Halaman 22 - Orang misterius?

428 32 2
                                    


Setelah pulang sekolah dan menemui kepala sekolah, Adel lansung rebahan diatas tempat tidurnya. Rasa lelah dan kantuk menyerangnya begitu brutal, membuatnya ingin sekali tidur. Aneh sekali yang Adel alami saat ini, dia begitu merasa capek, tapi tidak tidur. Heran dengan tubuhnya yang slalu saja mendadak aneh.

Beberapakali Adel memejamkan mata, tapi nihil dirinya tetap tidak bisa tertidur. Sehingga membuatnya kesal dan lansung saja bangun dari tidurnya. Gadis itu beranjak keluar kamar, dengan baju santainya yang juga nggak buluk-buluk amat, yeah.

"Berasa hidup segan mati nggak mau, gue!" gerutunya kesal, dan melangkah kearah dapur ketika sudah berada di lantai bawah.

Ia memencet tombol air galon, dan menadahinya dengan satu gelas kaca, lalu meminumnya dengan santai. Kini ia duduk dikursi dekat meja dapur yang menjadi pembatas dengan ruang makan. Ia menatap kosong ke depan, masih terpikirkan masalah kemaren.

"Gue kenapa, sih? Kenapa gue seakan ngerasa bersalah, karna udah bicara kek gitu kedia? yang jelas-jelas semua itu emang pantes dia dapatin, dan itu semua nggak sebanding sama apa yang udah dia kasi ke gue!" gumam Adel pelan.

Tak tau kenapa, ada secuil rasa sangat bersalah dilubuk hatinya. Adel emang aneh, dia yang disakiti tapi dirinya tak bisa untuk menyakiti balik, hati kecilnya terlalu lembut.

"Selama ini, gue slalu aja dibodohin sama perasaan gue sendiri. Gue udah ngejar-ngejar orang, yang sedikitpun nggak pernah noleh ke gue. Bahkan sampe gue mati'pun ... dia tetap nggak peduli sama gue," lirihnya.

Adel terkekeh pelan, dengan perasaan hancurnya. "Empat taun bukan waktu yang singkat buat gue jalanin. T-tapi gue jalanin itu dengan sabar, dan gue akhirnya nemuin jalannya. Gue udah nyerah dan cerita ini usai."

"Nggak ada yang bikin gue terluka. Gue cuma terluka dengan harapan gue sendiri." Adel kembali meneguk air minumnya, lalu menyimpan gelas dan hendak melangkah untuk pergi ke kamar kembali.

Suara bel berbunyi sebanyak tiga kali, membuat langkah Adel terhenti. Lalu ia menatap pintu besar didepan itu dengan bingung, siapa yang mampir kerumahnya sore-sore begini? dan dia juga tidak membuat janji dengan satu orang'pun karna dirinya sedang tidak mau di ganggu, dengan alasan capek.

Ting!

Bel kembali berbunyi, membuat Adel menukikkan alisnya bingung. Ia kini menghela nafas, dan mulai berjalan ke arah pintu, ketika bel itu kembali berbunyi terus-menerus.

"Sebentar!" teriak Adel, rumah yang terlalu besar, membuatnya kerepotan sekali dalam membukakan pintu buat tamu.

"Siapa sih dateng sore-sore, terus suka nyolot lagi! mainin Bel rumah, siapa tau rusak gimana?" kesal Adel dan sudah mendekat kearah pintu.

Adel berlari kecil, dan membukakan pintu. Namun satu hal yang tidak ia duga-duga sebelumnya terjadi. Mata Adel sedikit mengerjab, memastikan jika orang didepannya ini asli bukan mimpi belaka. Jantungnya berpacu dengan kuat, tangannya berkeringat dingin, apalagi melihat seseorang itu menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

Ia mengalihkan pandangannya, dan dengan secepat mungkin merubah ekspresinya dengan biasa-biasa saja. Adel menatap seseorang laki-laki yang berada didepannya ini dengan sangat muak, walaupun muak yang secara ia buat-buat.

"Ngapain lo kesini?" tanyanya dengan jengah. Adel hanya bisa menutupi rasa kegugupannya.

Regan tersenyum tipis. "Gue disuruh bunda jemput lo. Dia udah kangen banget sama lo. Sekali ini aja katanya, dia mohon."

Adel tertegun. Regan tersenyum! dan saat ini kalian catat bahwa seorang Reganfa tersenyum kepada seorang Adeline, gadis yang katanya dia benci tanpa alasan yang jelas.

My Love TeacherWhere stories live. Discover now