Bab 24 : Now at the Station

40 21 3
                                    

[Edited]

BAB 24
[The Author]
- Now at the Station -

Sepuluh bulan yang lalu...

Jakarta, Februari 2021.

Terhitung sudah tiga bulan berpacaran, pada hari ini Arsya sudah siap dengan pakaiannya yang rapi.

Setelah menyemprotkan sedikit parfum ke baju yang ia kenakan, cowok itu pun mengetuk pintu kayu di depannya.

"Vanilla."

Tok tok tok!

Usai mengetuk pintu itu, setelah menunggu selama beberapa saat, pintu itu terbuka.

Menampakkan seorang cewek berkaos oblong dengan rambut pendeknya yang dijepit asal.

Vanilla buka lebar-lebar pintu itu.

"Ih, Arsya..." ujar cewek itu malu-malu.

"Hai," ujar cowok itu, sedikit canggung, seraya mengangkat bungkusan makanan di tangan kanannya.

Padahal sudah berpacaran sangat lama. Pasalnya, ini kali pertama Arsya akan masuk ke dalam rumah itu setelah hanya bisa menyempatkan diri untuk mengantar Vanilla sampai depan gang.

Dan ini cukup membuat Arsya gugup setengah mati.

"Tunggu..." Vanilla menggigit bibirnya gugup, "Ehm, lima belas menit, ya!"

Dan... BRUK!

Pintu pun menjeblak tertutup tepat di hadapan cowok bergaya rambut spiky tersebut.

Arsya berjengit. Sejenak kaget, cowok itu pun pada akhirnya tersenyum dan memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di depan teras rumah.

Seraya menunggu, ia pun tidak memilih memainkan ponselnya.

Kedua matanya dengan asing mengamati lalu lalang orang-orang yang lewat di depan rumah Vanilla tersebut.

Tepat tiga puluh menit kemudian...

"Sya."

Panggilan malu-malu itu menyadarkan Arsya untuk segera menoleh ke samping kanannya, di mana Vanilla sudah siap dengan riasan wajah dan juga baju bagus yang tepat sekali melekat di tubuhnya.

Arsya berdiri lalu tersenyum mesem.

"Kenapa senyum?" tanya Vanilla yang juga ikut senyum.

Arsya mendadak kikuk, ia pegang tengkuknya seraya menggerak-gerakkan bibirnya, canggung.

"Ya... enggak. Kenapa kamu harus dandan, sih? Padahal kita cuma nongkrong di rumah kamu."

"Salah, ya?" tanya Vanilla, ikut canggung.

"Nggak sih... cuma..."

"Cuma?" Vanilla tersenyum lebar, membuat Arsya ikut melebarkan senyumnya. "Ah, udah ah! Ayo masuk!" lanjut cewek itu setelah itu seraya menarik tangan Arsya untuk segera masuk ke dalam rumah.

***

Dapur.

Usai batagor itu sudah dibagi rata di dua piring di hadapan kedua insan itu--Vanilla dan Arsya--kini bumbu batagor yang dikemas dalam bungkusan plastik siap dibuka oleh Vanilla.

Cewek itu utak-atik ujung plastik berisi bumbu kacang yang sulit dibuka tersebut. Sementara Arsya sudah selesai dengan menuangkan bumbu kacang ke atas piring.

Cowok itu pun mengamati Vanilla yang sejak tadi mendecak-decak samar.

"Sini deh, saya yang buka," ujar cowok seraya mencoba untuk mengambil alih bungkusan bumbu kacang yang dipegang oleh Vanilla tersebut.

AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang