Terbangun Dari Tidur Panjang

91 10 1
                                    

Awalnya jari jemari Nanda bergerak pelan, lalu perlahan kelopak mata Nanda terbuka secara perlahan, kepalanya terasa pusing dan sayup-sayup Nanda bisa mendengar suara seorang pria yang sangat dia kenal sedang melantunkan Ayat-Ayat suci Al-Qur'an.

Nanda menengok kesamping, tepat pada pria yang masih khusyu mengaji dan belum menyadari kesadarannya. Nanda tersenyum tipis ... tipis sekali karena merasa tersentuh mendengar suara merdu milik pria yang dia tau sering mengaji untuknya. Selama tidur panjangnya, Nanda seakan merasa keajaiban terjadi pada dirinya karena walaupun koma dia masih bisa mendengar suara mengaji dari....

"Kak Fathur...."

Spontan Fathur terdiam dan tidak melantunkan Ayat-Ayat Suci Al-Qur'an lagi. "Ya Allah kamu sudah sadar, syukurlah Alhamdulilah." Fathur terlihat sangat bahagia, hal itu bisa dirasakan Nanda. Nanda hanya bisa tersenyum melihat raut bahagia Fathur.

"Kamu tunggu sebentar yah, Kak Fathur panggilkan Dokter buat kamu." Fathur bergegas keluar dari kamar inap Nanda untuk memanggil dokter.

Nanda hanya bisa diam melihat Fathur berjalan keluar dari kamar inapnya. Nanda kembali menyugikan senyum tipis atas binar kebahagian yang terpancar diwajah Fathur perihal kesadarannya.

Dalam ruangan yang begitu senyap, Nanda kembali memaksa ingatannya untuk mengingat, kenapa dia sampai bisa berada di Rumah Sakit?

"Aku lebih baik mati daripada melihat kak Fatan menikah dengan Azahra."

Senyum kecut terbit di bibir Nanda ketika mengingat alasan dia bisa berada di rumah sakit. Lelehan cair kembali keluar dari matanya ketika mengingat kejadian tersebut. Mengingat kejadian saat dia melihat pria yang sangat dia cintai menikah dengan sepupunya. Mengingat bagaimana dia yang saat itu seakan kehilangan semangat hidup dan merasa sakit hati, memutuskan pergi dari acara pernikahan mereka dengan mengemudikan mobil sendiri dan membuatnya mengalami kecelakaan.

Saat kecelakaan itu terjadi, tepat sebelum matanya tertutup, Nanda seakan tersandar dan merasa bodoh karena mempunyai keinginan untuk mati hanya karena pria yang dia cintai menikah dengan wanita lain. Dia merasa malu pada Allah karna menyia-nyiakan kehidupan yang telah Allah berikan untuknya hanya demi pria yang tidak akan pernah membalas rasa cintanya.

Saat merasakan sakit yang luar biasa disekujur tubuhnya terutama bagian kepala, tetap sesaat sebelum Nanda kehilangan kesadaran, Nanda telah berjanji akan melupakan Fatan dan menghilangkan perasaannya. Nanda telah berjanji kedepannya, dia akan lebih menghargai dan bersyukur pada hidup yang telah Allah berikan untuknya.

*******

"Fatan dan Azahra telah menikah dan hidup bahagia. Mama harap kedepannya, kamu tidak akan menganggu mereka lagi." Wulan, selaku wanita yang melahirkan Nanda memberi peringatan pada Nanda disela-sela gerakannya memotong kecil-kecil buah Apel. "Sudah cukup selama ini, kamu selalu bertingkah kekanakan dengan mencoba membantalkan pernikahan mereka." Dia kembali mengungkit hal yang ingin Nanda lupakan. "Sikap kamu itu sudah membuat keluarga kita malu, mama sampai tidak sanggup menghadapi keluarga mereka karna ulah kamu."

"Lan sudah cukup, Jangan bahas hal itu lagi. Putri kita baru saja sadar dari koma, kamu tidak seharusnya mengatakan hal ini padanya." Bram, ayahnya Nanda membuka suara untuk menegur istrinya karna menganggap kata-kata Wulan sudah berlebihan ditengah kondisi Nanda yang masih belum sembuh sepenuhnya. Dia sedih melihat putri cantiknya yang dulunya periang kini berubah menjadi pendiam setelah sadar dari koma.

"Justru kita harus membicarakan hal ini sekarang, agar saat pulang nanti dia tidak membuat ulah lagi. Kamu ini selalu saja membela Nanda dan sering mengabaikan kelakuan buruk Nanda. Sikap kamu inilah yang membuat Putri kita bertingkah diluar batas." Marah Wulan mengebu-gebu. Sejak dulu Wulan tidak menyukai sikap suaminya yang terlalu memanjakan putri bungsunya. Suaminya selalu saja membela Nanda ketika Wulan sedang marah pada Nanda atau sedang memberikan nasehat pada Nanda ketika Nanda membuat kesalahan, Dan karena pembelaan itulah yang dia rasa menjadi penyebab Nanda tumbuh dengan sikap yang buruk bahkan sangat berbeda dengan kedua anak perempuannya yang lain.

Ketika Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang