Daisy Yang Melayu [1]

492 63 2
                                    

Pada pukul lima sore, saat semua orang tengah sibuk dengan kegiatan santainya. Dari enam orang penghuni unit apartemen, semuanya menikmati waktu senggangnya tanpa terkecuali. Setidaknya, sebelum kembali sibuk di kemudian hari.

Salah satu pemuda dengan kaus pendek dan celana training hitamnya mematut diri di depan cermin besar di ruang depan. Setelah menggosok hidung merahnya ia menjauhkan diri, mengalihkan tatap temu pada tangannya yang beruam yang menganggu karena rasa gatalnya.

"Hyung, oh! tanganmu kenapa?"

Renjun, ia menoleh saat suara berat tepat besua di samping telinganya. Jisung menyentuh bercak kemerahan yang tadi Renjun garuk. Pemuda tinggi itu meringis.

"Apakah sakit?" tanya Jisung.

"Tidak. Tapi agak perih karena aku garuk tadi."

"Jangan digaruk lagi! obati atau kompres, atau apapun yang bisa mengurangi gatalnya." cerocos Jisung. "Sebentar, hyung ada alergi? hidungmu juga merah."

"Ini .." Renjun menggosok hidungnya dengan punggung tangan. "Aku tidak tahu, belakangan memang agak kurang enak badan dan hidungku jadi merah. Mungkin pilek."

"Minum obat hyung!" seru Jisung. "Atau beli, aku bisa mengantarmu."

"Obat? siapa yang sakit?"

Bariton yang menyahut dari salah satu kamar membuat Renjun dan Jisung menoleh, lantas yang lebih muda menunjuk Renjun dengan jarinya. "Renjun hyung."

Jaemin mendekat, "kamu sakit?" tanya Jaemin. Ia menatap Renjun lalu menyibak poni Renjun dan menempelkan punggung tangannya disana.

"Suhunya normal menurutku, tapi kita coba cek pakai thermometer. Kalau demam aku akan membeli obatnya. Hidungmu juga merah. Ayo!" Jaemin menyeret Renjun duduk di sofa panjang dengan Jisung yang mengekor.

Pemuda berambut hitam itu kembali bangkit dan berjalan menuju salah kamarnya, kembali dengan satu thermometer dan beberapa tube obat.

"Jja, kita lihat suhu tubuhmu."

Selagi Jaemin memeriksa Renjun, Jisung bangkit dan berjalan menuju dapur yang mana adalah tujuan utamanya sebelum memergoki Renjun tadi. Disana ada Jeno dengan sepanci jjampong yang tengah mendidih diatas kompor.

"Wah, aku ingin." celetuk Jisung.

Jeno menoleh. "Aku tak ingin berbagi."

"Apa-apaan pelit sekali." delik Jisung. "No problem, aku akan meminta Jaemin hyung membuat lagi setelah selesai memeriksa Renjun hyung."

"Renjun sakit?" Tanya Jeno. Ia menoleh pada Jisung yang berdiri di sisi kanannya dengan mata menatap panci jjampong.

"Eum, tangan dan hidungnya merah-merah. Jaemin hyung juga memeriksa suhu tubuh Renjun hyung. Takut karena demam." jelas Jisung. "Ah, hyung, beri aku sedikit saja."

"Tadi kamu bilang akan minta pada Jaemin?"

"Tapi yang ini kelihatan enak."

Jeno tertawa kecil, "yasudah, kita makan bersama."

Sementara di ruang depan kini terisi empat pemuda yang menatap Renjun secara bersamaan.

"Guys, aku tidak apa-apa. Setelah ini aku akan menelpon manager hyung dan meminta obat demam, atau ke klinik mungkin." imbuh Renjun.

"Suhumu sedikit tinggi, periksalah dahulu ke dokter, Renjun. Jangan sembarangan beli obat." Usul Shotaro.

"Iya, aku mandi dulu. Jaemin, makasih ya."

Jaemin tersenyum tipis menatap punggung Renjun yang menjauh.

..

Tujuh hari setelah Renjun pergi menemui dokter bersama manager hyung, demamnya hanya bertahan sampai esok harinya saat itu. Hidung merahnya juga hilang, hanya ruam merah dan rasa gatal yang sesekali datang sampai saat ini, tidak parah. Namun, saat dirinya berkunjung ke dorm ilichil hyung, belum sampai Renjun pada tujuannya menemui Doyoung, dirinya harus jatuh terduduk tiba-tiba di depan di depan Jaehyun dan Mark. Nafasnya tersendat, Renjun memukul dadanya berupaya agar udara yang ia hirup kembali normal. Ia dengan ribut menghirup dan membuang nafas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flower Season 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang