PROLOGUE: Putri Arreya Dan Jendral Kaoshin Stardust

25 4 2
                                    

"Jendral Kaoshin Stardust....!!!" Teriakan gadis itu terdengar frustrasi. "Aku sangat merindukanmu....!!"

Seperti biasa... tidak ada balasan. Ia tahu hanya ia yang dapat mendengar suaranya sendiri.

Dengan sekali lompatan saja ia telah melayang turun dari puncak menara yang demikian tinggi dan mendarat dengan indahnya. Horizon penuh dengan berbagai bintang, planet, dan nebula, yang memancarkan cahaya lembut. Gadis itu terus berlari dengan langkah ringan, dan akhirnya melayang ke sebuah batu karang besar yang berdiam tegak mengamati zaman.

Tiba-tiba ia tercenung memandang sebuah bola biru sebesar kelereng bersaput awan-awan putih di antara bintang-bintang angkasa.

"Huk... huk...." Gadis itu lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis dengan amat pedih. "Jenderal Stardust, kenapa kau tidak pulang-pulang....?"

Ia terus menangis dan terduduk lemah di atas batu karang itu. Sang gadis memiliki rambut sangat panjang hingga ke mata kaki, warnanya platinum kebiruan, tergerai membelit tubuhnya.

Wajahnya sangat cantik dengan hidung mungil dan sepasang mata bulat berwarna biru muda yang sangat unik. Orang planet Bumi akan menyebutnya seperti peri karena penampilannya ini. Pakaiannya bermodel sederhana, panjang menjuntai hingga tumit, tetapi dibuat dari bahan yang sangat indah dan bermutu tinggi.

Setelah lama termenung, akhirnya ia mengambil sebuah keputusan penting. Ia berbalik ke menara yang tadi ia tinggalkan lalu memberi perintah pada komputer AI pengendali semua sistem di bangunan menara untuk membuka kubah merah.

"Tapi... Tuan Putri, Jenderal Stardust memerintahkan saya untuk mempertahankan Anda di sini. Saya tidak bisa menolak."

Tanpa mempedulikan protes sang komputer, gadis itu memasukkan beberapa kode dan memaksa sistem untuk melakukan perintahnya.

"Cepat lakukan apa yang kuperintahkan, komputer jelek! Kau harus menurut karena kodenya sudah kupecahkan!"

"Baiklah, Tuan Putri."

Terdengar suara bergetar hebat seolah bangunan itu hendak runtuh. Dari bawah tanah di samping bangunan yang besar itu, tiba-tiba muncul kubah raksasa berwarna merah yang segera membuka dan tampaklah sebuah pesawat kecil di dalamnya.

"Aku akan berangkat ke bumi untuk mencari Jendral Kaoshin Stardust. Bila dalam waktu dua tahun aku tidak kembali, kau harus menghancurkan dirimu sendiri."

"Tuan Putri Arreya!"

"Ada apa lagi?"

"Selamat jalan."

Arreya tertunduk lalu ia menoleh dan tersenyum tipis. Pelan-pelan ia melangkah ke pesawat lalu melompat masuk ke dalamnya. Sinar menyilaukan membungkus pesawat itu lalu tiba-tiba saja melesat meninggalkan daratan.

Sekejap ia terlihat seperti salah satu bintang yang menghiasi horizon dengan cemerlang.

Arreya menghempaskan tubuhnya ke kursi lalu memencet tombol merah di papan kontrol pesawatnya.

"Pindah ke kontrol otomatis. Tujuan Bumi."

Arreya sudah lama hendak mengambil keputusan ini. Ia hendak ikut turun ke bumi mencari Kaoshin Stardust, tetapi ia selalu ragu. Setahunya bumi adalah planet yang besar dan peradabannya sudah lumayan maju. Ia takut bila bertualang ke sana sendirian mencari Kaoshin.

Dulu, waktu kapsul mereka hendak didaratkan di bumi, dari satelit-satelit yang bertebaran di planet itu keluar serangan dahsyat. Kapsul mereka rusak dan terpaksa mendarat darurat di bulan yang gersang dan sunyi ini.

Ia tidak ingat sudah berapa lama mereka di sana. Yang jelas, semua robot yang mereka bawa berhasil membangun menara tempat mereka tinggal sekarang lengkap dengan sistem penunjang kehidupan. Semua itu pasti membutuhkan waktu yang lama, kan?

Finding Stardust: Putri Dari AkkadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang