-lagi suara panggilan itu terdengar. Dengan derap langkah yang seakan rusuh mengejar dirinya.

"Zam, tungguin gue kali!"

Gadis itu nampak sedikit terengah dengan napas yang memburu.

Sedikit menetralkan deru napasnya, gadis itu nampak berusaha mencapai pergelangan tangannya. Namun, dengan cepat Azam menghindar, dengan alibi menggaruk hidungnya yang sebenarnya tak gatal sama sekali.

"Lo marah ya sama gue, Zam?" Gadis itu menatapnya penuh tanya.

Sejak kejadian semalam, Azam terlihat jauh lebih cuek. Bahkan, tak ada satupun pesan darinya yang dibalas. Ya, meskipun ia tahu, yang mengirim pesan kepada cowok itu bukan hanya dirinya saja. Namun, baru kali ini Azam benar-benar mendiamkannya.

Azam menggeleng kecil. "Enggak. Kenapa gue harus marah?"

Devira membasahi bibirnya yang terasa mengering. "Y-ya ... ya kan, semalam gue ketahuan bohong sama lo."

Satu alis tebal cowok itu terangkat ke atas. Menunggu kelanjutan kalimat yang kemungkinan akan diucapkan gadis di hadapannya tersebut.

Ya, memang benar hari ini moodnya agak sedikit berantakan. Tapi itu semua tak ada sangkut pautnya dengan Devira, apalagi kejadian semalam.

Meskipun ya, sejujurnya Azam memang merasa sedikit kesal dengan gadis itu. Tapi hanya karena gadis itu berbohong saja. Bukan perihal Devira yang ketahuan sedang bersama Om-om semalam.

Itu pilihan Devira. Azam tak akan mencampurinya. Hanya saja, ia tak suka dibohongi.

"Jadi, yang semalam itu namanya Om Diwan. Gue udah kenal dia lumayan lama, lima bulanan kalau gak salah."

"Dia udah sering bilang secara terang-terangan kalau dia suka sama gue. Tapi ya, gue gak mau. Dia udah duda. Gue anggap dia kayak Om gue sendiri, soalnya dia baik."

Azam bergumam pelan. Membuat Devira menghembuskan napasnya sedikit kasar.

Gadis itu seperti kehabisan kata-katanya sekarang. Entahlah, ia tak mau jika Azam meninggalkannya. Karna ya, seplay-boy apapun Azam, Devira tetap menyukainya. Hanya bersama Azam-lah, Devira dapat merasakan menjalin hubungan tanpa tuntutan apapun.

Berbeda dengan beberapa mantan pacarnya yang sering banyak menuntut. Dan lagi, mereka sering memanfaatkan uangnya.

"Terserah, sih. Mau lo gabut sampe nge-BO juga gak apa-apa," ucap Azam, membuat Devira membulatkan bibir mungilnya.

Dan setelah berucap seperti itu, Azam kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Devira yang nampak sedikit membeku dengan apa yang tadi diucapkannya.

Entahlah, rasanya apa yang diucapkan Devira sedikit kurang meyakinkan baginya.

Blug!

Azam melemparkan tasnya ke atas bangku. Dan menduduki kursinya dengan ekspresi yang kurang bersahabat.

Hal itu, mengundang tatapan penuh tanya dari Edwin yang tengah melipat sejadah miliknya.

Cowok itu sedikit membenarkan pecinya yang agak sedikit miring.

"Abis ngapain lo, Win?" Azam menatapnya dengan tatapan heran.

Edwin nampak kembali menyimpan sejadahnya ke dalam tas hitam miliknya. Lalu berucap, "gue abis shalat subuh. Gue mau berubah, biar Disa mau gue ajak ta'aruf."

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Apr 09, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Mantan masa Gitu?Onde histórias criam vida. Descubra agora