Bagian 24

6 6 0
                                    

Citra pun boleh di pulangkan besok, yang diberi resep oleh dokter dengan obat yang sangat teramat banyak itu.

Mungkin orang yang melihat obat sebanyak itu, terkejut, dan bertanya-tanya ia sakit apa.

Citra tak tahu harus bagaimana menghadapi hari esok. Ia hanya bisa pasrah dan mengikuti kemoterapi, menurut apa kata keluarganya.

Ia tak mau membuat mereka khawatir.

••••

Malamnya...

Gadis itu bertanya kepada dokter itu, apakah ia sudah boleh pulang? Sungguh ia sangat ingin pulang, rindu dengan kamarnya.

Dokter itu mengangguk, dan bergegas menuju rumahnya.

Gadis manis dengan pakaian lengan panjangnya yang dipadukan dengan Rok yang sangat cantik dipakainya itu turun dari mobil orang tuanya.

Memasuki rumah besar namun sederhana itu dan duduk di ruang tengah, seraya menyenderkan kepalanya di sofa.

"Makan dulu, kak" Ujar Bunda nya yang sudah duduk dimeja makan bersama ayah dan kakaknya.

Citra beranjak dari sofa itu, dan terduduk di kursi tempat mereka makan bersama.

Ia juga rindu akan kebersamaan dengan keluarganya seperti ini.

Semoga ia masih sempat merasakan kebahagiaan lainnya sebelum pergi.

"Tetep kayak gini, walau citra nggak ada ya?"

Pertanyaan itu membuat mereka bertiga menoleh tegas tak terima, "Maksud kamu apa? Kita akan terus seperti ini dan yang pasti bareng kamu! Kamu harus sembuh!" Jawab tegas Bunda nya.

Citra tersenyum teduh, melanjutkan makanannya, dan berpamitan kepada keluarganya hendak istirahat.

Berjalan pelan dengan langkah yang lemas menuju kamarnya, seraya membawa kantong kresek yang isinya obat-obatan dari rumah sakit tadi.

Sebelum istirahat, tak lupa Citra meminum obat itu hingga tandas. Seketika ia merasa ngantuk, mungkin efek dari obat itu.

Citra segera merebahkan tubuhnya dan berdoa kepada Tuhan agar ia masih bisa merasakan kebahagiaan bersama keluarga dan sahabatnya, dengan penyakit yang masih dideritanya.

Cklek!

Pintu kamar Citra terbuka pelan, Kakaknya itu ingin memastikan apakah adiknya baik-baik saja, dan sudah tidur? Ternyata benar.

"Kamu pasti bisa sembuh, Dek!"

Ucapnya bertekad akan menjaga adiknya dan membantu menyembuhkan penyakit itu, seraya menutup kembali pintu kamar adiknya itu pelan.

••••

Gorden dan jendela yang masih tertutup rapat dengan sedikit cahaya matahari pagi yanng menelisik tak membuat Citra terganggu dari tidurnya. Semalam setelah sampai rumah, Citra langsung menuju kamarnya setelah makan dan meminum obatnya.

Citra terbangun, menggeliat. Meregangkan otot-ototnya. Menyibak selimut lalu melirik jam. Sudah pukul 10 pagi lebih. Dia tidak berangkat sekolahnya dahulu, karena memang sudah diizinkan orang tua nya.

Citra menuju kamar mandi. Memegang kepalanya yang sedikit merasa pusing.

Pukul 11 baru selesai mandi. Citra turun menuju ruang tengah nya. Dia mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih. Citra minum dengan tenang sambil melihat sekitar.

Sepi, ya pasti. Ayah Bunda dan kakaknya sudah pasti berangkat kerja. Dirumahnya tak ada pembantu, karena keluarga mereka bisa mengurus rumah nya sendiri.

FIRST LOVEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora