Bab 7 - Kelima Murid Emma (2)

1 2 0
                                    

Emma mendengarkan Haoran bicara kepada empat 'anak buahnya' tentang rencana belajar bersama Emma dan berapa mereka harus membayar gadis itu untuk dua pertemuan seminggu.

Gadis itu ternganga hampir tidak percaya ketika Haoran menyebut mereka masing-masing harus membayar 50 dolar untuk setiap pertemuan. Dengan begitu Emma akan memperoleh 500 dolar dalam dua pertemuan seminggu dari kelima murid lesnya.

Haoran sendiri akan membayar biaya lesnya setahun di muka. Ia meminta Emma memberikan nomor rekeningnya dan dengan santai pemuda itu mentransfer uang senilai $5.000.

"Tunggu dulu.." Emma menjadi tergagap saat ia membuka ponselnya dan matanya terbelalak melihat notifikasi transfer uang yang demikian besar. "Ini banyak sekali. Bagaimana bisa kau membayarku setahun di muka? Bagaimana kalau kau tidak suka belajar bersamaku? Atau bagaimana kalau aku mati tiba-tiba...? Uangmu akan sia-sia..."

"Bagus, kan? Aku sengaja membayarmu setahun di muka, biar kau jangan mati tiba-tiba. Aku akan sangat kehilangan kalau sampai kau mati," jawab Haoran sambil menyengir lebar sekali.

Emma menatap Haoran dengan pandangan penuh terima kasih, lalu mengangguk.

"Terima kasih. Kau adalah teman pertamaku dan sangat baik kepadaku. Aku akan selalu mengingat kebaikanmu ini," kata gadis itu dengan sungguh-sungguh.

Haoran hanya mengangkat bahu. "Aku tidak memberimu uang cuma-cuma, kau bekerja untuk mendapatkannya. Jadi, jangan terlalu merasa berutang budi."

Mereka lalu membahas rencana belajar setiap hari Rabu dan Jumat di rumah Haoran dan Emma akan bertemu keempat murid lesnya pada hari Rabu saat ia datang kembali ke sini.

"Di sini tidak ada kendaraan umum. Sebaiknya kau naik taksi saja lain kali," kata Haoran saat Emma permisi pulang. "Untuk sekarang aku bisa mengantarmu."

"Eh.. tidak usah. Aku bisa berjalan ke halte bus, hanya 1 kilometer kok dari sini," kata Emma berusaha menolak, tetapi Haoran tidak menggubris penolakannya.

Pemuda itu mengambil kunci mobil dari laci dan mengacungkannya ke arah Emma.

"Ayolah ikut. Aku sudah mempunyai SIM dan bisa mengantarmu," kata pemuda itu bersikeras.

Akhirnya Emma mengalah. Haoran mengajaknya turun ke garasi dan ia mengeluarkan mobil sport terbaru yang keren sekali. Pemuda itu membukakan pintu untuk Emma sebelum masuk ke bangku pengemudi. Setelah gadis itu memasang seatbelt-nya, Haoran segera memacu mobilnya ke arah Ylang Avenue.

Di sepanjang perjalanan mereka mengobrol tentang hal-hal remeh, dan Emma merasa keheranan dengan dirinya sendiri karena ternyata ia bisa berbicara banyak hal kepada Haoran. Dari dulu dia adalah seorang gadis yang tertutup dan tidak banyak bicara. Tetapi rupanya kehangatan sikap Haoran mampu membuat Emma pelan-pelan mulai terbuka.

"Jadi kau adalah anak angkat negara? Aku sudah mendengar tentang program itu, tetapi belum pernah bertemu dengan seorang pun yang sepertimu. Ini menarik sekali," komentar Haoran. "Pantas saja kau sangat pintar. Setahuku memang mereka hanya memilih anak-anak cerdas untuk diadopsi."

"Terima kasih." Emma mengangguk. "Pemerintah memperlakukanku dengan sangat baik. Aku tidak akan melupakan kebaikan mereka. Tetapi aku mau mencari orang tua kandungku."

"Mereka di Paris?" tanya Haoran ingin tahu.

Emma menggeleng. "Aku tidak tahu. Jejak mereka terakhir kali ada di sana, jadi aku mesti ke sana untuk mencari tahu. Itu sebabnya aku bertekad untuk pergi ke sana."

"Hmm.. semoga berhasil." Pemuda itu mengangguk-angguk.

Sebenarnya Emma ingin menanyakan alasan kenapa Haoran sengaja tidak naik kelas, tetapi ia merasa tidak enak ikut campur urusan orang lain. Karenanya ia hanya menunggu sampai Haoran menceritakannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Finding Stardust: Putri Dari AkkadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang