28.2. Damn, It's Hurt!

3.4K 757 146
                                    

Yuhuu aku double up!
Habis ini beneran mau otw dunia mimpi wkwk takut ntar kesiangan sahur ya, nggak?

Met bacaaa😘 Met istirahat 🥰

28.2. Damn, It's Hurt!

"Tuh Mom, Om Dev dateng!"

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

"Tuh Mom, Om Dev dateng!"

Seruan dari Rafi-lah yang menyambutnya, hingga keluarganya dengan serempak menoleh ke arah pria itu.

Devdas hanya mengedik dan menarik salah satu kursi yang kosong. Ada yang menarik perhatiannya. Yakni kursi di sisinya yang kosong.

"Aretha nggak ikut?" tanya Alma setelah Devdas duduk.

"Aretha siapa?" sahut sang ayah yang kali ini ikut bergabung makan malam bersama anak, menantu dan cucu-cucunya.

"Temen Dev yang sempet Mbak singgung, Yah," jawab Alma.

"Lho, temenmu perempuan toh, Dev?"

Devdas mengangguk singkat. "Kebetulan dia ada acara di sini juga."

"Kamu nggak mau kenalin temenmu itu sama Ayah?"

Devdas mengembus napas pelan dan mengangguk dengan mudahnya. "Kata mbak nggak perlu. Soalnya bukan pacar," tekannya dengan sengaja.

"Oh, beneran temen, toh," sahut sang ayah sembari mengangguk. "Ya sudahlah kalau cuma temen. Tak kira calon mantu Ayah."

Devdas tidak mengatakan apa-apa, dan mulai mengisi piring. Di saat keluarga yang lain berbincang pun, pria itu memilih untuk diam. Padahal biasanya, justru dia yang selalu meramaikan suasana tiap berkumpul. Namun untuk saat ini, Devdas sedang tidak mood untuk berbasa-basi. Pikirannya terfokus pada Aretha, yang berkata akan keluar. Ia mencemasinya.

"Aretha kenapa nggak ikut, Dev?"

Devdas menoleh pada sosok Alma yang duduk di sisinya. Makan malam sudah selesai lima belas menit yang lalu. Bahkan saat ini mereka berada di resort tempat keluarganya bermalam. Ia menuruti permintaan Aretha untuk ikut berkumpul bersama keluarganya, meski yang dilakukannya adalah memainkan ponsel dan membuka foto-foto Aretha yang ia ambil selama di sini.

"Nggak apa-apa."

"Kamu ninggalin dia sendirian? Tega banget kamu jadi cowok."

Devdas mengembus napas pelan. "Aretha tahu," ucapnya kemudian.

"Tahu? Maksudnya?"

"Ya, tahu. Kalau Mbak tahu soal kita."

Alma mengerjap. "Kamu ceritain perbincangan kita sama dia?"

Dengan mudah Devdas mengiyakan, hingga sebuah umpatan meluncur sempurna dari mulut kakak tertuanya itu, sambil menepuk pahanya dengan keras.

"Otak kamu disimpen di mana, sih? Ya pantes aja dia nggak ikut, kalau kamu cerita. Kenapa kamu bodoh banget sih, Dev?! Mbak greget banget deh, sama kamu!"

Lucky Man (COMPLETE)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant