Bab 22 : It's Okay to Not Be Okay

50 25 3
                                    

[Edited]

BAB 22
[Freya]
- It's Okay to Not Be Okay-

Setelah cewek aneh itu tertawa layaknya seorang lunatik, tanpa pernah kuduga sebelumnya kalau tiba-tiba saja cewek itu mengeluarkan sebuah suntikan dari saku bajunya, menahan pistol yang dipegang Arsya lalu dengan cepat menancapkan ujung jarum itu ke pinggang Arsya.

Cowok itu ambruk, membuat pistol di tangannya terlempar.

Kami semua refleks menyingkir. Di depanku, Izdihar memukul leher cewek itu dan membuatnya langsung pingsan.

"ARSYA!" teriak Vanilla.

Aku tidak bereaksi apa pun saat hal itu terjadi dengan cepat.

Tubuhnya masih dalam posisi yang sama. Perlahan namun pasti, jemari-jemarinya bergerak-gerak secara tidak wajar, layaknya seorang yang terinfeksi, yang pernah kusaksikan selama ini.

Seperti cewek waktu di koridor kelas, Kak Juno, dan Kak Tata.

"Aaargh!" Arsya meraung. Tubuhnya berguling ke samping, membuat kedua mahasiswa berengsek itu segera mundur.

"AARRGHH!"

Lagi, kali ini raungannya terdengar sangat keras. Urat lehernya terlihat mengencang, sedang tubuhnya bergerak tidak wajar.

Dalam detik-detik itu, darah menyembur dari mulutnya dalam jumlah yang sangat banyak.

"AARRGH!"

"SYA!" teriak Vanilla lagi. Kali ini cewek itu segera menghampiri Arsya yang sudah bergerak seperti layaknya orang yang sedang kesakitan luar biasa. "Arsya!" guncang cewek itu.

Tapi Arsya terus meraung-raung tanpa kendali.

"Sya!"

"Abi, bantu! Ini Arsya kenapa?!" teriak Vanilla ke arah Abidzar yang tidak mampu berkutik.

Cowok itu hanya berdiri sambil menonton tanpa tahu harus berbuat apa, sama sepertiku dan yang lain. "Abiiii!"

Vanilla menjerit. Ia menangis hebat.

Kulihat Abidzar meneguk ludahnya.

"Abi, tolongin Arsya, Abiiii! ABIII!"

Abidzar gelagapan di tempat.

"Apa?! Suntikan apa yang tadi ditusukkan sama cewek itu?!" teriakku sembari menghampiri cowok itu.

Membuatnya segera menodongkan senjata ke arahku. Beruntung Izdihar segera memegang moncong senjata itu dan menahannya.

"Itu virus," jawab cowok itu. "Sampel percobaan yang bikin orang jadi monster!"

"Apa? SHIT! Kenapa kalian lakukan ini ke kita?!" sentakku mencoba menerobos tubuh Izdihar yang menghalangiku. "KENAPA, KEPARAT!"

"Arsya, please!"

Kubalikkan tubuhku menghadap ke arah cowok itu.

Saat ini ia benar-benar sudah di luar kendali. Sementara matanya mulai berubah-ubah tidak menentu, entah memutih, atau kembali seperti semula.

Di sana, Abidzar tampak menahani kedua tangan Arsya yang mencoba mencakar Vanilla, membuat cewek itu terjengkang ke belakang.

"Arsya!" teriak Abidzar, mati-matian menahan cowok itu. Dibantu oleh Vanilla dan juga Jenna.

"Penawarnya!" teriakku. "Kalian pasti punya penawarnya!!!"

Cowok itu sentak tangan Izdihar seraya mundur dan menodongkan kami senapan.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang