Bab 1 : Para Pasukan

9 4 10
                                    

"Gila! Sinar matahari ini terlalu over," keluh Anji seorang laki laki yang berbadan tinggi dengan wajah yang terlihat sangat rupawan, ditambah sifat yang humoris membuat dirinya dikenal banyak orang. Anji ini merupakan tangan kanannya Ajun – si pendiri Team Bangke.

Dibelakangnya terdapat Lingga, si pemuda hiperaktif dengan postur tubuh paling pendek diantara kelimanya. "Halah, banci lo segini juga lemah," cibir Lingga serta mengusap peluh keringat yang turun ke wajah sawo matangnya itu.

"Berisik lo pada!" ujar Raynar yang berada di sebelah Anji. Laki – laki itu merupakan most wantednya para guru karena ia sangat pandai dibidang matematika. Karena kepintarannya tersebut, terkadang kesalahan yang Raynar dilakukan itu dimaafkan begitu saja. Si repeh –julukannya, yang dalam bahasa sunda berarti diam. Julukan itu diberikan oleh Ajun yang merupakan keturunan suku Sunda. 

Saat ini mereka – Team Bangke sedang menjalankan hukuman karena ketahuan membolos ke kantin disaat kegiatan mengajar dimulai. "Ini bisa duduk dulu enggak sih? Gue pegel sumpah," ujar Jumara yang berada dibelakang Raynar. Laki – laki bermata sipit dengan warna kulit putih itu merupakan seorang pemuda yang sangat mencintai perempuan yang bernama Sasa Raina Putri.

"Udah pada diem dulu, bentar lagi juga bel nyala," ujar Ajun serta melihat jam yang melingkar ditangannya. Beberapa menit kemudian suara bel pun berbunyi dengan sangat nyaring. Mereka langsung bersorak riang dan bertos dengan bersamaan. Mereka pun berjalan ke arah kelas mereka yang tidak jauh dari lapangan.

"Kita mah aneh ya, di saat yang lain sibuk keluar kelas, kita malah masuk kelas," ucap Lingga ketika sampai dibangku kesayangannya. Mereka berkumpul dibelakang kelas membentuk formasi lingkaran.

"Kan berani tampil beda itu keren," sambung Ajun dengan wujud yang sudah merebahkan diri diatas lantai. Mereka semua diam membisu, mereka terlihat kelelahan akibat hukuman yang tadi diberikan oleh Pak Demen.

"Hai guys!" Sapaan tersebut membuat semua anggota team bangke langung berdiri tegap. "Santai guys santai, rusuh amat," sambung Sasa dengan diakhiri kekehan.

"Kalau ada lo mah enggak bisa santai, apalagi ditambah ada si Jambu," balas Ajun membuat Sasa dan gadis yang di panggil jambu itu terkekeh.

"Jun, sebut nama orang yang benar," ujar Raynar.

Ajun ralat bukan hanya Ajun, semua anggota team bangke menatap Raynar dengan tatapan bingung. "Tumben lo ikut nimbrung Peh." Raynar mengangkatkan bahunya cuek.

"Kita ke sini mau ngambil buku tugas kalian," ujar Sasa serta menatap anggota team bangke dengan seksama. Anggota team bangke tersebut saling tatap. "Emang ada tugas gitu?" tanya Jumara serta kembali menatap Sasa dan perempuan yang sempat dipanggil Jambu.

"Ada," jawab Sekar – perempuan yang dipanggil Jambu oleh Ajun. "Makanya gue sana Sasa ke sini," sambung Sekar.

Ajun, Lingga, Anji dan Jumara menatap seorang lelaki yang sedari tadi menghiraukan percakapan yang dikeluarkan oleh sekitarnya. Raynar membuka matanya serta melirik para teman – temannya yang pasti ingin meminta jawaban. "Sana ambil!" ujar Raynar serta menunjuk ke arah meja yang ia duduki menggunakan dagunya. Tanpa berbicara kembali, keempat lelaki tersebut langsung menyerbu bangku Raynar.

