MERASA ASING...

49 10 0
                                    


Dan pada akhirnya menjauhi dan mengikhlaskanmu adalah sebuah keharusan, bukan kemauan!


*

****

Saraf dan Ningsih menyambut kedatangan Pak Bram, Wulan, Hasa dan Nanda. Setelah berbincang sebentar, Saraf dan Ningsih menuntun mereka menuju belakang rumah mereka untuk bergabung bersama keluarga mereka yang sudah berkumpul di belakang rumah mereka.

"Assalamualaikum Paman, Bibi, Kak Hasa, Nanda." Azahra langsung menghampiri dan memberi salam ketika melihat keluarganya.

Nanda yang sejak tadi hanya terdiam, memutar malas kedua bola matanya ketika melihat ketiga keluarganya memeluk sayang Azahra. Nanda bahkan membuang muka dan minggir kesamping ketika melihat Fatan ingin menyapanya.

Sementara mereka asik mengobrol perihal bulan madu Azahra dan Fatan, Nanda lebih memilih mengedarkan pandangannya melihat-lihat sekitar. Tatapan Nanda terhenti dan tertuju pada Fathur yang tengah tertawa bersama sepupu-sepupu Fathur. Rasanya Nanda ingin menghampiri dan menyapa Fathur namun dia urungkan keinginannya itu karena mengingat penolakannya terhadap perjodohan mereka, lagipula Nanda juga merasa tidak terlalu dekat dengan sepupu-sepupu Fathur. Dia hanya akan terlihat aneh jika memberanikan diri bergabung dengan mereka. Bahkan ada beberapa sepupu-sepupu Fathur yang sejak dulu terang-terangan menunjukan rasa tidak suka mereka padanya.

Disaat Azahra mempersilahkan keluarganya untuk bergabung dengan yang lain, Nanda lebih memilih menghampiri para pembantu yang tengah membakar jagung.

"Saya bantu kipasi jagung yah bi Asi." Tanpa menunggu jawaban, Nanda langsung mengambil kipas dan mengkipas jagung bakar.

"Tidak usah atuh Nak Nanda, Biar bibi dan yang lain saja yang membakar jagung, mending nak Nanda ikut bergabung dengan yang lain." Tolak Bi Asi karena merasa tak enak hati membiarkan Nanda membantu.

"Gak pa'pa ko bi, aku disini saja bantu kalian." Sahut Nanda, tetap melanjutkan mengkipas jagung. Sambil mengkipas jagung, tatapan Nanda kembali ter-arah pada Azahra yang terlihat asik mengobrol akrab dengan para sepupu-sepupu Fathur, ketiga kakaknya dan adik perempuan Fathur. Nanda kembali merasa iri pada Azahra yang sangat diterima dikeluarga Fathur. Terlalu asik melihat mereka membuat Nanda tak sadar mengkipas jagung terlalu kuat hingga asap pun menggepul kewajahnya dan membuat Nanda terbatuk-batuk dan matanya terasa sedikit perih.

"Ya'Allah, nak Nanda gak pa'pa?" Bi Asi mendudukan Nanda dikursi dan memberikan Nanda air minum.

Nanda menerima air minum yang disodorkan Bi Asi dan langsung meneguknya. Saat sedang minum, tiba-tiba saja Nanda tersedad ketika melihat Fathur menatapnya. Berhenti minum, Nanda berniat tersenyum pada Fathur namun tak jadi dia lakukan karna keburu Fathur membuang muka dan terlihat enggan menatapnya. Nanda memajukan bibir bawahnya kedepan karna merasa kecewa dengan sikap Fathur yang menunjukan tidak ingin berhubungan dengannya lagi.

"Bi Asih, saya pulang duluan yah, jika ada keluarga saya yang menanyakan saya, tolong katakan pada mereka saya pulang duluan karna tiba-tiba saja kepala saya terasa pusing." Pamit dan pesan Nanda kepada Bi Asi, lalu setelah itu pergi tanpa menunggu jawaban dari Bi Asi. Mood Nanda seketika menjadi buruk karena sikap Fathur tadi.