"Lo enggak boleh gitu ke mereka Peh," ujar Sasa pada Raynar yang baru saja menyandarkan punggungnya ke tembok. Mata Raynar menatap Sasa dengan manautkan alisnya. "Entar mereka keenakan Peh," sambungnya serta duduk disebelah Raynar.

"Lo enggak duduk?" tanya Raynar pada Sekar yang masih berdiri dan melihat ke arah Ajun, Anji, Lingga serta Jumara.

"Ihs!" sentak Sekar ketika tangannya ditarik oleh Raynar untuk dipaksa duduk. "Apaan sih Ray?" ujar Sekar dengan sedikit sinis.

Raynar diam – diam mengulum senyum tipis, ketika mendengar suara yang dikeluarkan oleh Sekar. Perempuan berkaca mata yang entah kenapa jika bersamanya, Sekar selalu berucap sinis. "Peh! Lo denger kan apa yang tadi gue bilang?" tanya Sasa mengalihkan pandangan Raynar terhadap Sekar agar menatap Sasa. Tanpa mengucapkan apapun Raynar hanya bergumam.

"JAMBU! PUNYA GUE UDAH SELESAI NIH!" Teriakan itu menghentikan obrolan yang terjadi antara Sasa dan Sekar dengan Raynar sebagai pendengar yang baik. Kedua gadis tersebut menoleh, kemudian tersenyum.

"Jangan manja Jun! Lo ke sini aja." Ucapan itu menghentikan Sekar yang akan berdiri menghampiri keempat lelaki yang kini berjalan ke arah Raynar, Sasa, serta Sekar.

"Iya – iya. Nih Mbu," ucap Ajun serta memberikan dua buku yang berada ditangannya disusul dengan Lingga, Anji dan Jumara.

Sekar tersenyum kemudian berdiri, diikuti dengan Sasa. "Udah komplit semuanya?" tanya Sasa dan diangguki oleh Sekar. "Yaudah. Yuk ke ruang guru," ajak Sasa dan dijawab anggukan oleh Sekar.

"Gue anter kalian berdua," ujar Jumara.

"Jangan mau Sa, dia lagi modus," lanjut Ajun serta mendapat geplakan oleh tangan Jumara yang berada disebelahnya.

Lingga dan Anji menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dengan statemen yang dikeluarkan oleh Ajun. "Halah ngomongnya berdua, padahal cuma pengen berduaan sama Sasa," sambung Lingga dengan diakhiri kekehan ringan.

"Bacot lo pada ah," umpat Jumara kesal dengan ke empat temannya yang selalu merusak acara pendekataannya dengan Sasa.

Sasa tertawa pelan mendengar celetukan – celetukan yang dilontarkan oleh anggota team bangke tersebut. "Enggak usah Ara. Lagian deket juga kok," balas Sasa serta tersenyum pada Jumara. "Kalau nganter yang jauh boleh dong berarti?" ucap Jumara dengan senyuman lebarnya.

Ajun yang berada disebelah kirinya Jumara dengan ringannya menggeplak kepalanya Jumara hingga sedikit tersungkur ke bawah. "Ide modus lo ada aja ya," ujar Ajun dan dengan bangganya ia tersenyum sombong.

"Iya boleh Ara," balas Sasa.

"Berarti nanti pulang gue anter ya? Kan jauh tuh dari sekolah ke rumah lo," ujar Ara dengan menampilkan senyuman lebarnya. Ajun, Lingga dan Anji yang berada disebelah Ara menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ara yang amat gencar mendekati Sasa.

Sebagai jawaban, Sasa menganggukan kepalanya dan setelah itu, ia dan Sekar pamit untuk menemui guru pelajaran yang memberikan tugas tersebut. "Yee, si tukang modus lo," kata Lingga serta menonyor dahi Ara.

"Sirik mulu lo jomlo."

Team Bangke [On Going]Where stories live. Discover now