Nanda masih memajukan bibirnya kedepan dalam perjalanan pulang kerumah. Sesekali dia akan menendang pelan batu kerikil untuk melampiaskan rasa kesal dan rasa kecewa pada sikap acuh Fathur tadi. Entah kenapa Nanda merindukan kedekatan mereka dulu. Merindukan perhatian yang sering diberikan Fathur padanya. Dulu Fathur suka menatap lama dirinya, dulu Fathur juga selalu menemaninya dan tidak pernah membiarkannya sendiri, apalagi membuatnya merasa asing ditengah keluarga pria itu. Kini Nanda menyesal karena menyia-nyiakan Pria sebaik Fathur. Nanda ingin sekali menebus kesalahannya, namun dia tidak tau ingin memulai dari mana. Mengingat sikap dan penghinaannya dulu membuat keberanian Nanda untuk memperbaiki hubungan mereka menjadi menciut.

Langkah Nanda terhenti dan terdiam sesaat ketika dia merasa diikuti seseorang dibelakang. Melawan rasa takut, Nanda memberanikan diri membalikan badan kebelakang. Ketakutan Nanda semakin bertambah ketika melihat tidak ada orang dibelakangnya, tapi Nanda yakin sekali sedang diikuti seseorang. "Siapapun kamu jangan macam-macam yah dengan saya, saya bisa teriak dengan keras jika kamu berniat jahat pada saya." Teriak Nanda karena merasa orang yang mengikutinya pasti sedang bersembunyi.

Nanda melanjutkan langkahnya secara perlahan dan dengan cepat Nanda kembali membalikan badan kebelakang karena ingin menangkap basah orang yang mengikutinya.

"Loh, Kak Fathur..."

Fathur yang tidak tau jika Nanda akan membalikan badan lagi tertangkap basah karena tak sempat bersembunyi. Fathur berdiri canggung dan tersenyum tak enak hati pada Nanda karena diam-diam mengikuti Nanda. "Maaf yah Nan, kakak cuman khawatir dan ingin memastikan kamu pulang dengan selamat dan baik-baik saja."

Tawa Nanda langsung keluar ketika mendengar perkataan Fathur. Fathur pun hanya bisa mengerutkan kedua keningnya karena merasa bingung alasan Nanda tertawa. Padahal menunrut Fathur tidak ada yang lucu dari ucapannya.

"Kak Fathur lucu banget sih, rumah kita kan berseblahan, jadi aku rasa Kak Fathur gak perlu memastikan aku akan pulang dengan selamat." Nanda menghampiri Fathur dan berdiri disamping Fathur. "Tapi makasih yah, Kak Fathur masih mengkhawatirkan aku dan mau mengantar aku pulang. Aku pikir kak Fathur gak akan mau bicara sama aku lagi."

Fathur hanya diam dan tak merespon ucapan Nanda. Sejujurnya ia memang berniat menjauh dan ingin menjaga jarak dengan Nanda namun karena melihat Nanda memilih pulang dan setelah mendengar alasan Nanda memilih pulang duluan dari Bi asi membuat Fathur memutuskan mengikuti Nanda untuk memastikan wanita di sampingnya ini sampai di rumahnya dengan keadaan baik-baik saja.

"Aku masuk dulu yah kak, sekali lagi Terima kasih sudah anterin aku." Pamit Nanda ketika sampai di depan rumahnya.

Fathur hanya mengangguk dan tersenyum lalu pergi.

"kak Fathur tunggu..." Langkah Fathur terhenti dan membalikan badan kebelakang menatap Nanda.

"Aku ingin minta maaf atas sikapku dan juga kata-kata kasarku menghina Kak Fathur. Mulai sekarang aku tidak akan mengganggu Kak Fathur lagi. Aku juga berdoa semoga Kak Fathur bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Wanita yang mencintai Kak Fathur dengan tulus dan pastinya tidak akan pernah menghina kak Fathur seperti aku."

Tak ingin Fathur melihat air matanya yang akan jatuh, Nanda pun bergegas masuk kedalam rumah meninggalkan Fathur yang masih berdiri menatap sendu pintu rumah Nanda yang telah tertutup. Rasanya Fathur ingin berteriak dan mengatakan, jika wanita yang dia inginkan menjadi istrinya adalah Nanda. Rasanya dia ingin mengatakan bahwa, entah kenapa hatinya selalu menyeruak, hanya Nandalah satu-satunya wanita yang dia kenal dalam hidupnya yang bisa menerima kekurangannya. Namun sekali lagi, Fathur kembali menyadarkan dirinya untuk tidak bersikap egois dengan memaksa Nanda menerima perasaannya lagi. Jika dengan merelakan dan melepaskan Nanda bisa membuat gadis itu bahagia maka akan dia lakukan. Intinya ... apapun akan dia lakukan asalkan Nanda bisa bahagia.



----

Gimana part ini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ketika Cinta Datang TerlambatWhere stories live. Discover now